Kepergian Cantika buat semua teman-temannya noleh ke arah Rendi dengan tatapan nyalang. Tapi si pelaku dengan wajah watadosnya dia bilang,
"Apa?"
"Ngotak dong! Lo gak mikir perasaan Cantika apa?"
"Gue cuma ngejawab pertanyaan kalian aja. Salah?"
"Jawaban lo yang salah. Filter dulu, lo bawa nama cewe lain di depan Cantika. Peka dong!" kata Feby.
"Apa yang salah sama itu? Seharusnya dia gapapa kan? Dia sendiri yang bilang buat seolah-olah gak saling kenal, lagipula dia juga deket sama Nathan."
"Ooh gitu, lo dendam hah?"
Tak ingin mengganggu kenyamanan pelanggan lain, Feby menarik paksa Rendi keluar dari cafè. Karena beberapa orang mulai memperhatikan adu mulutnya dengan Rendi.
Sebelum keluar, Feby menyuruh Juna menyusul Cantika untuk mengantarnya pulang. Ini sudah malam, bahaya jika perempuan pulang sendirian.
"Lo bego atau tolol? Atau lo buta? Gak liat sama perubahan ekspresinya dia pas lo cerita tadi? Padahal lo dihadapan dia," Feby menghempar kasar tangan Rendi saat mereka sudah berada jauh dari cafè itu. Berada di tempat yang tidak terlalu banyak orang berlalu lalang.
"Dia pas pamit tadi senyum kan? Gue yakin lo juga liat itu."
"Bego! Liat matanya! Dia udah nahan nangis daritadi. Dan dengan muka datar lo itu apa gaada rasa bersalah udah buat dia nangis, Ren?! Masih punya hati gak sih?"
"Lo kira gue gak sakit liat dia deket sama Nathan? Gue hancur liatnya, Feb!"
"Yaudah sama kan?! Bersikap acuh pas tau Cantika kena bola, liat lo jalan sama Zhavira, nganterin dia pulang, dan di kenalin sama ortu dia sebagai pacar. Dan lo gak ngelak. Lo kira Cantika setegar itu? Gue kalo udah diposisi dia pasti udah kecewa Ren. Tapi dia pinter ngembunyiin itu dari lo."
Rendi terdiam.
"Gue tau kalian lagi renggang. Tapi jangan nunjukin sikap acuh lo secara terang-terangan. Seacuh-acuhnya Cantika, dia gak pernah cerita di depan lo tentang cowo lain kan? Gak pernah nyakitin lo dengan bilang dikenalin sebagai pacar."
"Cantika masih peduli sama lo asal lo tau! Pas sebelum ke cafè ini, dia masih nanyain ke gue kalo lo udah makan atau belum. Karna yang dia tau, lo gak ke kantin pas istirahat pertama. Waktu itu lo lagi sama Zhavira kan?"
"G–gue gatau soal itu."
"Dan juga, apa lo tau alasan kenapa Cantika nyuruh lo ngejauh?"
Rendi menggeleng, "yang gue tau gue bisa bawa bahaya buat dia."
"Dia gamau buat lo sama temen-temen yang lain celaka! Peneror bilang kalo dia masih dekat sama lo, sasarannya bukan dia lagi, tapi kita! Cantika terpuruk banget Ren! Dia bingung harus gimana."
"Gak gampang buat ambil keputusan untuk nyuruh lo ngejauh dari dia. Lo teman pertama yang dia punya di sekolah ini. Dia gak mau lo sama yang lain kenapa-kenapa."
Laki-laki dihadapannya tertunduk.
"Plis jaga ego lo. Jangan saling balas yang justru bisa buat kalian hancur. Saling memahami. Dia minta buat gak saling kenal bukan berarti putus pertemanan."
"Sorry..."
"Gue bakal ngomongin hal ini juga ke Cantika."
"Oh iya, kenapa lo gak ngelak pas dikenalin sebagai pacarnya Zhavira?" lanjutnya
"Gue punya penjelasan soal itu."
Feby melipat kedua tangannya di depan dada, "gue nunggu."
"Jadi tadi Zhavira minta tolong ke gue buat jadi pacar pura-pura nya dia. Dia mau dijodohin sama ortunya, bukan nikah sih, tunangan. Tapi dia gamau. Kalo dia ngenalin pacarnya, perjodohannya batal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantika Story | Eunha x Eunwoo ✔
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! "Jaket lo mana?" "Ada di tenda." "Kenapa gak pake?" "Lupa," Cantika hanya nyengir kuda yang membuat Rendi memutar bola matanya malas. Rendi langsung melepas jaket yang ia pakai. Kemudian ia berika kepada Cantika, "pake." "Loh? G...