"Ngapain gandeng gue?"
Langkah keduanya sama-sama terhenti. Kini tatapan mereka bertemu. Cantika mematung jika ia ditatatap Rendi seperti ini, rasa senang, takut kerena tatapannya yang tajam menjadi satu.
"Kasian lo behimpit kek tadi. Tambah kecil badan lo nanti."
Ini ngehina bukan?
"Ren... lepas, gue gak suka digandeng," ucap Cantika sambil berusaha melepas cekalan Rendi di tangannya.
Rendi terdiam sejenak. Ia melihat raut wajah gadis itu yang merasa tidak nyaman, ia tidak berbohong. Perlahan ia melepas gandengan tangannya.
Kemudian ia melanjutkan kembali langkahnya menuju sang ketua OSIS, disusul Cantika di belakangnya.
Masih sama. Ramai dan harus berhimpit-himpitan agar bisa mendapatkan tanda tangan itu. Rendi mendengus kesal. Ia malas jika harus berhimpit. Rasanya ingin menghambur gerumbulan itu.
"Kak, punya saya dulu, kak."
"Kak, saya duluan."
"Kak, saya udah daritadi."
"Kak, tanda tanganin, kak."
Rasanya Rendi ingin menyumpal mulut mereka yang berisik itu dengan buku yang mereka bawa. Benar-benar berisik.
Rendi menyodorkan bukunya dengan pulpen yang berada di atasnya. Sesaat semua pandangan tertuju padanya, termasuk ketua OSIS tersebut. Entah kebetulan atau apa, yang menjabat sebagai ketua OSIS adalah perempuan.
Hening.
Tapi Rendi tetap acuh dengan tatapan yang dilemparkan kepadanya. Cantika juga melakukan hal yang sama seperti Rendi.
"Be-bentar ya, dek. Antri dulu." Nampaknya ketua OSIS itu gugup.
"Gila, ganteng banget tuh yang di belakang lo."
"Kayak idol sumpah."
"Ada ceweknya gak ya?"
"Gaada mungkin. Tapi yang disebelahnya itu siapa? Ceweknya mungkin ya?"
"Bisa jadi. Mana mungkin cowo secakep itu gaada pacarnya."
"Shhtt, jangan nyaring-nyaring ngomongnya. Nanti kedengeran tau."
Gobl*k, udah kedengeran.
Akhirnya giliran mereka berdua mendapatkan tanda tangan. Setelahnya mereka pergi mencari tanda tangan yang lain.
"Capek," ucap Cantika pelan sambil mengusap keringatnya yang bercucuran.
"Nih," Rendi menyodorkan tisu kecil tepat dihadapan wajah Cantika.
"Gausah."
"Lap keringat lo. Banyak banget."
"O-oke, makasih," Cantika menerimanya dan mengambil satu tisu kemudian menyeka keringat di dahinya.
🍁🍁🍁
"Gue duluan," ucap Rendi kemudian menyampirkan tasnya di bahu kanannya.
"I-iya, hati-hati."
Rendi melangkahkan kakinya meninggalkan gadis itu yang masih membereskan bukunya. Sendirian. Hanya tersisa Cantika seorang di kelas.
Brakk
Seorang gadis menggebrak meja dengan keras sampai membuat Cantika terlonjak kaget. Tatapannya sangat tajam menatap Cantika yang berpura-pura mengalihkan pandangannya ke arah lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantika Story | Eunha x Eunwoo ✔
Teen FictionDON'T COPY MY STORY! "Jaket lo mana?" "Ada di tenda." "Kenapa gak pake?" "Lupa," Cantika hanya nyengir kuda yang membuat Rendi memutar bola matanya malas. Rendi langsung melepas jaket yang ia pakai. Kemudian ia berika kepada Cantika, "pake." "Loh? G...