Part 51

636 43 1
                                    

Di rumah sakit Jua dengan segera ditangani oleh dokter. Lukanya cukup serius, jika telat sedikit saja mungkin nyawa Jua sudah melayang.

Sementara, Gara berdiri gelisah. Jalan bolak-balik didepan ruang UGD. Tak hanya Gara, disini juga terdapat Daniel yang tidak kalah khawatir pada kondisi Jua yang sempat dilihatnya tadi sangat mengerikan dengan darah dimana-mana.

Tak lama seorang pria yang memakai seragam kantor tanpa jas menghampiri mereka dengan raut sama khawatir nya.

"Jua! Jua gimana, Niel?!"

Daniel menatap Nando yang juga terlihat khawatir. Mau menenangkan, tapi ia juga sangat amat khawatir pada adiknya.

Ahh, tadi Daniel yang menghubungi Nando mengabarkan bahwa jua kecelakaan. Dan, orang yang dihubungi Gara di lokasi kejadian adalah Daniel.

"Jua masih di tanganin sama dokter, bang."

Nando beralih menatap tajam Gara, "Kenapa bisa jadi kayak gini?!"ucapnya terdengar marah.

Gara yang sadar segera membela diri, "Gue gak tau. Setelah nerima telfon Jua keliatan panik. Dia jatuhin gelas. Pas gue samperin tiba-tiba dia lari. Gue kejar karna gue takut dia kenapa-kenapa. Dia emang lari tapi gue rasa dia mikirin sesuatu. Karna, waktu gue teriak suruh dia minggir dia malah noleh dan kayak gak sadar kalo ada kendaraan yang mau nabrak dia. Pandangan nya kosong." Gara menjelaskan detail semuanya.

Nando yang mendengar terdiam, "Ini karna gue?"monolog nya.

Gara yang mendengar nya menatap Nando bingung, "Maksud lo?"

Pria tinggi itu menjatuhkan air matanya, "Gue yang nelfon dia dan maksa dia buat lanjutin sekolah diluar negri."

Gara yang tak habis pikir menarik kerah baju Nando.

"JADI INI SEMUA KARNA LO?! LO ABANGNYA SEHARUSNYA LO GAK MAKSA DIA KAYAK GITU!"

Nando sedikit tidak terima dengan perlakuan kurang ajar oleh anak yang lebih muda darinya.

"GUE GAK TAU BAKAL JADI KAYAK GINI!"

Daniel yang masih bisa berfikir jernih pun melerai mereka berdua.

"Udah woi! Yang terpenting sekarang itu keselamatan Jua! Urusan itu kita urus nanti kan bisa."

Namun, Nando dan Gara tak mengusaikan perkelahian mereka. Daniel menghela nafas berat. Dia berfikir sejenak.

"Lo berdua sayang Jua kan?!"

Dan benar saja, mereka diam menatap Daniel.

"Kalo gitu diem. Kita liat kabar dari dokter dulu."

Tak lama pintu UGD terbuka menampilkan dokter cantik yang keluar dari pintu tersebut.

Nando yang terlalu khawatir langsung menghampiri dokter tersebut dan memberinya banyak pertanyaan, "Dok, adik saya gimana? Jua gapapa kan dok? Jua sehat kan dok?"

Dokter tersebut menghela nafas ringan, "Maaf pak, tapi sepertinya Adik Jua belum bisa sadar sekarang. Luka nya terlalu parah. Badannya yang terlempar, dan kepala yang terbentur trotoar dengan kencang, itu bukan hal kecil. Jua mengalami koma."

Nando terisak, jujur ia merasa bersalah, memang ini salahnya, ia akui itu.

Gara ikut memberikan pertanyaan, "Kapan Jua bisa sadar, dok? Secepatnya kan?"

Dokter menggeleng, "Kami tidak tau. Doakan yang terbaik untuk kesembuhan Adik Jua ya, Pak."

"Dok tolong selamatkan adik saya."

Dokter tersebut beralih menatap Daniel, "Kami akan berusaha sebaik mungkin. Tolong bantu doa nya. Jika ada perkembangan yang cukup signifikan saya akan kabari kalian."

A Cold Boy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang