Part 49

677 38 0
                                    

Hari ini jua berada dikantor. Tepatnya diruangannya. Sebenarnya dia tidak ada kerjaan sekarang. Seluruh pekerjaan nya yang kemarin menumpuk sudah ia selesaikan, jadi ia hanya duduk sembari mendengarkan musik menggunakan earphone.

Oh iya, jika kalian bertanya tentang masalah Gea kemarin, anak itu sudah mulai bekerja sejak kemarin. Kerja nya cukup bagus. Dia mudah mengerti saat sekretaris nya menjelaskan hal-hal mengenai butik. Bahkan dilihat dari sana jua jadi menawarkan untuk memberi nya gaji di kerja pertamanya untuk membayar uang spp nya yang menumpuk. Namun Gea menolaknya karna dia bilang dia belum bekerja banyak.

Jua lumayan bosan menunggu kerjaan nya yang tak kunjung datang. Seperti nya memang tidak ada kerjaan lagi. Jika memang sudah tidak ada pekerjaan dia ingin keluar mencari udara segar, sudah lama ia tidak berjalan sendiri keluar sana. Tapi, ia sedikit ragu sebenarnya, takutnya sekretaris nya itu lupa mengantarkan berkas-berkas pekerjaannya.

Daripada menunggu lama jua akhirnya memutuskan untuk memanggil sekretaris nya itu dengan cara menelponnya. Tak butuh waktu lama untuk menunggu mbak moza mengangkat panggilannya.

"Halo, iya mbak jua. Apa ada yang bisa saya bantu?"

"Enggak mbak. Apa masih ada hal yang saya harus kerjakan? Atau berkas yang harus saya tandatangani?"

"Tidak ada mbak. Semua sudah selesai."

"Kalo gitu saya mau keluar, bisa?"

"Tentu mbak, bahkan mbak bisa pulang sekarang."

"Oke, terimakasih."

Jua menaruh telpon kantornya ketempat nya semula. Lalu ia segera merapihkan tasnya dan berkas-berkas penting di mejanya. Beberapa berkas  dan gambar-gambar desain baju dari anak sekolah yang mengirimkannya untuk dijual padanya ia bawa untuk dinilai dan di beli ketika menurutnya bagus.

Iya, jua membuka sistem untuk anak sekolah yang punya bakat mendesain baju. Dia akan membeli desain nya jika menurutnya desain itu bagus, itu juga ia buat karna ingin membantu anak-anak yang belum bisa kerja diluar karena urusan pendidikan. Sedangkan desainer lain yang memang sudah cukup umur untuk bekerja dia pekerjakan dibutiknya langsung. Desain yang jua buat hanya dipakai jika ada orang yang memang memesannya. Maka dari itu semua baju rancangan jua hanya tersedia satu di dunia.

Ia meninggalkan ruangannya, di lantai bawah ia bertemu dengan gea yang memang sedang tidak ada kerjaan. Jika kalian bertanya Gea mendapatkan posisi sebagai apa, gea hanya karyawan biasa. Padahal jua menawarkannya posisi menjadi desainer, gaji nya lumayan besar, tapi Gea bilang dia tak memiliki bakat dalam bidang itu, jadi jua tidak ingin memaksa.

"J-jua lo mau kemana?"

Jua menoleh melihat Gea yang memanggil namanya gugup. Iya, sejak kemarin Gea bersikeras untuk memanggil nya dengan panggilan seperti karyawan yang lain, namun jua tak kalah keras untuk menolaknya. Bagaimana pun Gea adalah temannya, terlalu aneh rasanya jika teman satu angkatannya memanggil dia dengan sebutan 'mbak jua' seperti karyawan lain.

"Gue mau keluar. Mau pulang juga sih. Lo kalo mau pulang langsung pulang aja. Atau mau pulang sekarang? Jam balik bentar lagi kok. Sekalian gue anter ke rumah lo."

Gea menggeleng, "Enggak usah. Enggak enak sama karyawan lain. Lagian paling nanti Gio jemput gue kok."

"Oh okei." Jua baru saja ingin melangkah, tapi ia urungkan karna teringat sesuatu, "Oh iya, besok kan libur sekolah ya butik tutup juga deh, soalnya gue ada acara. Nanti gue bilang deh sama mbak moza, paling juga entar dikasih tau sama dia."

Gea mengangguk mengerti. Menurutnya jua adalah boss yang diidamkan oleh banyak karyawan, jua sangat baik pada siapapun. Ya, meskipun gea tau betapa barbar nya dulu jua saat disekolah.

A Cold Boy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang