Part 60

772 34 3
                                    

Ini memang sudah terlalu malam untuk Jua pulang ke rumah. Terlebih jarak rumah dengan apartemen nya memakan waktu yang tidak bisa dibilang sebentar. Tapi syukurnya kini Jua sudah sampai di rumahnya dengan keadaan selamat. Sejujurnya ia sedikit takut karna sekarang sudah cukup larut, tapi sepertinya ada sesuatu penting yang ingin Nando katakan.

Jua masuk ke dalam rumahnya, melihat Nando yang tengah memainkan game di ponsel nya tanpa menyadari keberadaan nya.

Tanpa menunggu sang kakak menyadari bahwa ia telah sampai, Jua langsung duduk disamping sang kakak membuat pria itu berjengit kaget.

"EH SET--"

Nando menoleh ke samping nya, mendapati adiknya yang menatapnya polos.

"Ehh-- Jua. Udah dari tadi nyampe nya?"

Nada nya berubah saat melihat Jua disampingnya.

Jua hanya mengangguk mengiyakan. Lalu, menyesap minuman dingin yang ada di meja depannya. Tentu saja itu milik Nando, tapi siapa peduli?

"Lo udah ngantuk?"

Jua menggeleng, jika ia jawab iya maka Nando pasti akan menunda acara bincang-bincang nya.

"Gue mau ngomongin tentang Chika."

Jua menoleh. Ia melupakan segala bentuk pikiran yang menguasai kepala nya. Jika tentang adiknya ia harus tau apa masalah nya.

"Kenapa dia?"

Nando tersenyum, ia tau jika menyangkut Chika jiwa ke-kakak-an yang Jua punya akan menguar. Ia terlihat lebih dewasa sekarang. Ah, Nando tidak tau bahwa Jua juga selalu bersikap biasa saat dibutik.  Ya, tapi jika dirumah Jua akan kembali menjadi anak manis, tapi sekarang Jua terlihat seperti seorang kakak.

Itulah hebatnya anak kedua. Ia bersikap lucu didepan sang kakak, karna posisinya sebagai adik. Tapi jika didepan adiknya dia akan bersikap dewasa karna posisinya saat itu adalah seorang kakak. Punya dua posisi membuatnya seperti harus memiliki dua kepribadian. Lebih tepatnya ia harus tau tempat tentang posisinya.

"Chika bilang mau tinggal sendiri di Paris. Dia mau punya apartemen sendiri. Dia mau ngurus segala sekolah nya sendiri. Dia mau papa sama mama cukup kasih kebutuhan materi nya buat sekolah sama kehidupan sehari-hari. Dia mau tinggal jauh dari orang tua."

Jua menggeleng dengan helaan nafas berat nya. Adiknya memang selalu bersikap layaknya orang dewasa. Padahal ia saja masih ingin tinggal bersama seluruh keluarganya. Huh, gaya hidupnya sedikit mengikuti gaya hidup orang barat.

"Gue gak setuju. Okei kalo semisalnya Chika mau ngurus semua nya sendiri. Dia mau bersikap mandiri. Tapi kelakuan dia yang ini malah seolah dia mau jauh dari orang tua karna gak mau diperhatiin. Chika seolah mau bebas."

"Lo tau itu negara orang. Iya kita emang ada darah sana, tapi ya tetep aja kita lahir disini. Budaya kita beda jauh sama budaya luar. Gue cuma takut dia salah pergaulan. Budaya barat gak semuanya berdampak positif. Pokoknya gue gak setuju kalo Chika mau itu. Mama ataupun Papa harus bisa bersikap tegas sama dia."

Nando mengangguk, ia sangat setuju dengan apa yang diucapkan oleh sang adik. Mereka berdua pun sama khawatir nya terhadap Chika yang kini masih berada ditahapan remaja nya. Masa-masa remaja tidak semuanya akan berakhir sesuai apa yang di inginkan. Apalagi remaja seperti Chika yang tidak pernah memikirkan apapun yang terjadi kedepannya. Yang dipikirannya hanya ia ingin bersenang-senang seperti remaja luar pada umumnya.

"Hmm, gue sih kepikiran buat Chika tinggal di Indo lagi aja, gimana?"

Jua menatap Nando bingung. Sebenarnya ia tidak masalah Chika tinggal disini lagi, karna itu lebih baik menurut nya. Tapi, ia tidak yakin apakah Chika akan mendapat perhatian yang layak dari mereka berdua. Mereka berdua sibuk dengan urusannya masing-masing. Dan, orang tua nya pun ia yakin tidak akan bisa jika disuruh untuk kembali tinggal disini bersama mereka.

A Cold Boy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang