Part 42

898 49 0
                                    

Libur sekolah telah berakhir. Kini yang telah lulus kemarin sudah menduduki bangku perkuliahan, sedangkan anak kelas sebelas menggantikan posisi anak yang telah lulus menjadi kelas dua belas.

Jua kini memasuki kelas barunya, kelas unggulan. Kelas unggulan adalah kelas yang hanya dihuni oleh siswa/siswi pintar dan banyak uang. Kelas ini pun hanya ada di kelas dua belas. Kelas sebelas yang naik kelas dengan peringkat baik akan ditawarkan untuk menandatangi kontrak dikelas dua belas unggulan ini. Itu pilihan mereka, tidak sembarang orang bisa masuk kekelas ini, Jua yakin sahabatnya itu ditawarkan juga tapi mereka menolak. Jua juga sebenarnya tidak ingin masuk ke kelas ini, sayangnya betapa cerobohnya dia tidak mewanti-wanti sang kakak untuk menolak kelas ini saat pembagian raport.

Bayangkan saja kelas ini memiliki fasilitas yang lengkap, juga pembelajaran yang baik. Bahkan masuk kelas ini pun harus membayar lebih uang sekolah, dan sangat jauh dari kata murah. Memasuki kelas ini seperti harus membayar dua kali lipat pembayaran sekolah, gedung, seragam, dan eskul. Tapi jangan salah, setiap orang yang masuk kelas ini akan mendapat pekerjaan atau pun universitas bagus setelah lulus.

Jua mengambil tempat paling pojok, ia yakin akan sangat jarang anak kelas unggul mengambil posisi duduk di pojok ruangan.

Ahh kabar Jua setelah kejadian itu, kini ia terlihat tidak terurus. Ia makan dengan tidak teratur, pipi yang selalu disebut-sebut sebagai tahu China oleh Glenn itu sudah menjadi lebih tirus. Jarang keluar kamar, dia juga sudah melepas jabatannya sebagai ketua cheers di kelompok nya dan lebih memilih untuk tidak mengikuti eskul apapun.

Jua menenggelamkan wajahnya dilipatan tangganya di atas meja. Tak lama ia merasakan keadaan hening, dan derap langkah kaki dari pintu kelas.

"Anak-anak hari ini hari pertama kalian masuk kembali ke sekolah, selamat datang di kelas unggulan. Hari ini pun ada murid pindahan dari luar negri yang ingin bergabung belajar bersama kita."

Sang guru menoleh ke arah pintu, "Masuk nak!"titahnya.

Masih dengan posisi yang sama Jua mendengarkan suara guru itu, ia jujur tidak peduli dengan anak baru yang wali kelasnya tadi sebut-sebut.

"Perkenalkan diri kamu."

Murid baru itu mengangguk kecil, "Nama gue Diego Leonard Prawira. Siswa baru pindahan dari Tokyo."ucapnya dengan pembawaan yang cool.

Dari penampilan ia terlihat tidak pantas memasuki kelas unggulan ini, bayangkan saja pria yang berpakaian tidak memakai dasi dan almet, juga bajunya yang dikeluarkan, dengan anting yang bertengger di telinga kirinya kini berada di antara dua puluh tujuh murid pintar sekolah? Yang benar saja.

Suara guru tadi kembali menginterupsi suasana yang ricuh saat murid baru itu memperkenalkan diri, "Ssttt, sudah, kalian bisa memanggil nya Leon. Dan untuk Leon kamu duduk di bangku kosong pojok sana."ucapnya seraya menunjuk bengku kosong itu.

Jua hanya pasrah, semoga orang itu tidak menganggunya nanti, karna ia yakin yang ditunjuk adalah bangku kosong disebelahnya. Percayalah dikelas unggulan semua kursi harus terisi siswa. Tidak boleh ada kursi kosong disana.

Derap langkah kaki Jua biarkan begitu saja, sampai tak lama ia mendengar suara bangku digeser di sebelahnya. Orang itu menduduki bangkunya.

"Hai Fanda, inget gue gak?"

Jua sedikit mengeryit, ia sangat amat ingat panggilan itu, panggilan yang ia sendiri tidak tau dari mana asalnya, dulu memang hanya neneknya yang memanggilnya dengan sebutan itu. Tapi saat ia SMP ada seorang pria yang memanggil nya dengan sebutan itu dengan alasan ia ingin beda dari yang lain.

Dengan tampak tak perduli dia menoleh, "Gak."

Leon, cowok itu memasang wajah masam, "Masa sama pacar sendiri gak ngenalin."ucapnya.

A Cold Boy [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang