Sudah hampir seminggu Kanaya terbaring koma di ranjang ICCU. Setiap hari Kakek selalu menjenguknya dengan ditemani Pak Anton.
Seperti hari ini, setelah dari ruangan Dokter, Kakek memilih untuk duduk di kantin Rumah Sakit.
"Aku benar-benar telah menghancurkan masa depan gadis itu Ton," desah Kakek dengan mimik muka sedih di wajah keriputnya.
"Tuan..... ini sudah takdir, jangan menyalahkan diri Tuan sendiri," ucap Pak Anton.
"Karena kecerobohanku, nyawanya jadi taruhan dan kalaupun dia siuman.......... dia pasti syok jika mengetahui kalau rahimnya terkena dampak tabrakan itu. Entah bagaimana reaksinya setelah mendengar kalau dia akan sulit mengandung kelak setelah dia menikah. Mahesaaa.......... maafkan aku! Aku tak henti-hentinya menyusahkanmu dan keluargamu!" kata Kakek merasa bersalah.
"Tuan, kita tidak perlu memberitahunya tentang kondisi rahimnya kalau dia siuman nanti. Hanya kita dan Dokter yang tahu. Dan Dokter tidak akan mengatakan apapun padanya. Setelah dia diizinkan pulang, Anda berencana akan merawat dia selamanya, itu sudah sangat bijaksana Tuan," kata Pak Anton berusaha menenangkan.
"Entahlah, Ton..... rasanya semua itu belum cukup," kata Kakek tak bersemangat.
Terdengar suara dering ponsel milik Pak Anton. Lalu dia pun menjawab panggilan itu dan segera mengakhiri setelah dia mengucapkan terima kasih.
"Tuan..... Kanaya sudah siuman. Dokter sedang memeriksanya sekarang," ucap Pak Anton.
"Syukurlah. Ayo kita ke sana!" ucap Kakek.
Dan merekapun beranjak pergi dari kantin menuju ruangan tempat gadis itu dirawat.
Ketika sampai di depan ruang ICCU, bertepatan dengan Dokter dan Suster yang keluar dari sana.
"Selamat siang Dok, bagaimana kondisi pasien?" tanya Pak Anton.
"Selamat siang. Pasien sudah siuman dan kondisinya cukup stabil. Pasien akan kami pindahkan ke ruang rawat," jawab Dokter.
"Kami boleh menemuinya kan Dok?" tanya Pak Anton.
"Bisa..... bisa, nanti setelah kami pindahkan pasien, Anda berdua bisa menemuinya," jawab Dokter.
"Baiklah..... terima kasih banyak Dokter," ucap Pak Anton.
"Iya, Pak..... sama-sama. Saya permisi," balas sang Dokter lalu segera beranjak pergi setelah Pak Anton mengiyakan.
***
Kakek Surya dan Pak Anton memasuki ruang rawat V-VIP Kanaya setelah perawat keluar dari ruangan.
"Bagaimana keadaanmu, nak? Ada yang sakit?" tanya Kakek.
"Saya sudah baikan kok Pak," jawab Naya.
"Panggil Kakek saja dan..... jangan menggunakan kata formal lagi ya lain kali. Kakek berhutang nyawa padamu, jadi anggaplah orang tua ini sebagai kakekmu ya?" ucap Kakek.
"Ehmm..... baiklah Kek," ucap Naya. "Kata Dokter, aku terbaring koma seminggu..... bisakah aku minta ponselku Kek? Ponselku masih utuh kan?"
Kakek terkekeh pelan, "Masih utuh kok, Nay. Mau kamu apakan ponselmu, hmm?"
"Kakek udah tau namaku ya?" tanya Naya.
Kakek mengangguk mengiyakan. "Semua hal tentangmu Kakek sudah tau, Nay!"
"Wahhh," decak Naya kagum.
"Kalau soal izin ke kampus, Pak Anton Asisten Kakek ini sudah mengurusnya. Kamu bisa istirahat untuk masa penyembuhan kamu 3 minggu ke depan," terang Kakek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pertama (END)
General Fiction{18+}..... "Aku tau kehadiranku tak kau inginkan. Tapi akupun juga terluka. Aku menanggung banyak luka seorang diri sejak dulu. Hingga aku hampir terbiasa dengan semua luka itu." ~ Kanaya Maheswari "Loe itu penganggu! Kehadiran loe cuma ngerusak mas...