~ 38

18.6K 703 9
                                    

Arka tak kuasa menahan air matanya saat mendengar suara tangisan bayinya. Dia sempat menoleh untuk melihat ke arah bayi merah yang baru saja dikeluarkan tim Dokter dari perut sang istri melalui operasi. Karena rahim Naya yang bermasalah pasca kecelakaan yang dialaminya dulu, Dokter Kandungan pun memutuskan untuk melakukan tindakan operasi.

Setelah bayi itu dibawa seorang perawat untuk di mandikan, Arka tak henti-hentinya menciumi kening, pipi juga punggung tangan sang istri. Ucapan syukur pada Tuhan juga terima kasih pada Naya pun selalu Arka berikan sepanjang tim Dokter menyelesaikan tugas mereka.

"Pak Arka, silahkan untuk mengadzani bidadari kecilnya," ucap perawat sambil menggendong bayi merah yang tampak cantik dan menggemaskan.

"Bayi kami sehat kan, Sus?" tanya Arka sambil mengambil alih bayi itu dari gendongan sang perawat.

"Iya, Pak. Sehat dan cantik sekali putri Anda ini. Silahkan Pak Arka adzani dulu, kami akan segera memindahkannya ke ruang perawatan bersama Bu Naya setelahnya," jawab perawat itu.

Arka lalu melantunkan adzan ke telinga putri mungilnya itu. Air mata tak henti menetes dari kedua mata pria itu. Setelah selesai, Arka pun mengecup lembut pipi merah sang buah hati. "Selamat datang ke dunia, bidadari kecil. Kamu adalah anugerah terindah Tuhan untuk Papa dan Mama. Kami sangat mencintai kamu, putri cantiknya Papa Arka."

"Sudah ya, Pak?" ucap perawat.

"Iya, Sus," sahut Arka. Lalu pria itu mengecup kembali pipi sang bayi sebelum diserahkannya kembali ke sang perawat dan di bawa keluar oleh perawat itu.

Arka lalu kembali duduk di dekat Naya dan di genggamnya jemari sang istri yang belum sadarkan diri karena pengaruh biusnya. "Bayi kita perempuan, sayang..... sama seperti yang Agil inginkan. Anak lelaki kita benar-benar sudah menjadi Abang. Dan kita..... benar-benar menjadi orang tua sekarang. Bidadari kecil kita sangat cantik dan sehat. Lekaslah membuka matamu, sayang..... putri kecil kita membutuhkan Mamanya. Sebelum dia menangis kehausan, Kakak harap kamu sudah bangun, sayang. Mulai hari ini, Kakak harus terbiasa melihat bayi kita minum ASI darimu. Demi pertumbuhannya, Kakak rela tidak bisa menikmatinya beberapa waktu." Arka terkekeh pelan saat kalimat itu meluncur dari bibirnya, berbisik di telinga sang istri. Arka lalu mengecup kening Naya dan membawa punggung tangan Naya ke pipi pria itu.

***

Perawat sudah keluar dari ruang perawatan V-VIP yang Arka pesan untuk kenyamanan Naya dan buah hati mereka. Setelah membantu Naya memberikan ASI pertamanya pada sang bayi, sang perawat lalu menidurkan bayi cantik itu ke box bayi di samping Naya.

Arka yang sedari tadi mendampingi sang istri, segera menangkup wajah cantik itu setelah sang perawat pergi. Meskipun sejak mendampingi masuk ruang operasi hingga tadi menyaksikan putri kecilnya minum ASI pertamanya, Arka tak henti-hentinya mendaratkan kecupan ke puncak kepala Naya, pria itu tetap tergoda untuk mencium bibir pucat sang istri.

Naya yang memang masih lemah pun tak bisa menolak. Dia tak punya tenaga untuk menahan sang suami. Mama muda itu pun hanya bisa membalas pagutan Arka sebisanya.

"Terima kasih banyak, sayang," bisik Arka sambil mengelus bibir sang istri yang tampak sudah tak sepucat tadi setelah cukup lama mereka berpagutan mesra.

"Tapi rasanya semua ini tidak adil," balas Naya.

"Kenapa, sayang? Apa ada yang salah? Kakak terlalu kasar ya tadi?" ucap Arka sedikit panik melihat bibir istrinya yang cemberut.

"Sembilan bulan aku membawa bayi kita di dalam perutku, kenapa wajahnya hanya mirip Kakak? Kenapa sama sekali tidak ada kemiripan antara aku dengan bayi kita?" ucap Naya.

Arka terdiam melongo sebentar, lalu tiba-tiba dia tertawa keras. Tadinya dia pikir sang istri marah karena kesalahan yang dia buat, tapi ternyata itu karena wajah bayi cantik mereka. Memang Arka akui, bagian-bagian wajah sang putri banyak kemiripan dengan pria itu. Bahkan bisa di bilang memang sangat mirip.

Istri Pertama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang