Hampir sebulan sudah Naya aktif kembali kerja di Cafe. Saat ada jadwal kuliah pagi, Naya akan kerja di sore hari hingga malam. Saat ada kuliah siang, Naya kerja di pagi hari sebelum jadwal kuliah dimulai. Kemudian setelah selesai kuliah dan beristirahat, sebelum jam tujuh malam, Naya akan kembali ke Cafe.
Di sela kesibukannya kuliah sambil bekerja, tapi Naya sebisa mungkin tetap melakukan tugasnya membantu Bibi memasak. Dia tak mungkin abai pada kewajibannya meskipun Arka tak menganggap kehadirannya.
Seperti kebiasaannya, Naya sudah duduk di kursi meja makan malam ini. Begitu mendengar suara Arka dan Vanya, Naya pun mengisi piring Arka dengan menu makan malam mereka.
Tapi semakin lama yang terdengar adalah suara perdebatan Arka dan Vanya. Naya tak mau ikut campur. Setelah meletakkan piring makan Arka, Naya segera duduk di kursinya lagi.
Arka lalu duduk di kursinya. Sedangkan Vanya masih berdiri di dekat kursi yang biasa dia duduki.
"Duduk dulu. Kita makan malem sama-sama," ucap Arka sambil menatap Vanya.
"Aku udah gak nafsu makan," sahut Vanya lalu melirik Naya sekilas.
Naya menyadari lirikan Vanya lalu Naya pun memilih mengambil makanan untuk dirinya sendiri.
"Kenapa kamu bisa bersikap gitu Ar? Apa kamu se-....." ucapan Vanya terpotong oleh Arka.
"Sayang..... udah cukup. Gak usah dibahas terus. Aku udah jelasin ke kamu kan. Sekarang duduk, kita makan dulu," ucap Arka.
Vanya meminum jus jeruk miliknya sambil masih berdiri. "Aku mau pergi keluar. Jangan ganggu aku dulu, oke?"
"Vanya," ucap Arka dengan nada memohon.
Vanya tak menggubrisnya dan memilih melenggangkan kakinya menjauh pergi.
Arka meraih gelas air putihnya lalu meneguknya sedikit. Dia lalu mulai memakan makanannya.
"Kakak gak susulin Kak Vanya?" tanya Naya.
Arka menatapnya tajam tanpa menjawab.
"Biasanya perempuan akan lebih senang kalau dia-....." belum selesai ucapan Naya tapi Arka sudah memotong kalimatnya.
"Gue gak butuh pendapat loe!" ucap Arka ketus.
Naya lalu diam tak menanggapi. Kemudian dia memilih menyantap makan malamnya.
Beberapa saat berlalu, ponsel Naya berdering. Dia lalu menerima panggilan itu.
"Assalam mu'alaikum Mas Anung, ada apa Mas?" tanya Naya.
".........."
"Iya, aku berangkat ke Cafe sebentar lagi Mas. Kenapa?"
".........."
"Oh, oke. Nanti kita ketemu di sana."
".........."
"Wa'alaikum salam Mas."
Naya lalu menutup panggilannya dan menaruh ponselnya kembali.
"Loe pacaran sama Anung?" tanya Arka.
Naya menatap Arka tak percaya. "Astaghfirullah Kak, aku gak gitu ya."
Arka mengangkat bahunya acuh. "Siapa tau? Gue gak kenal elo sebelumnya."
Naya memilih tak menyahut omongan Arka. Dia mengambil gelas minumnya dan meneguk air putih itu hingga tandas. Dia mengelap bibirnya dengan tisu lalu bangkit dari kursi setelah selesai.
Naya lalu mendekati Arka dan mengulurkan tangannya seperti biasa. Arka pun menyambut uluran tangan Naya dan gadis itu segera mencium punggung tangan Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pertama (END)
Fiction générale{18+}..... "Aku tau kehadiranku tak kau inginkan. Tapi akupun juga terluka. Aku menanggung banyak luka seorang diri sejak dulu. Hingga aku hampir terbiasa dengan semua luka itu." ~ Kanaya Maheswari "Loe itu penganggu! Kehadiran loe cuma ngerusak mas...