Naya melewati beberapa hari di kantor seperti biasa. Meski ada sedikit rasa takut jika nantinya harus berhadapan dengan Arka, tapi Naya mencoba selalu tampak biasa dengan pembawaannya yang ramah.
Lift baru saja akan tertutup setelah Naya masuk beberapa detik yang lalu. Tapi sebelum pintu lift benar-benar tertutup, seorang pria menerobos masuk. Naya sedikit kaget karena ulah pria itu yang tiba-tiba berlari masuk. Dan Naya lebih kaget lagi saat menyadari kalau pria itu adalah Arka, sang Direktur Utama KA Company.
Naya melangkah mundur saat tau kalau mereka hanya berdua di dalam lift. Entah mengapa pria itu tidak menggunakan lift khusus petinggi perusahaan saja.
"Bagaimana kabarmu?" ucap Arka sembari menyejajarkan dirinya di sebelah Naya.
"Bapak bertanya pada saya?" tanya datar.
"Kita hanya berdua di sini. Tidak mungkin aku bertanya pada dinding lift kan?" sahut Arka.
"Seperti yang Bapak lihat, saya baik," ucap Naya tanpa sedikit pun menoleh pada Arka.
"Aku rasa juga begitu. Bahkan kamu sekarang terlihat lebih dewasa," tutur Arka.
"Orang tidak selamanya akan jadi kekanakan, naif dan bodoh kan, Pak," sahut Naya.
Arka terkekeh pelan. "Dari dulu kamu sudah pintar, Nay. Kamu sudah berlari menghindariku sejauh dan selama ini. Kamu benar-benar pintar mengatur rencanamu dulu, hingga berhasil..... sukses kabur dari rumah."
"Bapak tenang saja..... saya tidak membawa barang berharga dari rumah Anda," ucap Naya. Dia ingat, bahkan cincin pernikahannya juga sudah dia tinggalkan di atas meja nakas di dalam kamarnya.
Naya memajukan kakinya selangkah saat melihat tombol angka di lift menunjukkan dua lantai lagi dia akan sampai di ruang kerjanya. Lalu tiba-tiba Arka mencekal pergelangan tangannya.
"Apa sekarang kamu bahagia?" tanya Arka.
"Tidak ada alasan untuk saya harus merasa tidak bahagia kan? Hidup saya sekarang sempurna menurut versi saya," jawab Naya tanpa sedikit pun menoleh pada Arka.
"Aku senang kalau kamu bahagia," ucap Arka.
"Bisa tolong Bapak melepaskan tangan saya?" ucap Naya.
Arka pun melepaskan tangan Naya bersamaan dengan denting bunyi terbukanya pintu lift. Tanpa berkata apa pun, Naya segera beranjak keluar dari lift. Sedangkan Arka hanya bisa menatap sendu punggung mungil Naya yang berjalan menjauh. Setelah pintu lift tertutup kembali, Arka menghela napas pelan sambil menyandarkan punggungnya pada dinding lift.
"Bahkan dia tak mau melihat wajahku sedikit pun," ucap Arka pelan.
***
Naya melangkahkan kaki sambil membawa nampan berisi makan siangnya. Dia berjalan menghampiri kedua temannya yang sudah lebih dulu duduk di salah satu meja di kantin kantor. Tadi Naya harus menghadap Wakil Direktur dulu karena panggilan pria itu. Dan apa yang disampaikan Randy sungguh membuatnya kaget.
"Kenapa kamu di panggil Pak Randy? Dia bicara apa?" cecar Julia saat Naya baru saja duduk di sebelah kursinya.
Naya tak kunjung menjawab. Dia mengambil gelas es teh'nya lalu meminumnya terlebih dahulu. "Dia memintaku jadi sekretarisnya."
"Hah?" seru Julia dan Dika bersamaan.
"Kok bisa? Dari staf divisi keuangan jadi sekretaris? Aneh ya?" ucap Julia.
"Dari awal waktu Pak Randy sering bertanya padaku tentang kamu, aku sudah mulai curiga sih, Nay. Mungkin dia-.........." ucap Dika terpotong Naya.
"Jangan sembarangan. Pak Randy itu sudah punya tunangan," potong Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pertama (END)
Genel Kurgu{18+}..... "Aku tau kehadiranku tak kau inginkan. Tapi akupun juga terluka. Aku menanggung banyak luka seorang diri sejak dulu. Hingga aku hampir terbiasa dengan semua luka itu." ~ Kanaya Maheswari "Loe itu penganggu! Kehadiran loe cuma ngerusak mas...