~ 35

14.3K 758 4
                                    

Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi. Naya dan Bibi sedang memasak untuk sarapan nanti. Sesekali terdengar tawa di sela aktifitas mereka.

Tanpa mereka sadari, Arka melangkah mendekat. Naya berjingkat kaget saat sepasang lengan pria itu melingkari perutnya disertai kecupan di puncak kepalanya. Lalu kepala Arka pun dia sandarkan ke pundak Naya.

"Kakak, malu..... ada Bibi ini loh," ucap Naya sambil berusaha melepaskan diri. Tapi pelukan sang suami sama sekali tidak melonggar.

Bibi hanya tersenyum melihat tingkah Arka yang memang sedikit aneh belakangan ini. "Tidak apa-apa, Non..... Bibi malah senang lihatnya."

"Bibi saja tidak merasa terganggu," ucap Arka terdengar seperti gumaman karena dia memejamkan kedua matanya.

"Kalau masih ngantuk kenapa sudah bangun sih, Kak? Tidur lagi saja sana. Malu sama Bibi ini..... ihh," ucap Naya.

"Perut Kakak rasanya tidak enak, sayang," balas Arka sambil mengusakkan wajahnya ke leher Naya.

"Sudah ke kamar mandi?" tanya Naya.

"Bukan itu. Rasanya..... tidak enak saja gitu," jawab Arka.

"Aku buatkan teh hangat dulu ya. Kakak duduk dulu," ucap Naya.

Pria itu menurut. Dengan langkah gontai, dia melangkah menuju meja makan. Setelah mendaratkan tubuhnya di kursi, dia melipat siku tangannya dan dia gunakan untuk bantal kepalanya.

"Minum dulu, Kak," ucap Naya sambil mengulurkan cangkir teh hangat itu. Arka menerimanya dan menyesapnya beberapa kali. "Kakak pusing atau gimana?"

Arka menggeleng. "Kakak tidak sakit, tapi rasanya itu..... bagaimana menjelaskannya ya? Pokoknya rasanya tidak enak saja gitu. Kita tidak berangkat ke kantor saja ya hari ini? Kakak mau di dekat kamu terus. Kalau dekat kamu, Kakak merasa mendingan..... rasa tidak enaknya jadi hilang. Kita ke apartemen saja ya?"

"Siang nanti Kakak ada jadwal pertemuan dengan Sanjaya Company," ucap Naya sambil memegang jemari Arka yang ada di atas meja. Naya tahu niat terselubung Arka yang mengajaknya untuk pergi ke apartemen.

"Sehari ini saja, sayang..... kita bolos kerja. Kakak mau manja-manja sama kamu dulu," balas Arka sambil menelusupkan jari-jari besarnya ke jemari Naya. Lalu dia mengecup punggung tangan gadis itu berulang kali.

"Besok saja ya liburnya? Hari ini pertemuan penting, Kak..... sayang kalau sampai gagal. Kakak sendiri juga sudah lama menantikan pertemuan dengan Sanjaya Company kan?" ucap Naya.

"Tapi Kakak tidak bersemangat hari ini," sahut Arka.

Naya tersenyum menatap wajah merajuk Arka. Entah ada apa dengan suaminya itu, semakin hari permintaannya semakin aneh menurut Naya. Arka juga menjadi lebih manja, bukan hanya di rumah, tapi saat di kantor juga.

"Setelah pertemuan dengan Sanjaya Company selesai, Kakak boleh bawa aku ke apartemen. Aku janji nanti akan turuti semua keinginan Kakak," ucap Naya.

Wajah Arka berbinar senang mendengar itu. "Janji ya?"

Naya mengangguk. "Sekarang habiskan dulu tehnya, lalu mandi ya."

Pria itu menurut. Setelah tehnya sudah habis, dia segera beranjak masuk ke kamar untuk mandi dan bersiap-siap.

Dan pukul tujuh, mereka semua siap duduk bersama untuk sarapan pagi. Dengan telaten Bibi menyuapi Agil. Dan Arka pun menginginkan hal yang sama. Awalnya Naya menolak permintaan sang suami, tapi karena pria itu merajuk dan tidak mau makan, akhirnya Naya pun mengalah. Gadis itu menyuapi suaminya yang terlihat aneh akhir-akhir ini.

Istri Pertama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang