~ 31

15.1K 802 4
                                    

"Nay," panggil Arka.

"Ya?" sahut Naya.

Mereka berdua sedang menonton acara televisi, dengan di temani teh hangat dan roti bakar yang mereka beli tadi. Selepas Maghrib tadi, mereka berdua pergi menonton pameran bersama Dika dan Julia.

Memang semenjak Arka mengubah penampilan hanya untuk sekedar bisa makan siang dengan Naya waktu itu, Arka jadi sering melakukan hal itu jika tidak sedang ada pertemuan di luar kantor. Arka pun menjadi lebih akrab dengan teman-teman Naya.

"Kamu merasa kedinginan tidak, Nay?" tanya Arka.

Naya menggeleng. "Kakak kenapa?" Lalu dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh kening Arka. "Kakak demam. Aku ambilkan obat dulu ya."

Arka mengangguk. Lalu Naya pun beranjak untuk mencari obat. Tak butuh waktu lama, gadis itu sudah kembali menghampiri Arka dengan membawa obat dan segelas air putih.

"Minum dulu obatnya, Kak..... lalu istirahat," ucap Naya.

Arka menerima obat itu dan langsung meminumnya. "Temani tidur ya?"

Naya menatap Arka. Wajah pria itu tampak sedikit memerah karena demam. Naya jadi kasihan dan tidak tega membiarkan Arka tidur sendiri. Naya harus memastikan kondisi pria itu tidak bertambah buruk nanti.

"Iya..... Ayo, pindah ke kamar. Besok hari Minggu, Kakak bisa gunakan untuk istirahat juga," ucap Naya.

Gadis itu memegangi lengan Arka. Lalu membawanya menuju ke kamar pria itu.

Setelah menyelimuti Arka, Naya beranjak ingin mengambil kursi. Tapi Arka sudah lebih dulu mencekal pergelangan tangan Naya.

"Mau kemana?" tanya Arka.

"Aku mau ambil kursi dulu, Kak," sahut Naya lembut.

"Kita kan suami istri..... apa kamu benar-benar merasa tidak nyaman tidur seranjang denganku?" tanya Arka dengan sorot mata lembut.

Naya diam tak bergeming. Jahatkah dia telah menolak sang suami yang sudah meminta maaf padanya berulang kali?

Arka melepaskan tangan Naya karena kebungkaman gadis itu. "Maaf ya kalau kamu merasa terganggu. Aku baik-baik saja..... aku sudah lebih mendingan karena minum obat tadi. Kamu bisa tidur di kamarmu sendiri. Maaf sudah membuatmu merasa tidak nyaman."

Naya merasa buruk sekarang. Dia merasa sudah jadi orang yang jahat. Dia lalu menghirup napas dalam, kemudian menghembuskannya sepelan mungkin.

"Kakak sedang kurang enak badan, sudah jadi tugasku untuk memastikan keadaan Kakak baik-baik saja semalaman nanti. Jadi..... aku akan tidur di sini malam ini," ucap Naya.

Tanpa menunggu sahutan Arka, lalu gadis itu segera naik ke atas ranjang. Dia berbaring dekat dengan Arka. Lalu Naya pun menarik selimut untuk menghangatkan tubuhnya juga.

Arka lalu memiringkan tubuhnya menghadap pada Naya. "Kamu yakin?"

Naya mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum. "Sekarang Kakak istirahat ya..... sudah malam juga. Kakak sakit pasti gara-gara kelelahan."

Arka tersenyum, lalu mengangguk. "Selamat malam, istriku."

"Selamat malam juga, Kak," balas Naya.

Arka lalu memejamkan kedua matanya. Tak butuh waktu lama, deru napas teratur Arka pun terdengar. Sedangkan Naya hanya memandangi wajah damai yang tampak sudah terlelap itu. Naya merasa dia sudah bersikap keterlaluan. Pria itu sudah berulang kali minta maaf. Juga sudah banyak menunjukkan keseriusannya pada Naya.

Pikiran gadis itu berperang dengan kata hatinya. Apakah dia harus mulai membuka hatinya untuk Arka? Naya menatap lekat wajah tampan di hadapannya itu. Lalu jemarinya terulur untuk menyentuh rahang kokoh pria itu.

Istri Pertama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang