Waktu satu tahun pernikahan Naya berlalu tanpa ada kemajuan yang berarti antara mereka. Naya memang masih selalu menyiapkan dan melayani kebutuhan Arka soal makanan. Selebihnya, Naya tak pernah berinteraksi dekat dengan suaminya itu. Naya mencoba menutup diri dari Arka, sedangkan Arka tak pernah berusaha untuk mendekati Naya.
Karena tak lagi bekerja, Naya bisa benar-benar fokus pada kuliahnya. Dan sebentar lagi dia akan segera lulus. Naya tak pernah bercerita tentang kuliahnya pada Arka karena Arka tak pernah sekalipun bertanya.
Malam ini Naya ada janji dengan Sakti dan Arum. Di kampus mereka sudah jarang nongkrong bersama karena sibuk dengan kuliah masing-masing. Dan Naya pun sering menghabiskan waktu sendiri jika punya waktu luang.
Setelah selesai bersiap-siap, Naya pun keluar dari kamarnya. Dia langsung menuju ke ruang makan karena memang sebentar lagi jam makan malam. Dia mendekati Bibi yang sedang menata meja makan.
"Maaf ya, Bi..... aku gak bantuin Bibi hari ini. Aku baru pulang dan sekarang harus pergi lagi," ucap Naya.
"Gak pa-pa, Non. Ini kan udah tugas Bibi kok," balas Bibi.
Naya melihat begitu banyak makanan tersaji di meja makan. Naya sebenarnya ingat kalau hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan Arka. Dan tentu saja Arka pasti akan merayakan itu bersama Vanya. Naya cukup tau diri dan memilih untuk menerima ajakan Arum untuk makan di luar. Naya tak ingin mengganggu momen Arka dengan istri keduanya nanti.
Bibi yang melihat Naya termenung memandangi makanan pun segera menyadarkan Naya. "Aden yang minta Bibi masak semua ini, Non."
"Tentu saja," sahut Naya pelan.
"Non ikut makan malam di rumah kan?" tanya Bibi.
"Gak, Bi. Aku ada janji dengan Arum. Lagi pula..... aku gak mau ganggu kebersamaan Kak Arka dan Kak Vanya," jawab Naya.
"Non....." ucap Bibi lirih sambil menatap sendu pada Naya. "Non baik-baik saja?"
Naya tersenyum lalu mengangguk. "Aku selalu baik, Bi."
Arka dan Vanya terlihat menuruni tangga. Mereka lalu bergabung di meja makan. Vanya benar-benar terlihat cantik malam ini. Setelah ini, mungkin mereka akan menghabiskan waktu bersama, itu yang dipikirkan Naya.
"Bi, ambilin kue yang aku beli tadi!" ucap Vanya.
"Baik, Non," sahut Bibi. Lalu Bibi pun bergegas pergi ke dapur.
"Kak, aku pamit mau pergi ketemu Arum," ucap Naya.
"Duduk! Kita makan malam dulu," balas Arka.
Naya tak menyahut dan memilih untuk ikut duduk bersama mereka. Apa dia harus melayani Arka, sedangkan nanti Arka dan Vanya pasti akan romantis-romantisan di meja makan? Naya tampak tak bersemangat, tapi dia pun tak bisa menolak.
"Ini Non Vanya kuenya," ucap Bibi sambil meletakkan kue tart di atas meja.
Vanya mengangguk lalu Bibi pun bergegas pergi ke belakang. Tapi Bibi tak benar-benar kembali sibuk dengan pekerjaan. Dia berhenti di belakang pintu dapur lalu berdiri menghadap ke arah meja makan sambil bersembunyi. Bibi mengintip.
"Selamat ultah pernikahan kita yang pertama, Sayang. Semoga kamu selalu jadi suami yang terbaik buat aku. Semoga kita langgeng selamanya sampe maut memisahkan kita. Cinta aku selalu pokoknya," tutur Vanya dengan wajah berbinar.
"Aamiin," sahut Arka tersenyum manis.
"Aku potong kuenya dulu ya," ucap Vanya dan diangguki Arka.
Lalu Vanya pun memotong tart itu dan mengambil satu potong untuk ditaruh di piring kecil. Vanya kemudian menyuapkan satu suapan pada Arka.
"Makasih, Sayang," ucap Arka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pertama (END)
General Fiction{18+}..... "Aku tau kehadiranku tak kau inginkan. Tapi akupun juga terluka. Aku menanggung banyak luka seorang diri sejak dulu. Hingga aku hampir terbiasa dengan semua luka itu." ~ Kanaya Maheswari "Loe itu penganggu! Kehadiran loe cuma ngerusak mas...