~ 11

10.7K 696 60
                                    

Arka langsung memasuki rumah setelah keluar dari mobil. Seharusnya hari ini dia ada jadwal kuliah siang. Tapi di kantor tadi, Om Wisnu memanggil Arka ke ruangannya. Dan Om'nya itu memberikan banyak nasehat untuk Arka.

"Bi, Naya di rumah kan?" sapa Arka setelah berpapasan dengan Bi Yani.

"Ada, Den..... di kamarnya," sahut Bibi.

Arka mengangguk lalu menaiki tangga menuju ke kamar Naya. Dia berdiri sebentar di depan pintu kamar istri pertama'nya yang belum pernah sekali pun dia masuki. Padahal usia pernikahan mereka sudah hampir lima bulan.

Arka lalu mengetuk pintu itu.

"Masuk, Bi!" sahut Naya yang mengira Bibi yang datang.

Arka membuka sedikit pintunya dan langsung masuk lalu menutupnya pelan.

Dia berdiri mematung. Tertegun menatap pemandangan di depannya. Naya berbaring tengkurap di atas ranjang, menghadap ke arahnya. Tapi gadis itu belum melihat dia. Naya masih asik membaca buku tanpa bersuara.

Arka memperhatikan Naya. Arka bisa melihat dengan jelas penampilan gadis itu saat di kamar. Kalau biasanya Arka melihat Naya yang selalu memakai celana panjang, kaos juga jaket, tapi saat ini dia melihat Naya hanya mengenakan tank top. Gunung kembar itu tampak sedikit terlihat bagian atasnya karena tertekan tubuh Naya yang tengkurap.

Naya juga hanya memakai hotpants yang memperlihatkan paha mulusnya. Dan kedua tungkai kakinya, dia tekuk ke atas dan tampak dia silangkan.

Arka tak berkedip menyaksikan keindahan di depan matanya. Sungguh, Naya berbeda sekali dengan Vanya. Ternyata Naya juga bisa mengenakan pakaian terbuka yang menonjolkan keseksiannya. Tapi dia hanya memakainya saat berada di kamar. Berbeda dengan Vanya yang setiap harinya selalu mengenakan pakaian seksi kemana-mana.

Merasa tak segera mendengar suara Bibi, Naya lalu bertanya tapi manik matanya tetap fokus pada bukunya. "Ada apa, Bi?"

Arka segera tersadar dari lamunannya. Dia lalu menghela napas pelan. "Gue mau ngomong sesuatu."

Naya kaget mendengar suara Arka. Dia segera bangkit dari posisinya dan bangun dari ranjang. "Dimana, Kak?" Suara Naya terdengar gugup.

"Di sini aja," ucap Arka.

Naya lalu duduk di tepi ranjang sambil meletakkan bantal di atas kedua pahanya untuk menutupi kemulusannya. Arka bisa melihat kecanggungan yang kentara dari gadis itu.

"Ada apa, Kak?" tanya Naya.

"Gue mau loe berhenti kerja dari Cafe!" jawab Arka.

Naya mengernyit bingung. "Alesannya apa, Kak? Kakak udah ngizinin kan waktu aku minta izin dulu?"

Arka menatap wajah Naya. "Loe ketemu Om Wisnu sama Om Herman kan di Cafe?"

Naya mengangguk. Dia memang melayani kedua Om suaminya itu beberapa hari yang lalu saat mereka reuni dengan teman-teman mereka. Tapi tentu saja Naya hanya menyapa mereka layaknya karyawan Cafe dengan pelanggannya saja.

"Mereka gak suka liat menantu mereka kerja di Cafe," ucap Arka.

"Kakak sendiri gak keberatan aku kerja kan?" sahut Naya pelan.

"Inget..... loe itu berstatus menantu di rumah ini!" kata Arka tajam.

Naya terkekeh pelan. Dia hanya menatap lantai kamar, dia tak bisa menatap wajah Arka. Dia tak ingin lagi melihat ekspresi wajah sang suami yang tak menginginkannya itu.

"Kakak bilang, semua ini hanya status di atas kertas kan? Kita terikat hanya karena status ini kan?" lirih Naya.

"Terserah! Yang jelas, gue mau loe berhenti kerja! Kuliah aja yang bener!" ucap Arka.

Istri Pertama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang