~ 5

10K 595 48
                                    

Di dalam ruang bernuansa putih itu, tampak Arka sedang duduk di sofa. Dan di sebelah kanan kirinya, masing-masing ada Naya dan juga Vanya. Di depan mereka duduk dua orang pria paruh baya, sedang memberi nasehat pernikahan.

Ya, dua pria itu adalah seorang Penghulu beserta Asistennya. Beliau baru saja menikahkan dua pasang pengantin dengan satu pemuda yang sama. Arka dengan Naya dan Arka dengan Vanya.

Setelah tadi sebelumnya memanggil Om Herman dan Om Wisnu, Kakek meminta Pak Anton untuk menyiapkan acara ijab qabul Arka di ruang rawat Kakek. Sebelum membawa Penghulu datang, Pak Anton meminta Arka untuk menghubungi Vanya terlebih dahulu.

Karena dua gadis itu masing-masing tak lagi mempunyai orang tua, merekapun menikah dengan wali hakim. Om Herman dan Om Wisnu sebagai saksi pernikahan mereka.

Kakek tersenyum lega menyaksikan pernikahan cucu kesayangannya itu. Dia berharap, suatu hari nanti Arka akan segera menyadari ketulusan hati Naya. Meskipun sekarang Arka menikahi Naya bukan karena cinta, Kakek berharap kelak Arka pun bisa mencintai Naya seperti dia mencintai Vanya.

Pak Anton bertugas mengabadikan momen-momen sakral kedua pasang pengantin itu.

Setelah selesai menandatangani dokumen-dokumen pernikahan, Penghulu memberitahukan bahwa rangkaian ijab qabul telah selesai. Mereka saling berjabat tangan satu sama lain. Dan Penghulu serta Asistennya pun berpamitan.

Arka dan kedua istrinya lalu menghampiri ranjang Kakek. Arka mencium punggung tangan sang kakek dan diikuti oleh Naya juga Vanya.

"Dengar, ingat dan lakukan dengan baik nasehat-nasehat yang diberikan Pak Penghulu tadi. Kamu harus bersikap adil pada kedua istrimu. Kamu tidak boleh membedakan mereka," tutur Kakek.

Arka hanya mengangguk sambil menggenggam telapak tangan Kakek.

"Selamat ya untuk kalian bertiga. Om hanya bisa berdoa semoga kalian selalu rukun dan bahagia," ucap Om Herman.

"Makasih Om," sahut Naya dan Vanya bersamaan.

"Walaupun kalian sama-sama istri Arka, kami harap kalian bisa jadi saudara yang baik ya," imbuh Om Wisnu.

"Iya Om," sahut Naya dan Vanya.

"Om Wisnu, Om Herman..... dan juga Pak Anton..... aku harap, hanya kita yang ada di sini yang tau perihal pernikahan ini ya," pinta Arka.

"Tante-tante'mu juga sepupu-sepupu'mu masa' gak boleh tau juga?" tanya Om Herman.

Arka menggeleng. "Untuk saat ini, biar hanya kita aja yang tau Om."

Om Herman dan Om Wisnu mengiyakan. Mereka tau bagaimana sulitnya berada di posisi Arka sekarang. Mereka akan memberi ruang dan waktu untuk Arka agar bisa beradaptasi dengan status barunya sebagai seorang suami, dengan dua istri sekaligus.

"Kalian semua bisa keluar dulu? Kakek ingin bicara berdua dengan Arka," ucap Kakek.

Mereka mengiyakan lalu beranjak keluar dari ruang rawat Kakek Surya.

"Kakek harus segera sembuh ya," pinta Arka lembut dengan masih menggenggam erat tangan Kakek.

Kakek tersenyum lalu mengusap kepala Arka. "Rasanya sudah lama Kakek tidak mengusap kepalamu seperti dulu. Saat kamu tak bisa tidur, dulu kamu selalu meminta Kakek untuk mengusap kepalamu."

Kedua mata Arka berkaca-kaca. "Setelah Kakek sembuh, aku akan menemani Kakek tidur di kamar Kakek. Setiap malam, Kakek harus menidurkan aku dengan mengusap kepalaku ya."

Arka sekuat tenaga menahan air matanya agar tak keluar. Dadanya terasa begitu sangat sesak. Dia benar-benar takut sekarang.

Kakek tersenyum. "Kamu sekarang sudah punya istri, Ka. Kamu bisa meminta mereka mengusap kepalamu jika kamu ingin tidur."

Istri Pertama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang