~ 3

9.8K 570 29
                                    

"Akhirnya besok kamu boleh pulang, Nay!" ucap Kakek.

"Yeee..... akhirnya! Bosen kek, 2 minggu lebih di Rumah Sakit," ucap Naya.

"Besok Kakek jemput kamu lalu ke kontrakan kamu mengemasi barang-barang dan langsung ke rumah Kakek!" kata Kakek.

Naya terdiam sejenak. "Tapi Kek..... aku gak enak. Kakek ini kan Pak Surya, majikan Ayah yang baik hati yang udah banyak membantu kami dulu,"

Kakek menatap sayu wajah Naya. Karena selama Naya di rawat, setiap hari pula Kakek menjenguk dan berbincang dengan gadis itu. Sampai akhirnya Naya bercerita tentang majikan Ayahnya yang baik hati yang dulu sering membantu keluarga Naya di Jogja. Kakek mendengarkan seluruh cerita Naya yang terdengar begitu mengagumi sosok majikan Ayahnya dan begitu berterima kasih padanya. Sampai setelah Naya selesai bercerita, Kakek baru memberitahu bahwa dia'lah sang majikan Ayahnya. Tapi Kakek tak berani menceritakan kisah yang sebenarnya terjadi tentang dirinya dan Mahesa, ayah Naya di masa lalu.

"Kalau kamu menghargai Kakek, seharusnya tidak masalah kan kalau kamu menuruti keinginan Kakek?" ucap Kakek.

"Aku sangat menghargai Kakek. Aku sangat berterima kasih pada Kakek untuk semua yang sudah Kakek berikan," sahut Naya.

"Jadi kamu mau kan membuat Kakek bahagia di usia senja si renta ini?" kata Kakek terdengar sedih.

"Akan aku lakukan kalau aku bisa Kek," ucap Naya pasti.

"Menikahlah dengan cucu kesayanganku, Nay!" kata Kakek menatap wajah polos gadis itu.

"Apa?" cicit Naya lirih. "Menikah?"

Pak Anton yang duduk tak jauh dari Kakek pun ikut kaget. Dia tak menyangka, Tuan Besar'nya akan bertindak sejauh itu. Tapi Pak Anton tetap diam saja memperhatikan sang majikan.

"Iya, Nay!" ucap Kakek tegas.

"Tapi Kek..... aku dan cucu Kakek gak saling mengenal. Lagi pula..... aku hanya gadis miskin juga kampungan, cucu Kakek mana mau dengan aku yang seadanya ini," terang Naya.

"Cucu Kakek bersedia Nay!" sahut Kakek.

"Hah?" cicit Naya tak percaya. "Tapi Kek..... aku gak bisa..... aku..........,"

Belum sempat Naya menyelesaikan omongannya, Kakek bangkit dari kursi lalu tiba-tiba bersimpuh di lantai sambil menatap Naya yang duduk di ranjang.

"Ini adalah permohonan Kakek padamu Nay," ucap Kakek kemudian.

"Tuan," cicit Pak Anton yang sudah berdiri sedari aksi Kakek bersimpuh tadi.

"Kakek jangan gitu. Bangun Kek. Pak Anton bantuin Kakek berdiri, Pak!" ucap Naya agak panik.

Pak Anton tetap tak bergeming dari tempatnya. Dia sangat paham watak Tuan Besar'nya.

"Kakek tidak akan berdiri sebelum kamu berjanji mau menerima permohonan Kakek ini," balas Kakek.

Naya bingung. Dia terdiam cukup lama. Otaknya penuh dengan pikiran-pikiran dari masa lalu dan masa sekarang. Lalu akan bagaimana masa depannya nanti? Dia mendesah pelan, lalu berkata, "Baiklah..... aku setuju, Kek!"

Kakek tersenyum bahagia, lalu Pak Anton pun membantu Kakek berdiri.

"Terima kasih, Naya cucuku!" ucap Kakek lalu membawa Naya ke bersandar di dadanya.

"Jangan bilang terima kasih, Kek. Aku yang seharusnya bilang terima kasih atas semua kebaikan Kakek," kata Naya sambil menitikkan air mata haru.

"Bantu Kakek ya Nay," pinta Kakek sambil mengelus lengan Naya.

Istri Pertama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang