~ 34

13.7K 713 11
                                    

Binar kebahagiaan kini selalu mewarnai hari-hari Naya. Hingga tak terasa, kebersamaan keluarga kecil mereka sudah mereka lalui sepuluh bulan ini. Suami yang begitu menyayanginya, juga seorang anak yang pintar dan penurut, menjadikan Naya merasa beruntung. Tak ada lagi ragu dalam hatinya saat melihat sikap Arka yang terkadang terasa berlebihan padanya.

Pernah suatu sore selepas pulang kantor, Arka membawa Naya ke unit apartemennya untuk pertama kalinya. Naya menurut saja saat sang suami memintanya untuk menemani mengambil sesuatu ke sana. Tapi setelah pintu apartemen Arka tutup, pria itu langsung merengkuh tubuh mungil sang istri. Mereka pun bermesraan di sana dan kembali ke rumah saat waktu makan malam.

Ternyata Arka merasa kurang bebas saat menghabiskan malam berdua dengan Naya di rumah, karena keberadaan Bi Yani dan Agil. Bukan Arka tidak senang dengan kehadiran mereka, bahkan Arka justru merasa sangat bahagia. Tapi waktunya bermesraan dengan sang istri menjadi begitu terbatas dan tidak sebebas dulu saat hanya tinggal berdua.

Mereka hanya bisa bermesraan di kamar, itu pun harus menunggu Bibi dan Agil tidur. Di tambah kamar Naya memang bukan kamar yang kedap suara, membuat kebersamaan mereka tidak boleh terdengar sampai keluar kamar.

Setelah menghabiskan sore nan panas untuk partama kalinya di apartemen, Arka menyampaikan unek-unek di hatinya itu pada Naya. Dan Naya mencoba memahami pemikiran suaminya itu dari sudut pandang seorang pria. Gadis itu tahu apa yang pria butuhkan dalam sebuah pernikahan. Pria bukan hanya sekedar merasa ingin dihargai, disayangi dan dibutuhkan. Tapi pria juga butuh kesenangan dan kepuasan dari seorang istri.

Hingga setelah itu, akhirnya Arka dan Naya sering menghabiskan waktu berdua di apartemen. Kadang dua sampai tiga kali dalam seminggu setelah pulang kerja mereka singgah dulu ke sana. Atau saat sedang keluar jalan-jalan malam, mereka akan menikmati kemesraan mereka di sana.

Dan kebiasaan mereka itu pun masih mereka lakukan sampai sekarang. Tadi malam saja, mereka menghabiskan malam Minggu berdua di apartemen. Naya hanya ingin memberikan yang terbaik yang dia bisa pada sang suami. Selama dia mampu, dia akan menjalankan kewajibannya memenuhi kebutuhan suaminya itu, baik lahir maupun batin.

"Non bisa ikut bergabung dengan Den Arka dan Den Agil, biar Bibi yang menyelesaikan masakannya, Non," ucap Bibi.

Naya dan Bibi sedang memasak untuk makan siang nanti. Tapi sedari tadi, Naya terlihat menatap keluar jendela dapur, memperhatikan kebersamaan Arka dan Agil yang sedang asik bermain di halaman belakang.

Naya menoleh pada Bibi. "Aku hanya merasa sangat bersyukur, Bi. Dulu aku pikir..... aku tidak akan bisa hidup bahagia. Tapi sekarang, hidupku dilimpahi begitu banyak kebahagiaan. Suami yang menerimaku apa adanya tanpa sedikit pun melihat kekuranganku. Juga anak yang pintar dan menggemaskan..... Aku merasa begitu sangat bersyukur."

"Iya, Non. Bibi juga turut merasa bahagia. Dulu saat Aden terpuruk dan kacau setelah tahu Non menghilang, Bibi sangat merasa takut kalau Aden tidak bisa bangkit dan tidak lagi punya semangat," ucap Bibi.

Naya mengernyit bingung. "Maksudnya, Bi?"

"Jadi Non belum tahu keadaan Aden pasca menghilangnya Non dulu?" tanya Bibi.

Naya menggeleng. "Aku dulu pernah bertemu dengan Pak Anton di kantin kantor. Beliau hanya sempat mengatakan kalau Kak Vanya pernah keguguran. Itu pun aku tahunya Kak Arka dan Kak Vanya tidak bercerai saat Pak Anton bercerita. Belum sempat aku bertanya lebih jauh ke Pak Anton, Kak Arka sudah lebih dulu datang dan berkata kalau Kak Arka bisa menyelesaikan urusan pribadinya sendiri. Jadi ya..... aku belum dengar cerita apapun."

Bibi tersenyum, lalu mulai mengenang masa lalu. "Setelah Aden tahu Non pergi dari rumah, Aden menyuruh orang-orangnya untuk mencari keberadaan Non Naya. Dan Non Vanya marah mengetahui kepedulian Aden itu, dan Aden selalu bilang kalau Aden harus mencari Non Naya karena janjinya pada Tuan Surya. Tapi setelah seorang pengacara datang ke rumah dan memberikan surat gugatan Non Naya, Aden jadi tak terkendali. Aden memaki pengacara itu habis-habisan dan menyobek surat itu di depan mata pengacara Non. Terus setahu Bibi, Tuan Herman yang menemui pengacara Non di kantornya. Setelah tahu Non menggugat Aden, Den Arka jadi pemurung. Aden bahkan tidur di kamar Non Naya dan mengurung diri di sana berhari-hari. Bibi harus selalu mengantar makanannya ke kamar. Non Vanya yang merasa tidak di pedulikan Aden, selalu saja marah-marah. Mereka selalu bertengkar, tapi Aden tetap tak meninggalkan kamar Non Naya. Sampai akhirnya, Tuan Wisnu dan Tuan Herman datang dan memberi nasehat panjang lebar, Aden baru mau keluar kamar. Tapi kemudian Aden jadi sosok yang gila kerja. Setiap hari Aden bekerja keras untuk memajukan perusahaan. Sampai saat Non Vanya mengalami kecelakaan dan dinyatakan keguguran, Bibi pikir Aden akan kembali kacau. Tapi ternyata Aden malah langsung menceraikan Non Vanya. Kedua Om'nya sampai memarahi dan mencecar Aden karena justru menceraikan Non Vanya padahal mereka baru kehilangan calon bayi mereka. Dan kami sangat terkejut saat Aden jujur kalau dirinya belum pernah berhubungan suami istri dengan Non Vanya dan istrinya itu sudah berselingkuh dengan kekasih pertamanya di belakang Aden. Den Arka kemudian juga menceritakan tentang permintaan Tuan Surya. Lalu Tuan Herman pun mengurus proses perceraian Aden dan Non Vanya..... Dan Bibi ingat benar hari itu, Aden pulang dengan wajah yang sumringah. Aden juga memeluk Bibi sambil bercerita kalau Aden sudah tahu keberadaan Non Naya. Setelah itu Aden langsung terbang ke Surabaya. Dan sekarang Bibi sangat bersyukur melihat Aden dan Non Naya seperti ini."

Istri Pertama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang