~ 22

16.2K 872 12
                                    

Randy dengan langkah tergesa-gesa datang menemui Arka di ruangannya. Tanpa mengetuk pintu, Randy langsung saja masuk.

"Ar," sapa Randy cepat.

Arka yang sedang sibuk memeriksa berkas sontak langsung melihat ke arah Randy. "Lupa cara mengetuk pintu hmm?"

"Sekarang itu bukan hal penting. Coba lihat ini," ucap Randy sambil menyodorkan lipatan kertas pada Arka.

Lalu Arka pun meraih kertas itu. "Apa ini?"

Randy tidak menyahut. Kemudian Arka pun membaca kertas itu.

"Dia tidak masuk dua hari kemarin. Dan tadi dia datang dan memberiku surat pengunduran diri itu," ucap Randy sambil duduk di kursi di depan meja Arka.

Randy memijat pangkal hidungnya. Sedangkan Arka masih setia menatap kertas yang berisi pengunduran diri Naya.

"Kenapa kamu gelisah?" tanya Arka.

"Ayolah, Ar..... Dia memilih berhenti kerja mungkin karena marah padaku. Aku yang membuatnya mabuk malam itu dan memintamu membawanya pulang," jawab Randy.

"Menurutmu begitu?" tanya Arka lagi.

"Dia bersikap dingin padaku tadi. Aku sudah minta maaf, tapi dia bilang "tidak apa-apa". Tapi aku tau dia kecewa, Ar," sahut Randy.

Arka menyodorkan kertas itu lagi pada Randy. "Kalau dia ingin berhenti jadi sekretarismu, kabulkan saja."

"Kamu bercanda?" balas Randy menerima kertas itu sambil melotot tak percaya.

Arka mengangguk. "Cari saja sekretaris baru sebelum Yasmine kembali."

"Lalu Naya?" ucap Randy.

"Itu pilihannya. Hargai keputusannya," sahut Arka.

***

Naya hanya menghabiskan waktu di dalam rumah selama tiga hari ini. Setelah tadi pagi menemui Randy, siang tadi Wakil Direktur itu meneleponnya dan mengabulkan permohonan pengunduran dirinya. Besok pagi, Naya hanya harus ke kantor untuk membereskan barang-barangnya.

Dia merasa dia harus mengambil keputusan besar ini. Walaupun di KA Company dia sudah mendapatkan gaji yang lumayan besar, tapi berhenti bekerja di sana harus dia lakukan. Dia hanya ingin melindungi hatinya. Dia tak akan bisa lepas sepenuhnya dari Arka jika masih satu kantor dengan pria itu. Apalagi setelah kejadian malam itu, Naya tak akan punya muka untuk bertemu Arka lagi.

Naya betul-betul tak bisa mengingat apapun tentang kejadian malam itu. Entah dia melakukannya dengan sukarela atau Arka memaksanya, Naya sama sekali tak ingat. Naya tak bisa menyalahkan Arka sepenuhnya.

Sore ini, Naya bersantai sambil menonton televisi ditemani secangkir teh dan camilan kesukaannya. Sesekali dia juga asik membalas pesan dari Julia atau Dika yang menanyakan kabarnya. Naya sama sekali belum menceritakan soal pengunduran dirinya. Dia berencana saat besok dia membereskan barangnya, dia baru akan bercerita dengan kedua temannya itu.

Terdengar suara dering ponselnya. Naya pikir mungkin itu telepon dari salah satu temannya itu, tapi setelah melihat layar ponselnya, ternyata bukan. Naya mengernyit bingung dengan nomor baru yang menghubunginya itu. Lalu dia pun menjawab panggilan itu.

"Assalam mu'alaikum," sapa Naya.

"Wa'alaikum salam."

Naya tertegun sejenak. Dia berpikir dia tau suara siapa itu. Tiba-tiba detak jantungnya berpacu lebih cepat.

"Saya tidak ingin berbicara dengan Anda."

Terdengar suara kekehan di seberang sambungan. "Kamu hafal betul suaraku ya?"

Istri Pertama (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang