Kakek dan Arka sedang makan bersama. Kakek lebih banyak diam karena memikirkan Naya. Gadis itu menolak untuk tinggal dengannya dan lebih memilih tinggal di kontrakannya.
"Kamu sudah ambil keputusan Ka?" tanya Kakek.
"Kek..... beri aku dan Vanya kesempatan untuk membuktikan kalau kami bener-bener punya niat tulus Kek," jawab Arka.
"Kalaupun Naya sendiri yang menolak menjadi istrimu, Kakek tetap tak akan pernah memberi restu untukmu dan kekasihmu itu!" kata Kakek tegas.
"Kenapa Kakek begitu yakin dengan gadis baru itu? Sedangkan Vanya? Aku sudah mengenalnya dengan baik selama 2 tahun ini lho Kek," sahut Arka.
"Kakek tau Naya itu gadis baik, tapi soal kekasihmu..... feeling Kakek mengatakan dia tidak sebaik seperti dugaanmu itu!" ucap Kakek.
"Kek.... kenapa Kakek bersikap begini padaku? Kakek gak ingin liat aku bahagia ya?" tanya Arka pelan.
"Justru karena Kakek ingin melihatmu bahagia Kakek memilihkan gadis yang baik untukmu. Mungkin sekarang kamu belum bisa melihatnya, tapi suatu saat kamu pasti akan berterima kasih pada Kakek," terang Kakek.
Arka menghela napas lelah. "Aku bingung Kek. Aku gak tau harus gimana?"
"Jika kalian menikah, Kakek tidak minta kamu untuk bisa mencintai Naya seperti kamu mencintai Vanya. Kakek hanya minta, bersikap baiklah pada Naya, perlakukan dia layaknya seorang istri. Jika kamu hanya ingin punya keturunan dari istri keduamu, tak apa..... asal kamu mengizinkan Naya untuk dipanggil dengan sebutan "Ibu" juga oleh anakmu dan biarkan Naya ikut mengasuhnya. Dan suatu saat, kamu pasti akan menyadari betapa baiknya seorang Naya itu," ucap Kakek sendu.
"Apa gadis itu akan terima begitu saja kalau aku hanya akan mencintai Vanya dan gak bisa untuk mencintai dia?" tanya Arka.
"Itu akan menjadi urusan Kakek. Kakek yang akan menjelaskan padanya," jawab Kakek.
"Benarkah ini hanya jalan satu-satunya agar aku dan Vanya bisa menikah Kek?" kata Arka menatap lembut sang Kakek dan kemudian mendapat anggukan kepala tanda Kakek mengiyakan.
"Aku akan bicarakan dulu ini dengan Vanya."***
"Sayang, aku gak mau jadi istri kedua!" ucap Vanya.
"Itu cuma status, sayang..... yang penting hanya kamu yang aku cintai," sahut Arka.
"Aku gak mau berbagi kamu dengan perempuan lain!" imbuh Vanya.
Arka mengeratkan pelukannya. Saat ini dia memeluk tubuh Vanya dari belakang, mencoba membujuk kekasihnya itu bahwa tak ada jalan lain lagi agar sang Kakek memberi mereka restu.
"Kalau kita nikah aja gimana sayang, tanpa restu Kakek?" ucap Vanya hati-hati.
"Itu gak akan pernah aku lakuin, sayang. Kamu tau sendiri kan, Kakek adalah orang tuaku satu-satunya yang sangat..... sangat berarti dalam hidupku," balas Arka.
"Aku tahu," sahut Vanya lirih.
"Jadi aku harap, kamu pikirkan baik-baik masalah ini. Kamu benar-benar ingin menikah denganku kan?" kata Arka.
Dan gadis itu hanya menganggukkan kepala dalam dekapan Arka.
Tak lama kemudian, ponsel Arka berdering. Arka merogoh ponsel dalam saku celananya tanpa melepas pelukannya pada Vanya.
"Ya Pak Anton, ada apa?" tanya Arka setelah menggeser tombol jawab pada smartphone'nya.
"Tuan tadi pingsan Den dan dilarikan ke Rumah Sakit, sekarang Tuan masih ditangani Dokter," jawab Pak Anton di seberang telepon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pertama (END)
General Fiction{18+}..... "Aku tau kehadiranku tak kau inginkan. Tapi akupun juga terluka. Aku menanggung banyak luka seorang diri sejak dulu. Hingga aku hampir terbiasa dengan semua luka itu." ~ Kanaya Maheswari "Loe itu penganggu! Kehadiran loe cuma ngerusak mas...