Arka menghentikan mobilnya di bawah pohon, tak jauh dari pantai. Suasana pantai masih cukup ramai. Dentuman musik juga terdengar dari beberapa kios yang masih buka.
Arka melepas sabuk pengamannya, lalu menoleh pada Naya yang terdiam di kursi di sampingnya.
"Ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Arka.
Naya masih tak bergeming. Dia mengingat kejadian di restoran tadi, saat Vanya bertengkar dengan kekasihnya, Pablo.
"Kak Vanya menjalin hubungan dengan pria yang sudah beristri?" tanya Naya.
"Seperti yang kamu lihat tadi," jawab Arka.
"Kakak tidak merasa marah?" tanya Naya lagi.
Arka tersenyum. Dia merasa senang saat mendengar Naya memanggilnya seperti itu.
"Tentu saja tidak. Kenapa aku harus marah?" ucap Arka.
"Kak Vanya punya kekasih, Kak. Itu artinya dia berselingkuh kan?" balas Naya.
Arka tertawa pelan. "Itu urusan pribadi dia, Nay. Tidak ada hubungannya denganku. Dia bukan siapa-siapaku."
"Maksudnya?..... Bukankah saat memperkenalkan diri sebagai Direktur KA Company, Kakak mengatakan kalau istri Kakak sedang pergi berlibur?" tanya Naya.
"Lalu aku harus berkata apa? Tidak mungkin kan kalau aku bilang kalau istriku sedang kabur dari rumah dan aku datang untuk menemuinya?" jawab Arka.
Naya menatap heran pada Arka. Lalu pria itu pun meraih jemari tangan kanan Naya.
"Kamu adalah istriku, Nay. Satu-satunya istriku. Tidak ada lagi istilah istri pertama dan istri kedua. Sejak tiga tahun lalu, sekarang dan untuk ke depannya..... hanya kamu yang akan menjadi istriku," ucap Arka. Lalu dia mengecup punggung tangan gadis itu.
"Ta..... tapi bagaimana bisa, Kak? Kalian berdua saling mencintai, lalu kenapa berpisah? Kak Vanya yang meminta berpisah?" tanya Naya.
"Aku sendiri tidak tahu apa arti dari cinta itu sendiri. Mungkin dulu aku telah salah mengartikannya," sahut Arka.
"Maksud Kakak apa? Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Naya lagi.
"Kamu benar-benar ingin tahu sekarang?" tanya Arka balik.
Naya mengangguk.
"Aku yang menceraikan Vanya beberapa bulan setelah kepergianmu, Nay. Setelah Vanya masuk Rumah Sakit karena kecelakaan dan dia..... keguguran," ucap Arka memulai ceritanya sambil menatap lurus ke arah pantai.
*Flashback on.....
"Apa Dokter benar-benar tidak salah dengan keterangan yang Dokter sampaikan?" tanya Arka sekali lagi memastikan.
"Tidak salah sama sekali, Mas. Mas bisa ke ruangan saya untuk melihat hasil laporan mengenai kondisi Mbak Vanya. Janin yang baru berusia satu bulan lebih memang masih sangat rawan, Mas. Tapi Mas tidak perlu khawatir. Kondisi rahim Mbak Vanya tetap baik. Jadi Mas dan istri masih punya banyak kesempatan untuk memiliki keturunan," tutur sang Dokter.
"Iya, Dok. Terima kasih," ucap Arka sambil mencoba mengendalikan dirinya sebisa mungkin.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya, Mas," ucap Dokter.
"Iya, Dok..... silahkan. Terima kasih," balas Arka.
Dokter pun mengiyakan, lalu keluar dari ruang rawat Vanya.
Tanpa berniat menyentuh Vanya terlebih dahulu, Arka kemudian duduk terpekur di sofa dekat ranjang gadis itu. Dalam pikirannya terdapat banyak pertanyaan yang membuat kepalanya berdenyut nyeri. Juga dadanya yang terasa begitu sesak. Arka lalu teringat pada sang Kakek, yang kemudian berhasil membuatnya sedikit lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Pertama (END)
General Fiction{18+}..... "Aku tau kehadiranku tak kau inginkan. Tapi akupun juga terluka. Aku menanggung banyak luka seorang diri sejak dulu. Hingga aku hampir terbiasa dengan semua luka itu." ~ Kanaya Maheswari "Loe itu penganggu! Kehadiran loe cuma ngerusak mas...