Jeno tentu saja merasa bersalah, sebagian dari dirinya memaki diri sendiri dan sebagian lain membelanya. Karena tidak tahu mau ke mana, Jeno memutuskan buat pulang.
“Aku pul—“
Perkataannya terhenti saat Jeno melihat Mama duduk di kursi ruang tamu bersama Papa dan beberapa orang aneh berpakaian serba hitam.
“Oh, anak Mama udah pulang ternyata, sini duduk.” Mama tersenyum manis.
Wajah Jeno yang tadinya lesu kini jadi datar, menatap Mamanya dengan dendam terkurung dalam matanya.
“Ngapain Tante ke sini?”
“Kamu—“
“Aku gak berhak manggil Tante dengan sebutan Mama, lagian Tante juga yang nolak aku ‘kan?” sarkas Jeno.
Papa langsung mengusap tangan kekar Jeno, berusaha menenangkan putra sulungnya itu.
“Oke, itu bener sih, jadi Mama gak akan menyangkal. Jadi, Mama ke sini mau kamu tarik video ini, Jevano.”
Mama menyodorkan tablet yang berisi video Dreamies yang meng-cover lagu Celengan Rindu.
“Gak, gak mau dan gak akan pernah. Tante punya hak apa buat nyuruh aku narik video itu?”
“Gak ada emang. Tapi Mama pengen kamu tarik video ini, nanti kalo kamu terkenal, Mama kebawa-bawa.”
“Bagus dong, nama Tante jadi makin terkenal.”
“Orang-orang gak tahu Mama punya anak, Jevano.”
Jeno terpaksa senyum, membuat bulan sabit terbit di matanya, ia melihat Papanya yang menatap sendu.
“Tante, kita bisa ngomongin ini lagi nanti, enggak di depan Papa saya.”
Pandangan Jeno berubah datar saat bertemu tatap dengan mata Mamanya lagi.
“Oke.” Mama berdiri, menyerahkan tablet itu pada salah satu orang anehnya. “Mama bakal nemuin kamu lagi nanti. See you soon, anak Mama.”
Jeno tidak mengantar Mama ke depan, melainkan menatap Papa yang dari tadi terus mengusap lengan Jeno.
“Pa, aku gak papa. Jangan khawatir, aku udah gede, udah bisa ngehadepin tante-tante itu sendirian.” Jeno ngomong gitu sambil senyum khas dia ke Papanya.
***
Hari Senin, waktu pulang sekolah. Seperti biasa Dreamies kumpul di gerbang buat latihan lagi. Tenang, mereka udah baikan kok, Echan jadi yang pertama minta maaf di grup, lalu disusul ketiga temannya yang lain dan Mark yang gak bisa marah lama-lama pada sahabat-sahabatnya pun luluh. Waktu mereka lagi mau belok ke jalan –pinggir sekolah—buat ke rumah Lele, ada cewek berkacamata hitam dengan dress merah mencolok dan heels selutut berwarna hitam, menenteng sebuah tas kulit yang kelihatan mahal berwarna merah di tangan kanannya.
“Jevano, we need to talk,” ucapnya sambil menurunkan kacamata hitamnya.
“Cieee si Jeno ternyata diem-diem jadi simpenan tante-tante kaya,” celetuk Echan.
“Itu Mama aing, Chan,” balas Jeno dengan muka yang berubah datar bikin Echan menggeplak mulutnya sambil bilang ‘Echan bego, Echan bego’ ke dirinya sendiri dengan suara pelan.
“Kalian duluan aja, nanti urang nyusul,” kata Jeno.
Nana tadinya mau menolak, dia tahu seburuk apa hubungan Jeno dan Mamanya. Tapi Mark menahan dan menggeleng, menyuruhnya membiarkan Jeno mengurusi Mamanya. Jadilah Dreamies berjalan duluan ke basecamp.