Habis diskusi-yang lebih suka Nana sebut rapat-sama Dreamies, cowok ini pergi ke kamar Adiknya dalam rangka malmingan. Nana dan Kia seringnya mengisi malmingan dengan berjalan-jalan di sekitar Gedung Sate, kedengaran seperti jomblo ngenes tapi Nana melakukan ini karena Kia yang minta. Katanya, dia terlalu bosan ada di rumah atau rumah sakit, jadi Kita minta buat jalan-jalan dengan Kakaknya ke mana saja -sebelum ia pergi-Turned out, di jam delapan ini mereka memilih buat berjalan random di trotoar jalanan Bandung, menikmati udara malam yang segar karena habis diguyur hujan.
Seperti Kakak beradik pada umumnya, tangan mereka bertaut. Orang asing yang lewat pasti mengira kalau mereka sepasang kekasih.
Nana beberapa kali memotret langit, atau bangunan, atau kendaraan yang lewat, atau ... Kia dengan tidak sengaja alias candid. Bagi Nana, apa pun ekspresi gadis itu, dia bakal selalu jadi wanita tercantik di dunia -setelah bubun dan bunda-
"Aku udah nonton video kakak yang We Go Up, keren banget!" lapornya dengan suara ceria, satu dari seribu hal yang ia suka dari Adiknya.
"Emhm, terus siapa yang paling ganteng?" Nana sengaja menggoda.
"Hoho jelaslah, A' Injun! Atau A' Jindra juga boleh, dia lucu padahal udah mau lulus."
Nana mendengus. "Beneran? Kakak nggak lucu gitu?" cowok itu kemudian membuat wajah menggemaskan.
Kia kontan tergelak lepas. Nana merasa, hatinya damai saat itu juga.
"Iyuh, jijik."
"Aku ini Kakak kamu loh, puji dikit kek."
"Jadi seganteng kak Jean dulu baru aku puji."
Nana menatap Adiknya sangsi. "Si Jean yang kayak gitu kamu bilang ganteng? Ya kali, jelas gantengan aku lah!"
"Ngimpi!" Kia kontan berlari menjauhi Kakaknya.
"Heh! Sini kamu!"
Teriakan Nana nggak digubris Adiknya, Kia tetap berlari menjauhi sang Kakak. Jalanan di gang besar itu lengang, jadi Kita bisa dengan mudah berlari tanpa takut tertabrak kendaraan yang lewat.
"Kena!" teriak Nana penuh kemenangan waktu akhirnya dia bisa meraih tangan sang Adik.
Baru saja Nana mau mengomel, terdengar suara batuk-batuk dari Kia.
"Ki-kita duduk dulu, ya?"
Kia mengangguk, masih batuk-batuk. Nana menuntun Adiknya itu buat duduk di pinggir jalan, kemudian matanya bergerak menganalisis sekitar.
"Kakak beli minum dulu, kamu tunggu di sini. Please hold on," kata Nana. Matanya mulai berkaca-kaca.
Kia yang batuk-batuk hebat ditinggal sendiri, Kakaknya itu berlari kencang ke warung yang nggak jauh dari sana.
Setelah beberapa menit, Nana kembali lagi dengan membawa sebuah botol air mineral. Dia buka tutupnya, lalu diberikan pada Kia.
"Pelan-pelan minumnya," peringat Nana dengan nada khawatir.
Kia mengangguk sambil meneguk air mineral yang Nana sodorkan.
"Gimana? Baikan?"
Ohok ohok
"A-aku gak papa kok." Kia tersenyum kecil.
"You lied, Kia."
"If that make you feel better then i'm a liar."
Lalu setelah mengatakan itu dengan lirih, kepala Kia terkulai lemas. Untungnya Nana mampu menopang tubuh gadis itu, jadi sebelum tubuhnya menyentuh aspal jalan yang keras, Nana lebih dulu mendekapnya.