Nana sedang memetik gitarnya di halaman belakang rumah, kebiasaan barunya sejak jadi member Dremies. Terkadang petikan asalnya membuat sebuah nada, biasanya suka Nana setorkan pada Mark.
"Sulit dipercaya Lo niat banget main band. Padahal waktu ayah masukin Lo ke SSB dulu, lo sering kabur." Sebuah suara tiba-tiba terdengar, bikin jari Nana terpeleset dari senar. "Sori kalo gue ngagetin," kata orang itu lagi.
"Lo bukan cuma ngagetin, tapi juga bacot," celetuk Nana sebal.
Lalu hanya ada suara petikan gitar Nana di halaman belakang sore itu. Jean yang duduk di kursi lain hanya mendengarkan, sedikit kagum pada bagaimana Nana memetik gitar yang kemudian membentuk sebuah nada.
Jean kemudian mengatakan sesuatu untuk memecah keheningan, "Ngomong-ngomong soal SSB, kita gak pernah tanding lagi. Terakhir waktu UAS kemarin-"
"Dan Lo kalah." Nana memotong.
Jean dan Nana ini emang punya hubungan yang ... aneh. Maksudnya, mereka memang saudara tiri, tapi cara mereka menerima satu sama lain itu agak nyeleneh. Mereka tidak saling peduli, bahkan merutuk untuk eksistensi satu sama lain. Tapi, hampir selalu berlomba untuk segalanya. Seperti, siapa yang dapat nilai rapor paling besar di UAS kemarin, maka dia bisa menemani bunda ke pasar untuk belanja bulanan. Mereka berlomba di tiap UAS dan UKK atau ketika satu sama lain punya pertandingan penting (waktu Nana kompetisi band kemarin, dia dapet hadiah opor ayam dari bunda dan Jean gak dikasih. Sesuai kesepakatan yang mereka setujui). Hadiahnya hampir selalu Kia dan bunda atau uang jajan dari ayah.
"Gue kalah. " Jean mengiyakan. "Tapi kalo gue menang futsal Sabtu nanti, Jeno harus pergi dari rumah," katanya santai, lalu beranjak.
"Maksudnya?" Nana gagal paham.
"Udah jelas kan, Jevian? Temen-temen band Lo, lawan gue dan temen-temen gue, kita tanding futsal Sabtu sore."
Jean lalu masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Nana yang tercenung di tempat.
Well, fuck you, Jean.
Setelah memahami apa yang Jean katakan, Nana masuk ke kamar dengan terburu-buru. Menghampiri Jeno yang sedang makan sayur sop buatan bunda.
"Jeno, ada yang mau urang ceritain. Ini penting."
***
Mark udah hubungi pihak agensi, dia menyatakan setuju pada kontrak yang ditawarkan karena anggota-anggotanya juga setuju. Mark sih nggak perlu ragu soal manajemen waktu ya, karena dia bisa mengaturnya dengan baik. Tapi, dia gak tahu member Dreamies yang lain bisa apa nggak, makanya kemarin dia mengulur waktu. Tahunya pada keras kepala, kukuh ingin Mark mengambil tawaran debut itu.
"Urang sih bukan pengen terkenal, Mark. Tapi selagi masih muda, jadi ayo jajal semuanya," kata Echan waktu ditanya kenapa dia mau ambil tawaran itu.
Dan akhirnya semua setuju. Emang ajaib banget itu orang, kadang bisa lawak banget ngalahin Sule, kadang juga bisa bijak banget ngalahin Mario Teguh. Jadi setelah diskusi, mereka mencapai mufakat. Di mana Dreamies harus latihan di studio agensi mulai besok, katanya buat pelatihan mental juga. Mereka bakal diajarin gimana caranya jadi idol yang bisa dijadiin panutan.
Makanya sekarang Dreamies lagi check sound. Siapa tahu ada alat mereka yang rusak atau rada fals, mereka bisa minta agensi ngegantiin -ini kata agensi juga ya-dan Jeno gagal fokus terus dari tadi. Terbukti dari nadanya yang beberapa kali salah dan geraman frustrasi yang ia keluarkan.
"Jen, istirahat dulu kalo capek. Muka maneh pucet gitu, bisi pingsan ih," saran Mark. (Takut pingsan ih)
Jeno mengangguk lemah. Dia beberapa kali mengusap wajah, bikin heran semua member Dreamies kecuali Nana.