5. Photoshoot

875 134 19
                                    

    Akhirnya Injun pasrah naik ke boncengan motor Mark, soalnya udah ke gep gak mungkin lari dia. Mark ternyata membawa Injun ke rumahnya, ini pukul 10 dan rumah Mark masih lumayan rame.

"Kakak pulang," sapa Mark waktu buka pintu.

"Eh, bawa siapa tuh?" tanya Mama Mark yang lihat Injun malu-malu buat masuk.

"Temen, Ma."

"Namanya Injun, dia mau nginep di sini sampe besok gak papa Ma?" tanya Mark.

"Gak papa. Nanti tidur aja di kamar Kakak pake surpet."

Mark mengangguk, ia pergi ke dapur untuk mengambil minum, meninggalkan Injun yang masih malu buat ngikutin Mark.

"Sini Jun, gak usah malu-malu," panggil Mark sambil mengibaskan tangannya.

"Mau makan gak?" tanya Mark.

"Mau, hehe."

"Ma, makan malam masih ada gak?" kata Mark agak keras agar terdengar oleh Mamanya yang berada di ruang keluarga -yang merangkap ruang tamu.

"Masih, ambil aja di lemari. Kalau udah dingin angetin aja."

Mark mengambil lauk pauk di lemari makanan, saat menyuapnya sesendok, ia mengernyit.

"Dingin. Urang angetin dulu nya."

"Heh! Mau apa?" tanya Injun panik.

"Angetin makanan."

"Sama urang aja. Kalo maneh masak bisa-bisa ini dapur meledak," kata Injun sambil mengambil alih sayur bayam dari tangan Mark.

Mark mengangguk, menunggu Injun di meja makan.

***

"Maneh ngikutin urang ya?" tanya Injun saat makan malam -yang telat-mereka sudah selesai.

Mark yang baru mau menyuap semangka langsung terdiam.

"Oke, bener berarti."

"Maaf, urang gak maksud. Urang cuma mau mastiin, aneh aja ada yang nanyain maneh ke mana, Jun. Waktu ngajak makan di UNPAD juga ... kayaknya maneh punya beban," terang Mark.

Untung jaga-jaga, tiap anggota Dreamies memberikan nomor telepon Mark pada orang tua masing-masing.

"Kentara banget ya, Mark?" tanya Injun. Kepalanya tertunduk, tiba-tiba merasa sedih menggumpal di hatinya.

"Enggak terlalu, kalo diliat sekilas orang pasti gak nyangka kalo maneh lagi sedih. Tapi kalo diliat baik-baik, iya, keliatan."

"Ortu urang hampir cerai Mark. Sekarang mereka sering berantem, besar kemungkinan sih cerai. Urang jadi sering males pulang ke rumah, urang biasanya diem dulu di rumah Echan sampe jam 10. Baru deh balik ke rumah," cerita Injun pada akhirnya.

Mark yang nyimak juga ikutan sedih, liat sahabatnya enggak berdaya dan terpuruk gitu mana tahan. Mark menggeser kursinya agar lebih dekat, kemudian menepuk-nepuk pundak Injun.

"Urang gak bisa minta mereka bertahan, Mark. Egois namanya, toh dari mereka juga gak ada yang bisa diselamatin, dua-duanya udah gak bisa bersama. Makanya urang ngebiarin mereka dengan pilihan yang mereka mau, urang bakal menerimanya dengan lapang dada. Tapi ... ternyata gak bisa," sambung Injun.

"Ya jangan dipaksain, urang yakin mereka masih sayang maneh. Langkah maneh udah bener, sekarang maneh harus belajar ikhlas. Doain aja *indung sama bapak maneh bahagia."
(*Ibu)

Yo Dream! (✓) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang