Part 4 : Saksi Cerita

86 13 0
                                    

Aku sampai kos sekitar pukul 4 sore. Berbenah perbekalan dari rumah yang sudah disiapkan ibu untuk keperluan ku di kos. Besok hari Selasa, aku harus masuk kerja seperti biasa. Kukeluarkan satu demi satu isi tasku. Undangan dari Dewa. Kenapa ini terbawa ? Kuremas kertas tak bersalah itu dan kubuang ke tempat sampah. Sekitar dua minggu lagi ijab kabul dan resepsi diselenggarakan. Kubulatkan tekad untuk tidak datang.

Kemarin aku mampir ke rumah Tania. Menceritakan apa yang kualami tempo hari saat bertemu Dewa di cafe. Dia hampir tau semua cerita cintaku yang tidak pernah beruntung itu. Kami dulu teman seperjuangan sebagai pengagum rahasia, orang yang diam-diam suka. Kini hanya aku yang harus berjuang. Tania sudah bahagia bersama keluarganya, bersama suami dan pangeran kecilnya yang tengah menginjak usia dua tahun.

***

Lagi-lagi diskusi kelompok. Pembagian grup dengan jobdesk masing-masing anggota. Aku selalau saja iri dengan Tania karena dia lebih sering satu grup dengan Rama sedangkan aku lebih sering dengan Putra. Aku dan Tania duduk sebangku sejak MOS. Kami awalnya berteman biasa bahkan kadang aku merasa tidak cocok dengannya karena setiap guru menjelaskan ditengah-tengah pelajaran dia selalu telat mengerti dan menanyaiku, mau tak mau aku menjelaskan padanya dan malah aku yang ketinggalan penjelasan guru. Kami mulai akrab saat kelas dua, baru kusadari bahwa dialah yang paling sabar menerima sifatku ini, orang yang anti ribet, maunya cepet. Walaupun banyak lika-liku namun akhirnya kami bersahabat baik hingga sekarang.

Sudah menjadi tradisi adanya perjodohan sesama teman di kelas, aku dan Tania tak luput menjadi korban juga. Tania dijodohkan dengan Putra (entah bagaimana awal mulanya) dan aku dijodohkan dengan Rama. Tentu saja Tania tak terima karena Putra bukan tipenya sama sekali, dan Tania sendiri juga pemalu, anti cowok, dan tidak suka menjadi perhatian. Serta Tania juga masih menyukai seseorang, teman SMP nya dulu. Kalau aku biasa saja, akting bertingkah tak peduli, tak menanggapi keusilan temanku itu. Pernah suatu waktu aku bertanya pada temanku itu, bagaimana bisa aku dipasangkan dengan Rama (padahal dalam hati aku senang, kok bisa tepat sekali) katanya aku dan Rama mirip. Kami sama-sama cuek dan terlihat menyeramkan (horor) saat diam. Wkwkwk alasan macam apa itu.

Aku dan Tania selalu meluangkan waktu berdua. Sepulang sekolah duduk menepi di trotoar halaman sekolah sambil beli cemilan dan berbagi rahasia kecil kami persoalan hati. Aku kaget bukan main. Saat Tania pertama kali mengaku bahwa dia mulai menyukai Putra. Alasannya karena terbiasa dengan godaan teman-teman sekelas. Mungkin ini bukti dari witing tresno jalaran soko kulino (awal cinta karena terbiasa). Aku tentu saja senang, dia mau mengakuinya karena yang kukenal selama ini Tania adalah tipe orang yang tidak mudah jujur dengan perasaannya sendiri. Aku mendukung dia sepenuhnya untuk move on dari teman SMP nya itu.

Rutinitas curhat itu terus berlanjut sampai kelas 3. Membahas kejadian saat di kelas, dia protes padaku iri karena aku selalu sering satu kelompok dengan Putra, begitupun aku yang selalu saja tidak punya kesempatan untuk diskusi dengan Rama. Persoalan remeh yang kami bahas itu cukup membahagiakan dan membuat hari-hari kami berwarna. Hingga suatu waktu datang orang ketiga yang mengusik persahabatan ku dan membuatku harus berhenti menyukai Rama.

Yaaa, dia Sukma. Teman sekelasku juga yang aku dan Tania tidak pernah akrab sebelumnya. Hanya berteman biasa. Entah darimana datangnya angin itu, yang membuatnya tiba-tiba nempel pada Tania. Mengekor Tania kesana kemari hingga kami tidak punya waktu senggang lagi untuk saling curhat. Aku dan Tania hanya bisa ngobrol saat pelajaran. Saat pulangpun Sukma ikut nimbrung Tania di kosnya (rumah Tania jauh bangeet, pelosok jadinya dia sekolah SMA harus ngekos). Itu terjadi selama beberapa minggu. Aku geram. Sampai akhirnya Tania cerita padaku saat Sukma sudah tidak mengekor lagi. Kata Tania, Sukma selalu saja membahas soal Rama. Sudah kuduga pasti ada maksudnya.

Ini pasti karena gosip perjodohan temanku itu. Sukma jadi penasaran soal aku dan mencoba merebut sahabatku. Aku menangisi saat-saat aku merasa sendiri di kelas tidak bisa bersama Tania. Meskipun aku juga akrab dengan Windy dan Raisa, namun aku tidak sebegitu dekat hingga berbagi rahasia hati. Kulepaskan perasaan sukaku pada Rama, yang penting kudapatkan Tania kembali. Entah mengapa sampai saat ini pun aku masih tidak menyukai Sukma.

Rutinitasku dan Tania berjalan normal kembali hingga detik-detik terakhir saat kelulusan. Dia masih bercerita soal Putra, namun aku sudah berganti cerita. Kali ini pandanganku mengarah pada Dewa.

KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang