Part 6 : Sengaja

64 8 0
                                    

Sejak dulu aku memang memiliki hobi membaca. Entah itu buku pelajaran (lebih tertarik sejarah, pengetahuan umum, tentang dunia, dll), novel, komik, atau yang lainnya. Kegalauanku karena Dewa masih berlanjut. Hampir seminggu ini merasa lesu dan kosong. Kuhabiskan waktu weekend ku ini dengan berbagai kesibukan. Aku sudah berlama-lama belanja kebutuhan bulanan kos, bersih-bersih kos, dan terakhir yang kulakukan ini pergi untuk menyalurkan hobiku. Kulangkahkan kaki kesana kemari diantara jajaran rak penuh buku. Kususuri barisan buku yang tersusun dengan ujung jemariku sambil berkomat kamit membaca judul. Yang kiranya menarik langsung kuambil dan kubaca sekilas sinopsis cerita dibelakangnya. Jangan sampai aku menyesal karena salah membeli buku yang ternyata tidak seru.

Dulu di SMA aku ikut ekskul pustakawati. Tidak sesuai bayanganku yang bakal menyenangkan karena turut andil dalam berbagai hal menyangkut buku, justru yang kami lakukan hanya rutin ikut membantu membersihkan perpustakaan. Menjadi tenaga bersih-bersih saja. Sedikit kesal namun tetap kuteruskan.

Sekilas teringat lagi momen saat di perpustakaan SMA bersama Dewa. Aku lupa sedang ada keperluan apa saat itu, kami yang sudah tidak ada KBM di sekolah masih bolak-balik ke sana mengurus masalah berkas administrasi. Malamnya aku sudah janjian bersama teman-temanku. Karena aku sebagai bendahara yang notabene nya pengurus kelas. Aku dan Dewa membuat janji temu di sekolah mengurus "sesuatu" bersama (aku lupa tentang apa itu). Karena aku biasa berangkat pagi dan juga jarak rumahku lebih dekat daripada jarak rumahnya ke sekolah, dengan percaya diri aku yakin akan duluan datang. Sehingga ku katakan padanya bahwa besok aku akan menunggunya di perpustakaan sampai dia datang kesana.

Benar saja, aku datang duluan. Aku tahu beberapa temanku sudah datang dan bergerombol di depan aula. Aku masih tetap duduk anteng sambil membaca buku di perpus. Kuabaikan notif HP ku. Aku yakin sudah menjadi buron. Tidak ada keinginan keluar ikut gabung bersama mereka karena sudah kubulatkan tekad bahwa aku tidak akan beranjak sampai Dewa datang menjemputku disini. Walau sebenarnya aku ragu apakah Dewa akan datang.

Lumayan lama aku menunggunya. Sepertinya Dewa sudah datang dan langsung ikut nimbrung dengan teman-temanku yang ada di luar. Apakah dia tidak akan kesini ? Aku mulai pesimis. Tiba-tiba suara yang kutunggu terdengar. Dia memanggilku. Aku sengaja tidak menoleh. Pura-pura tidak dengar. Dia mengulangi beberapa kali hingga akhirnya dia mendekat ke tempatku. Aku langsung beranjak mengembalikan buku ke rak dan pergi mengekor di belakangnya menuju kerumunan temanku yang lain. Sambutan "ciyee" dari mereka membuatku cukup malu namun senang.

Aku tidak tau apakah hanya aku saja atau orang lain juga merasakan hal yang sama. Aku sangat senang saat seseorang memanggil namaku dengan jelas. Entah itu menyapa atau memanggil karena sesuatu. Apalagi orang yang memanggilku adalah seseorang yang kusukai, maka aku tidak akan melewatkan momen ini dan pura-pura menjadi tuli.

KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang