Part 35 : Prinsip

26 3 0
                                    

Aku sudah merelakan Dewa. Berusaha melepaskan semua perasaanku terhadapnya yang sudah tertanam bertahun-tahun tanpa memanen hasil yang diharapkan. Aku merasa minder saat tak sengaja bertemu dengan calon istrinya yang sempurna bak bidadari turun dari surga. Dia sudah mendapatkan yang sangat baik sedangkan aku bukan siapa-siapa. Hanya unggul karena mengenal Dewa lebih dulu dan lebih lama daripadanya. Namun Hana yang beruntung karena mulai kini hingga sisa hidupnya akan bersama Dewa. Harapanku semoga mereka bahagia.

Sejak training di hotel itu berakhir, aku dan Erlang semakin dekat. Aku memberinya jawaban aman, karena aku belum yakin dengan perasaanku. Aku masih berusaha membuang semua kenangan tenang Dewa dan mencoba menggantinya dengan kenangan baru bersama Erlang. Masih berusaha mencoba.

Ku katakan pada Erlang kalau jangan terlalu berharap padaku, aku takut hubungan kami yang sudah membaik ini akan menjadi buruk lagi seperti sebelumnya. Dia bersikeras kalau itu tidak akan terjadi. Dia bilang, kalau kami sudah lebih dewasa pasti bisa mengatasi hal itu tidak labil seperti dulu saat masih maba. Akhirnya ku beri kesempatan untuknya dan untuk diriku juga, meski sekarang masih kuanggap dia tidak lebih dari sekedar teman berharga.

Hari ini kami keluar bersama. Aku meminta bantuannya untuk menjualkan laptop ku yang sudah lama kupakai dan di ganti yang baru. Kini kami sedang makan siang bersama. Traktiranku sebagai ucapan terimakasih. Erlang sempat menolak, tapi kupaksa. Aku bukan cewek kolot yang berpegang pada prinsip 'cowok yang harus bayar'. Aku lebih suka hubungan imbal balik daripada hutang budi. Adakalanya aku ditraktir atau diberi sesuatu, namun lain kali ganti giliranku melakukan hal yang sama.

Aku bersikap begitu pada semua temanku, entah cewek ataupun cowok. Wahyu dan Putra sudah hapal dengan karakterku ini. Sehingga tiap aku keluar bersama mereka, kami tidak perlu berdebat lagi soal urusan bayar-membayar. Karena pada dasarnya aku tidak suka bergantung dengan orang lain, bahkan jika nanti aku punya pacar. Kelak, aku hanya akan bergantung dengan satu orang saja seumur hidup. Suami.

"Besok katanya ada anak magang baru di desain" ucap Erlang.

"Padahal baru minggu lalu perpisahan anak magang sebelumnya" jawabku.

"Biasalah bulan-bulan akhir, lagi musim magang"

"Ada berapa orang ?"

"Kata pak Yono ada lima tapi dipisah-pisah tiap biro."

"Cewek apa cowok ?" tanyaku.

"Kalau cewek kenapa ? Kalau cowok kenapa ?"

"Ya kali aja, kecanthol berondong" candaku.

"Dasar. Nggak tau, pak Yono gak bilang"

"Hm...pak Anton nggak cerita apa-apa sih. Emang paling suka bikin kejutan"

Kami mengobrol santai setelah makan. Masih PW (posisi wenak) dan mager (males gerak) untuk pulang.

"Wah...wah...wah, masih langgeng aja kalian" sapa seseorang.

Kami berdua menoleh. Tak disangka bertemu teman sekelasku dulu. Ilham.

"Lhaah, gak nyangka ketemu disini" Erlang bangkit memberinya salam dan pelukan hangat ala brother.

"Lama nggak ketemu ya" aku menyalami. Kami belum bertemu lagi sejak lulus hampir dua tahun yang lalu.

"Sini-sini sambil duduk dulu" Erlang menyilahkan Ilham duduk bergabung.

"Boleh nimbrung ? Gak ganggu nih ?" godanya.

"Haish... nggak usah alay" jawab Erlang.

Kami bertiga duduk melingkar saling ngobrol. Aku dan Ilham cukup akrab saat menjadi teman sekelas. Dia juga menjadi saksi kedekatanku dengan Erlang. Aku dan Ilham menjadi akrab karena mengikuti satu UKM. Aku tidak hanya mengikuti UKM catur untuk menghilangkan gelar kupu-kupu. Aku juga mencoba UKM lainnya seperti karate, robotic dan english club. Saat UKM catur aku selalu nebeng Erlang kadang juga mas Alex. Saat UKM karate aku nebeng Fatma, Nuri, kadang juga mas cogan ketua UKM. Kalau yang robotic, Ilham andalanku. Merepotkannya diriku dulu karena tidak punya motor sendiri di kosan. Hehe life tug. Swag.

###

Menjelang Ashar aku sudah sampai di kosan. Ganti baju santai sekalian wudhu menunggu adzan. Bukannya sambil ngaji malah main game online di HP. Ada notif masuk. Ilham ?

"Ternyata kamu masih sama Erlang ya" pesannya.

"Kita temen satu kerja, kebetulan aja kok" jawabku.

Aku dan Ilham sesekali masih bertukar pesan WA sebatas saling mengomentari status. Tak kusangka kebetulan bertemu dengannya hari ini. Sebenarnya tadi aku agak canggung tapi kupaksakan bersikap biasa. Canggung bukan karena lama tak bertemu, tapi karena dulu dia pernah memintaku jadi pacarnya dan kutolak. Ku jawab kalau aku tidak bisa karena sudah ada seseorang. Saat itu adalah Dewa yang kumaksud, tapi sekarang dia berpikir kalau Erlanglah orangnya.

Dulu saat masih satu UKM, aku selalu berangkat bareng Ilham karena Erlang masih kuliah malam. Selesai UKM robotic, Aku, Ilham dan Erlang makan bersama di kantin lalu aku pulang diantar Erlang. Seminggu sekali rutinitas seperti itu.

Aku bukanlah orang yang populer, tidak cantik, standard sajalah intinya. Aku tidak tau bagaimana Erlang dan Ilham bisa menyukaiku. Apa yang menarik dariku. Mungkin itu hanya karena terbiasa. Aku memilik prinsip dalam berteman. Aku tidak mau mengubah diri demi diakui, aku akan selalu menjadi diriku apa adanya. Dan yang paling penting adalah membuat orang lain menjadi diri mereka sendiri saat bersamaku. Itulah arti kenyamanan berteman untukku. No basa-basi! No pura-pura !

KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang