Sesuai janjiku, kuselesaikan tadi malam pekerjaanku hingga lemburku sampai jam 9. Menyelesaikan revisi gambar produksi sistem frame control room dengan beberapa detail gambar potongan. Pagi-pagi sekali tepat setelah bel masuk berbunyi Erlang menuju bilikku menagih gambar yang kujanjikan dengan mengenakan katelpak serta APD-nya yang terpasang lengkap. Bahkan pak Anton saja belum datang dan belum mengecek gambarku, belum ditandangani sebagai gambar resmi yang siap produksi. Dia mengeluh lagi, karena diburu orang lapangan bahkan sejak berpapasan di parkiran tadi pagi. Yaaah mau bagaimana lagi.
Karena pekerjaan miliknya sudah selesai di check dan di tandatangani pak Yono (atasan Erlang, kami beda job desk namun saling berhubungan) dia langsung menuju lapangan (bengkel tempat produksi kapal) untuk menyerahkan gambar. Aku berjanji padanya setelah gambar disetujui pak Anton, aku akan langsung menyusulnya ke lapangan.
Aku berkerja sebagai salah satu staff bagian design yang mengurusi gambar produksi konstruksi kapal. Meskipun tempat kerjaku di kantor dengan ruangan ber-AC, sesekali aku tetap ikut turun ke lapangan mengecek kesesuaian gambar dengan aslinya yang dibangun. Segala bentuk ketidaksesuaian harus ada revisi. Tidak masalah jika gambar resmi yang sudah disetujui atasan masih salah dan belum dibangun. Palingan kami para staff yang mengerjakan harus revisi dan kena omelan. Repotnya kalau sudah dibangun dan ternyata ada kesalahan, mau tak mau harus bongkar ulang, revisi gambar, lembur di akhir pekan, parahnya potong gajian.
Aku sudah siap mengantar gambar menyusul Erlang yang sudah pergi lebih dulu. Peraturan mutlak, setiap pekerja yang hendak turun ke lapangan harus memakai katelpak dan APD lengkap. Aku tinggal meluncur saja. Baru melangkahkan kaki menuju parkiran khusus departmen desain, kulihat Erlang datang dari arah berlawanan. Dia mengemudikan motornya menujuku.
"Kok sudah kembali ? sudah beres ? baru aja aku mau kesana" ucapku mengawali.
"Beres apanya, ya ini keburu makanya balik lagi ngambil gambarmu" jawabnya.
"Hehe....maaf. Pak Anton lama. Jadi aku gak ikut ke lapangan gak papa kan?" kuserahkan gulungan kertas A3 itu padanya, berharap aku bisa kembali lagi ke bilik kerjaku melanjutkan pekerjaan yang lain, biar gak perlu lembur lagi.
"Enak aja, sini buruan naik" dia menggagalkan rencanaku.
"Yaaah" aku naik motor duduk di belakangnya menuju lapangan.
Sudah sering aku naik motor di bonceng cowok. Aku merasa biasa saja karena tidak ada maksud apapun hanya merasa bersyukur dan berterimakasih, mereka mau memberikan tumpangan. Seingatku pertamakali aku boncengan dengan cowok adalah dengan Dewa.
***
Saat itu kami berencana memberikan kejutan untuk guru kami yang berulang tahun. Pak Y, guruku yang masih single dan terkenal sebagai penegak kedisiplinan di SMA ku. Kami sekelas sudah iuran untuk membeli kue ultah dan berencana memberikan padanya di kelas sepulang sekolah. Saat kami mencari beliau di ruang guru, beliau tidak ada. Di halaman sekolah juga tidak ada (beliau terkadang menjadi pelatih ekskul basket dan mengawasi latihan paskib). Guruku yang lain menyarankan untuk menemuinya di kos. Kami sekelas berencana menuju ke alamat kos yang diberikan. Pak Y bukan penduduk asli kota tempatku tinggal, beliau penduduk asli kota sebelah sehingga harus kos dan bolak-balik tiap weekend.
Kami mengabsen siapa yang ikut ke lokasi. Siapa yang bawa motor, dan siapa yang kosong (motoran sendiri). Tidak semua orang bisa ikut karena tidak memungkinkan. Akhirnya hanya perwakilan, tentu saja Rama tidak ikut. Dia bukan orang yang suka kesana sini ikut kumpul dan tidak mau ambil pusing dengan sekitar. Aku yang berencana ikut tidak masalah jika tidak jadi apabila tidak ada lagi yang bisa menebengi (memboncengku). Namun temanku menyarankan ku untuk ikut Dewa. Dia naik motor sendiri dan belum ada yang bersamanya. Aku tanya padanya apakah tidak masalah. Dia mengangguk tak keberatan. Akhirnya aku duduk dibelakangnya. Perasaan ku campur aduk. Aku tidak boleh begini. Meskipun perasaanku pada Rama hanya sebatas mengidolakan, namun aku harus tetap menjaga hatiku agar konsisten menyukai satu orang saja.
Sepanjang perjalanan aku berusaha mengontrol diriku agar tidak salah tingkah. Sesekali kuajak Dewa mengobrol agar kami tidak canggung diam saja. Kami yang berencana memberi kejutan pada Pak Y , ternyata justru kami yang terkejut. Kos beliau kosong dan sepertinya beliau pulang ke rumah aslinya di kota sebelah. Tumben sekali padahal ini bukan akhir pekan. Kami semua kecewa karena rencana tidak berjalan lancar. Mau tak mau ditunda hingga besok.
Aku tidak masalah, karena hari ini aku mendapatkan momen lain yang cukup mendebarkan. Keesokan harinya semua berjalan lancar. Kami merayakan ulang tahun pak Y bersama-sama satu kelas, full team dan anti mainstream. Kami merayakannya di lab komputer penuh jalaran kabel dan PC sebagai interior pendukungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA [END]
RomanceMenanti adalah hal yang membosankan. Tapi mengapa aku betah melakukannya. Entah apa yang akan terjadi dipenghujung penantian. Apakah hanya kisahku atau hanya kisahmu ? ataukah mungkin menjadi kisah kita ? ..... "Itu...lagi ada yang populer kan. Gima...