Part 9 : OSPEK

52 3 0
                                    

Mataku yang sejak tadi tertuju pada layar monitor mulai protes. Kulepaskan kecamata yang kupakai dan kupijit pelan area sekitar mata untuk mengendurkan otot-otot yang mulai menegang. Kembali ke rutinitas. Garis-garis warna warni yang ku susun sejak tadi sudah mulai terbentuk sesuai yang diminta. Karena emosiku yang labil beberapa minggu ini banyak pekerjaan ku yang ikut terganggu. Revisi berkali-kali.

"Sudah selesai ?" tanya sosok yang datang tiba-tiba itu.

Ku pakai kembali kacamataku, ku lihat dia sebentar dengan muka masam. Hadeuh tagihan.

"Belum" jawabku singkat sambil memandang monitor dan melanjutkan sketchku.

"Besok sudah deadline, harus selesai lho"

"Ya ini makanya aku lembur. Sabar laah" jawabku tanpa memandangnya.

"Kenapa sih, akhir-akhir ini kok kayaknya lagi sensi" tanyanya yang mulai ngegas karena sejak tadi jawabanku juga agak ngegas.

Aku menghela napas panjang. Lalu berbalik arah memandangnya yang duduk di sebelahku.

"Sorry, ikut kebawa kemana-mana. Iya lagi ada masalah aja" jawabku melunak. "Ngapain lembur juga ?" tanyaku mencoba memperbaiki suasana.

"Sante, biasalah pak Yono ngasih job dadakan besok mau dikerjain barengan punyamu" jawabnya santai.

"Ooh. Ya udah tenang aja. Besok pasti kelar kok" kataku lagi.

Dia kembali ke bilik kerjanya dan aku melanjutkan pekerjaanku. Erlang. Kami satu almamater saat kuliah dulu. Teman satu prodi namun beda kelas. Banyak hal yang terjadi saat itu. Bahkan kami sempat saling menghindar, canggung, dan tidak menyapa selama beberapa waktu. Awal kami bertemu seperti FTV namun jangan sampai berakhir seperti film azab.

***

Sebagai maba aku masih menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, kos baru, teman baru, dan semuanya yang sangat asing bagiku. Aku kesana kemari sendirian karena dari SMA ku hanya dua orang saja yang berkuliah di kampus ini. Itupun aku tidak mengenalnya, hanya tau orangnya yang mana dan siapa namanya. Dia satu kelas dengan Tika sahabatku sejak SMP. Kami satu SMA namun beda jurusan.

Ospek. Yaah itulah kekhawatiran ku yang cukup membuatku was-was. Berbagai berita buruk yang pernah terjadi saat ospek terus menghantuiku. Di kampus ini, aku mengalamai dua kali ospek. Pertama ospek dari kampus di bawah naungan TNI-AL selama 3 hari 2 malam serta dilanjutkan pengenalan lingkungan kampus dengan segala embel-embelnya. Lalu yang kedua ospek dari jurusan atau fakultas yang dibimbing oleh himpunan mahasiswa (hima) hampir sekitar satu semester.

Syukurlah semua ketakutanku tidak terjadi. Aku cukup menikmatinya. Yang bahkan saat di barak TNI dengan segala bentuk ujian mental, aku sudah biasa menghadapinya karena pernah melalui hal serupa saat di SMA. Yang benar-benar menguras tenaga dan emosi jiwa justru ospek di bawah bimbingan hima. Senior. Kating (kakak tingkat). Aku tau tradisi memanglah tradisi. Kupikir ada baiknya semua pelajaran ospek itu. Namun kondisi fisik dan mental seseorang tidaklah sama. Aku tidak tahu bagaimana asal muasalnya sejarah ospek, namun kenapa terkesan sebagai ajang balas dendam. Kating yang dulu diospek secara keras menurunkan pelajaran yang sama kepada para maba.

Jam kuliah di kampusku ini sangat ekstrem. Kampus lain yang 1 sks hanya berdurasi 45 sampai 50 menit saja, di kampus ini 1 sks berdurasi 100 menit. Sehari bisa sampai 5 mata kuliah (matkul). Terkadang satu matkul ada yang 2 bahkan sampai 4 sks. Kuliah kami sistem paket, jadi para mahasiswa tinggal mengikuti kurikulum dan berkuliah sesuai jadwal yang telah dikeluarkan pihak kampus. Kami tidak perlu repot-repot mengatur jadwal sendiri dan meloby dosen kesana-kemari. Sumpah ribet (cerita dari pengalaman temanku yang kuliah sistem sks).

Seleksi alam adalah hal yang wajar. Awal ospek di daftar hadir kelasku ada 32 orang. Seiring berjalannya waktu, hanya tersisa 26 orang yang bertahan. Ada temanku yang merasa salah jurusan, sehingga di tahun kedua dia mengundurkan diri dan mendaftar di kampus lain. Ada juga yang keluar karena terpaksa. Dua temanku yang mengalami sakit dan harus ijin agak lama akhirnya terancam cuti (diberhentikan satu tahun dan ikut kuliah bersama maba ditahun berikutnya atau bisa dibilang tinggal kelas) lebih memilih mengundurkan diri. Karena di peraturan tertulis bahwa minimal kehadiran agar kami bisa ikut ujian adalah 80%. Menurut padatnya jadwal matkul dan sks yang ditempuh, 20% ketidakhadiran itu hanya bolos 5 sks. Hal yang tidak masuk akal mengingat sehari saja ada 8 sks. Entah atau mungkin aku yang salah perhitungan.

Aku tidak protes dengan itu semua. Ini sudah pilihanku. Prinsipku adalah tidak boleh mengeluh ataupun menyesal atas pilihan yang sudah kutentukan. Aku menjalani semuanya dengan gembira walau kadang tepar itu juga menyiksaku. Masuk kuliah jam 8 pagi, istirahat siang saat dzuhur sekitar satu jam untuk isoma. Lalu istirahat ashar jam 15.45-16.00 untuk sholat saja. Istirahat maghrib jam 17.45-18.00. Dan selesai matkul jam 19.40 kelas lain ada yang sampai jam 21.40 namun masuknya jam 9.45 , biasanya di sela-sela itu ada satu atau dua sks yang kosong sehingga bisa istirahat sejenak di kos. Selesai matkul pun kami para maba masih harus disambut berbagai kegiatan wajib sebagai bentuk ospek dari hima. Aku sering bersepeda pulang kos hingga pukul 22.00 bahkan pernah hampir pukul 24.00. Belum lagi sampai kos harus berbenah dan mengerjakan tugas. Aku cukup kaget dengan rutinitasku yang baru ini karena selama SMA aku hanya kaum mager (males gerak) yang suka rebahan.

Melewati masa ospek dan menyambut ajaran baru dengan mahasiswa baru adalah titik puncak yang kutunggu. Akhirnya semua siksa ini berakhir juga. Tidak !!! Salah besar !!!

Justru semua penderitaan baru dimulai. Tugas kuliah yang semakin menghujani, revisi disana-sini, praktikum yang tidak boleh gagal, dll. Aku benar-benar tidak bisa membayangkan, bagaimana stamina teman-temanku yang ikut aktif berorganisasi ataupun rutin ikut UKM (seperti ekstrakurikuler) di tengah-tengah kesibukan kuliah ini. Aku sempat mencoba mendaftarkan diri ikut hima entah departemen apa. Lucunya saat dipanggil kating untuk seleksi (seperti proses wawancara namun lebih ke share cerita dan pengalaman saja) aku menangis. What !!!

Dua orang kating (cewe dan cowo) sempat kebingungan denganku yang tiba-tiba menangis itu. Mbak F mengira kalau aku takut dengan mas B karena mas B terkenal dengan kegarangannya saat meng-ospek dan juga didukung dengan fisiknya yang tinggi besar serta berwajah masam. Akupun tidak tahu kenapa tiba-tiba menangis. Terharukah dengan kisahku sendiri ??? Tapi yang pasti bukan karena mas B. Aku pulang dengan mata merah dan malu. Untung saja aku tidak lolos seleksi hima. Aku yakin kalaupun lolos pasti semua tugas ku keteteran dan banyak kesulitan kedepannya. Daripada aku melakukan pekerjaan yang membuatku sengsara dan membuat batinku tertekan lebih baik sejak awal aku tidak ikut menyelam.

Beberapa julukan di kampus cukup aneh. Ada yang kura-kura, kuda-kuda, dll. Namun aku menyandang gelar mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang - kuliah pulang) intinya menjadi mahasiswa cupu. Whatever.

KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang