Semua undangan telah tersebar. Tidak banyak hanya sekitar dua ratus orang itupun campuran dari keluarga, tetangga, teman kelas SD, SMP, SMA dan teman kuliah yang dirasa cukup akrab. Tidak semuanya ia sebar sendiri, apa gunanya teman kalau begitu.
Sudah banyak teman-temannya yang menikah duluan, walaupun kebanyakan yang cewek. Dia bisa dibilang menikah lebih cepat dibanding yang lainnya, dua tahun setelah lulus kuliah. Calon istri yang akan dipinangnya bukanlah seseorang yang dia kenal lama. Dia adalah keponakan dari dosen pembimbingnya dulu saat skripsian.
Pertemuan pertama itu cukup berkesan. Ketika istri dosennya membawa masuk ponakannya dan dikenalkan padanya, terlihat sosok nan cantik jelita. Hana namanya. Wajah yang anggun dan kalem itu menebarkan senyuman begitu memikat bagi siapa saja yang melihat. Setelah saling ngobrol akhirnya mereka berpisah dan saling bertukar nomor. Perkenalan berlanjut pribadi melalui cara terkini (online). Sebagai cowok tentu saja dia yang memulai mengenalkan diri. Hingga chat yang mulanya singkat itu berlanjut semakin panjang.
Tidak butuh waktu lama sejak perkenalan menuju lamaran hingga menentukan tanggal pernikahan. Sebenarnya itu semua ada sedikit desakan dari beberapa pihak agar proses ini berjalan lebih cepat. Dia awalnya tidak begitu yakin, dia bukan tipe orang yang mudah jatuh cinta hanya karena terpesona oleh rupa. Baginya proses itu perlu, pengenalan karakter yang lebih dalam, cerita-cerita tentang pengalaman, visi misi hidup dan tujuannya. Itu semua dilakukan dalam waktu dua bulan saja dan selama itu hanya beberapa kali bertemu.
"Semua orang pasti memiliki masa lalu, entah itu baik atau buruk, yang perlu dilakukan sekarang adalah maju membangun masa depan dengan segala usaha dan niat baik maka Insha Allah akan menghasilkan sesuatu yang baik" nasihat Akbar, sahabatnya setiap kali dia merasa ragu.
Dia mencari-cari cerita. Kisah nyata berumah tangga melalui ta'arufan, setidaknya apa yang dialami Dewa saat ini hampir sama. Banyak yang merasa cocok dan bahagia. Melakukan semua hal baru bersama pasangan secara halal. Namun tak sedikit juga yang akhirnya berpisah karena sejak awal tidak begitu kenal maka beberapa hal mengejutkan yang terungkap setelah menikah bisa saja berdampak negatif bila pasangannya tidak berbesar hati menerima.
Sejauh ini yang dia ketahui tentang calon istrinya adalah hal-hal umum seputar pendidikan, keluarga, hobinya, dan beberapa hal lain yang menjadi keahliannya. Hal yang selalu menjadi pertanyaan lelaki yang akan menikah yaitu apakah calon istrinya itu masih perawan ?
Hal itu tidak bisa dia tanyakannya karena takut menyinggung. Bila jawabannya tidak apakah dia akan membatalkannya ? dan kalaupun masih apakah dia akan langsung setuju menikahinya begitu saja ? Sebenarnya bukan hal itu saja namun banyak hal lainnya. Maka hanya berpasrah pada Tuhan yang bisa dia lakukan untuk menemukan jawaban.
Di setiap malam dalam istikharahnya dia selalu meminta agar diberikan jawaban atas keraguan di hatinya itu. Jika memang Hana yang akan menjadi istri terbaik untuknya maka lancarkan semuanya hingga menjadi halal. Namun jika bukan Hana maka jauhkanlah dengan cara terbaik-Mu dan dekatkanlah jodoh yang sudah dipilihkan untuknya dengan jalan terindah-Mu.
***
Bertukar pesan dengan teman-temannya adalah hal yang biasa bagi Dewa, termasuk teman-teman cewek. Dia yang lulusan MI (sekolah SD islami) dan MTSn (sekolah SMP islami), kali ini lebih memilih masuk SMA biasa dari pada MAN. Tidak seperti masa sebelumnya dengan berbagai peraturan akan pemisahan cowok dan cewek di setiap kegiatan, di SMA nya ini semua terkesan lebih membaur.
Dewa tidaklah berasal dari keluarga yang fanatik beragama, namun karena sejak kecil sudah terbiasa dengan sekolah islami (itupun karena sekolahnya berada dengan lokasi terdekat dari rumahnya yang pelosok) dia cukup pemalu saat harus berhadapan dengan lawan jenisnya selama masa SMA. Terlebih lagi dia tidak memiliki saudari dan kebanyakan kerabat (sepupu, keponakan) juga laki-laki. Intinya dia jarang berkumpul dengan perempuan sebaya bahkan anak kecil. Tetangga ? Ya mungkin ada hanya satu dua.
Sejak dulu, angkatan Dewa selalu menjadi korban percobaan kurikulum. Saat SD Ujian Nasional empat paket, SMP 20 paket, dan SMA ini pun menjadi korban K13 (kurikulum tahun 2013). Kurikulum baru yang mengharuskan para siswa untuk aktif di kelas dengan cara selalu unjuk diri atau tampil maju ke depan demi mendapat poin (hal yang sangat menyiksa bagi para introvert sepertinya). Sistem penilaian yang begitu ambigu dan berbelit-belit membuat kalang kabut para siswa bahkan guru.
Lambat laun Dewa dan teman-temannya harus beradaptasi dan menikmati kondisi itu. Sistem kerja kelompok sangat ditekankan pada masa K13. Tidak heran dirinya sering lupa anggota, karena disetiap mapel terbentuk kelompok yang berbeda. Namun hal ini cukup berguna baginya agar bisa akrab lebih cepat dengan teman sekelasnya (tentunya teman cewek).
Dewa termasuk siswa yang rajin bila dibandingkan dengan kebiasaan siswa seumurannya. Tidak heran dia dicap sebagai salah satu yang terpandai di kelas. Rama dan Khamdan adalah rivalnya, sedangkan dari yang cewek ada Risma (tetangga jauhnya dan masih satu almet SMP), Salma, Raisa dan baru-baru ini Ana.
Jiwa saing dalam dirinya akan selalu muncul jika poin rivalnya selalu bertambah. Karena keharusan itu, Dewa selalu mengamati kebiasaan para rivalnya. Raima adalah yang terkuat dia sosok ekstrovet yang selalu unjuk diri begitu juga Khamdan dan Salma. Sedangkan Raisa dan Rama (teman sebangku Dewa) terlihat ogah-ogahan, namun jangan salah. Jika mereka sudah unjuk diri, satu kelaspun akan kalah darinya.
Kalau Ana ? Dia awalnya sangat biasa, tidak akan mengajukan diri ke depan jika guru tidak memanggilnya, karena dia belum memiliki poin sama sekali. Mungkin itu masih masa adaptasinya. Setelah semester dua hingga kenaikan kelas bahkan hampir kelulusan, berubahannya cukup mengejutkan. Dewa tidak bisa menganggapnya remeh. Dia jadi lebih sering mengamati Ana. Apapun yang dilakukan Ana selalu membuatnya terpicu.
Dewa jadi tahu beberapa hal tentang Ana. Dia gadis yang rajin dan tidak peduli pandangan orang sekitar asalkan dia nyaman. Dia selalu menjadi dirinya. Dewa mengira kalau Ana orang yang cuek, pendiam dan tidak banyak bicara, namun saat satu kelompok dengannya (Dewa hampir tidak pernah satu grup duskusi dengan Ana) ternyata Dewa salah. Ana langsung memegang kendali secara alami. Bahkan Dewa yang biasanya jadi ketua kelompok, kali ini dikalahkan Ana saat pemilihan suara.
Memang beda jika cewek yang jadi pemimpin. Semua hal kecil akan masuk pertimbangan dan segalanya dilakukan dengan perasaan. Namun di mata Dewa, Ana termasuk orang yang tegas dan berprinsip. Baginya segala sesuatu harus terlihat sempurna. Terkadang hal itulah yang membuat Ana terlihat sebagai orang yang kaku.
Disela-sela istirahat atau jam kosong Ana terlihat begitu hanyut dalam bacaannya yang rutin berganti cover setelah berkunjung ke perpus. Kegaduhan di kelas, ramainya mabar dan nobar tidak membuyarkan konsentrasinya. Melihat seorang gadis yang begitu tenang bersembunyi di balik buku, entah mengapa membuat Dewa sedikit terpana.
Tidak lama setelahnya, bukan hanya Ana. Hampir semua cewek di kelas jadi punya hobi dadakan. Membaca. Setiap jamkos mereka dengan serentak sudah tenggelam dengan novelnya masing-masing. Hal ini cukup merepotkan bagi para cowok, karena Salma dan beberapa cewek lainnya (Ana tidak termasuk) tak akan segan memarahi para cowok yang rame saat mabar (padahal biasanya cuek saja, karena cewek ikut rame nobar film).
Tidak percaya dan penuh tanda tanya. Hal itulah yang memenuhi pikiran Dewa setelah cukup mengenal Ana. Mengapa semua hal mengenainya memberikan dampak bagi sekitarnya. Bahkan Dewa pun juga, kini diam-diam dia lebih sering memperhatikannya. Apakah dia mulai menaruh rasa ?
KAMU SEDANG MEMBACA
KITA [END]
RomanceMenanti adalah hal yang membosankan. Tapi mengapa aku betah melakukannya. Entah apa yang akan terjadi dipenghujung penantian. Apakah hanya kisahku atau hanya kisahmu ? ataukah mungkin menjadi kisah kita ? ..... "Itu...lagi ada yang populer kan. Gima...