Part 42 : Egois

31 2 0
                                    

"Kenapa ?" tanya Erlang, karena aku menolak dia menggandengku.

"Jangan deh, malu" jawabku.

Kami berjalan beriringan. Sejak tadi aku berusaha menghindarinya. Perasaan tak nyaman itu muncul kembali. Aku menyibukkan diri dengan kegiatan amal yang sesekali kulakukan. Berjalan keliling taman, membagikan nasi bungkus gratis pada pedagang asong, tukang becak, abang ojol, dll.

Hari ini aku hanya membawa 50 bungkus nasi. Erlang bersamaku. Padahal seharusnya pagi ini dia mudik, tapi dia menawarkan diri membantuku. Dia akan berangkat nanti siang untuk pulang ke rumahnya. Kota sebelah. Tidak terlalu jauh dari kota ini, hanya satu setengah jam perjalanan naik motor. Hari masih pagi, kulirik jam tanganku pukul setengah sembilan.

Erlang mencari toilet umum. Aku menunggu dia sembari duduk di kursi taman yang panjang, sendirian. Kudongakkan kepalaku menatap awan cerah yang seolah bergerak di langit.

Apakah ini hal yang benar ?
Apakah kelak aku tidak akan menyesal ?

Ku buka percakapan ku dengan Dewa di WA. Pesan yang kurimkan padanya setelah kemarin siang, ada paketan darinya datang.

=================WA================

Terimakasih atas kirimanmu

Apa kamu sdh baca suratnya ?
Kuharap kamu tdk slah pham lagi

Ya, sdh kubaca.
Aku tdk tahu,
Bgmna menanggapinya

Maaf

Berhentilah meminta maaf

Baiklah..

Apkah kamu keberatan jk
aku memintamu utk melupakan
pertengkaran kita yang dulu ?
Aku ingin memperbaiki semuanya.

Tidak mudah,
tapi akan kucoba

Na, aku menyukaimu.
Bisakah kita mulai
seperti dulu lagi ?

Dulu yang sprti apa ?

Seperti awal,

Menjadi orang asing,
tidak saling kenal ?!

Hehe bkan begitu.
Maksudku saat semuanya
Msh baik2 saja.

Lalu stlah itu ?

Na, aku ingin menemuimu.
Apakah bsok bisa ?

Secepat ini ? Untuk apa ?


Ada yg ingin ku sampaikan lngsng.
Aku mnddak dpt kabar.
Apakah bsok kamu mudik ?
Atau aku bisa ke kos mu saja,
aku akan brgkt setelah ini

Jangan bercanda !


Tolong biarkan aku menemuimu
Jika kamu blm siap menemuiku,
5 menit saja tdk masalah.
Aku mohon.

Aku masih kesulitan
menghadapimu.
Jangan buat aku bingung.

Missed voice call 14.36

Jangan menelpon.
Aku msh bekerja di kantor.
Lanjutkan chat saja.


Aku dipindahtugaskan ke Singapura.
Tdk tahu smpai kpan akan disana.

Kontrak awal 6 bulan,
tp bisa diperpanjang
hingga 2thn ke depan.

Kabar yang baik bukan

Tidak sepenuhnya.
Aku masih menantikan
jawabanmu, Na

Jawaban apa ?


Apa kamu msh menyukaiku ?
Bisakah kamu memberiku
kesempatan lagi ?

Tolong Dewa, mengertilah.
Jangan menyudutkanku


Kalau begitu,
aku akan bertindak egois.

Aku akan menunggumu,
di cafe yg dulu.

Sblm aku brngkat
ke bandara. Hari Minggu jam 9.

Jangan repot" kesana,
Aku tidak akan datang.

Aku akan menunggumu, Na

=================WA================

Haaaaissh....kenapa harus begini sih !!!

Aku sudah memutuskan untuk tidak datang. Tapi perasaanku benar-benar tidak tenang. Ada yang mengganjal disana.

"Lagi ada masalah ? Sejak tadi kok nggak fokus. Banyak melamun, mikirin apa ?"

"Hah ? Eh...enggak kok, udah ketemu toiletnya ?"

"Udah. Mau kemana lagi ?"

"Kemana ? Udah selesai kok agendanya. Kamu mau pulang kan ? Sekarang aja mumpung masih pagi"

"Padahal aku masih pengen kencan" ucapnya pelan, tapi aku masih jelas mendengarnya.

"Hehe, ya udah ayo ke parkiran" ucapnya.

Secepat kilat aku berjalan, ketika tangan Erlang mencoba untuk meraihku.

Apakah dia kini sudah tidak menahan diri lagi ?

KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang