Part 32 : Keinginan

29 3 0
                                    

Perusahaan tempat Dewa bekerja adalah gedung bangunan tinggi 7 lantai yang tidak begitu luas namun cukup bergengsi. Di lantai satu ada loby, ruang rapat utama dan beberapa ruang direksi untuk para petinggi serta cafetaria.

Lantai dua bagian personalia yang mengurusi seputar SDM, administrasi, rekrutasi dan gaji karyawan. Kebanyakan para staffnya adalah kaum hawa lulusan akuntansi dan psikologi.

Lantai tiga bertanggung jawab soal urusan publik, marketing, sekaligus supply chain yang mengurusi permintaan client, pengadaan training, seminar, dan perlengkapan sumber daya server.

Lantai empat sebagai server. Segala data yang ada tersimpan dan tersusun rapi disini. Tim IT dan para progammer backend bertanggung jawab penuh disini.

Lantai lima adalah kumpulan para programmer muda dan pengembang aplikasi yang siap menerima permintaan client. Namun sebenarnya adalah kumpulan jomblo akut yang selalu berkutat dengan bahasa pemrograman hingga lupa bahasa manusia untuk mencari jodoh mereka.

Lantai enam ada beberapa ruang direksi dan petinggi, perpustakaan, gudang, dll.
Lantai tujuh ada masjid, ruang bersantai, dan cafetaria outdoor.

Di keheningan lantai lima yang penuh keseriusan pekerja, tangan Dewa terasa sangat geram. Ingin sekali jari-jarinya mengetik pesan untuk Ana bahkan meneleponnya. Lagi-lagi dia sadar diri. Pesan permintaan maafnya beberapa waktu lalu saja tidak di balas sama sekali dan hanya centang biru di read. Tidak mungkin dia bisa melakukannya lagi. Takut mengganggu.

Dewa sangat penasaran dengan percakapan sekilas yang didengarnya saat pulang kerja itu. Benarkah Ana sudah memiliki kekasih ? Temannya bilang dia CLBK ? Aaaah jangang dong, please ! Dewa mengacak-acak rambutnya.

Pikiran yang sedang kalut itu membuat Dewa bertingkah tidak jelas di balik monitor dan keyboardnya, mengundang banyak tanda tanya orang-orang disekitar. Tidak biasanya dia begini.

"Njir, kenapa tuh bang Dzi ? Lagi galou ?" Bisik Edo pada Panji.

"Iyeelah, apalagi yang bisa bikin Dzihan kaya gitu" balas Panji berbisik.

"Emang bang Dzi udah punya pacar lagi ? Udah bisa move on dari kegagalan yang sebelumnya ?"

Sudah menjadi rahasia umum perusahaan berita gagalnya pernikahan Dewa. Semua orang tahu namun tidak ada yang berani menyinggung atau bertanya langsung pada Dewa. Asumsi semua orang sama seperti Panji. Menganggap Dewa ditinggalkan, karena kecelakaan parah yang dialami hampir saja membuatnya lumpuh. Beruntung Dewa tidak menyerah dan bisa bangkit lagi menjalani kehidupannya yang normal.

"Hush, yang kemaren ntuh bukan kegagalan. Emang sengaja digagalin sama dia"

"Hah ?!"

"Intinya dia itu udah punya gebetan. Temennya gebetan lu. Sama-sama orang BBA dari staff desain" Panji mulai ember.

"Eeh sumpah, gercep juga bang Dzi. Bukannya lu yang punya niatan terselubung waktu dinas kesono. Kok malah bang Dzi yang dapet" Edo tak menyangka.

"Bukan gitu. Kebetulan aja dia ketemu lagi. Dia temen SMA nya Dzihan dulu. Emang takdir kali ya"

"Waaah...bau-bau CLBK ?"

"Moga aja, gue jadi ikutan stress kalau lihat dia stress gitu."

Panji dan Edo mengamati tingkah Dewa yang absurd. Berbagai ekspresi yang hilang dan muncul kembali di wajah Dewa seakan sedang perang batin mengobrol sendiri dengan hatinya. Namun bukan Dewa yang menjadi pusat perhatian, justru tingkah Edo dan Panji yang akur berbisik-bisik saling mengobrol tanpa ngegas itulah menjadi hal yang patut dicurigai. Dino, Jojo, Guntur, Riki, dan yang lainnya hanya saling pandang melihat adegan langka itu.

Tring !
Pintu lift terbuka. Semua yang di ruangan itu auto noleh. Reza masuk membawa sepucuk berita.

"Perhatian semuanya !" suara Reza lantang agar seluruh orang di ruangan itu mendengar.

"Dari hasil rapat tadi, akan diadakan tes karyawan untuk kenaikan pangkat tentu saja gaji ngikut naik. Tes dilakukan tiga hari lagi. Tes tulis sama wawancara. Berlaku untuk semua karyawan. Yang magang kalau pengen ikut dipersilahkan siapa tau lolos bisa langsung diterima kerja disini jadi pegawai kontrak. Sekian." Reza mengakhiri pengumumannya.

Usia Reza yang masih 34 tahun membuatnya menjadi salah satu ketua tim termuda dari beberapa ketua tim lainnya. Diperusahaan ini ketua tim sama saja seperti jabatan kepala biro yang menaungi suatu biro dengan job desk tertentu yang menjadi tanggung jawab biro tersebut. Di lantai 5 yang menjadi satu ruangan besar dengan empat baris sekat yang berisi sekitar 30 orang termasuk mahasiswa magang berada di bawah pimpinan Reza.

Para staff bawahan Reza memang masih muda dan banyak yang jomblo. Di perusahaan ini, lantai 5 adalah markas bagi para pencari jodoh. Banyak kaum adam yang rupawan dan beberapa kaum hawa yang menggoda. Herannya belum ada kisah cinlok sesama staff di ruangan ini. Mungkin karena sudah hapal dan paham segala kebusukan temannya, sehingga istilah modus dan tebar pesona tidak ada gunanya.

###

Setelah beberapa hari menyiapkan diri untuk tes tulis dan wawancara, akhirnya Dewa bernapas lega karena sudah menyelesaikan prosesi itu dengan lancar. Tinggal nunggu hasil. Apakah dirinya pantas naik jabatan dari pekerja kontrak menjadi pekerja tetap atau hanya perpanjangan kontrak lagi.

Dewa baru menyadari kalau belakangan ini dia tidak ditempeli Panji. Biasanya kemanapun mereka bareng. Dewa juga tidak nebeng Panji, karena Guntur nginep di kosnya minta bantu ajarin dan minta dibagi tips dari orang yang dianggap lebih senior itu. Katanya Guntur ingin ikut tes agar lolos jadi pegawai kontrak. Biar gak repot-repot lagi cari kerja setelah lulus nanti.

"Do, gue nanti mampir. Kolor gue ketinggalan di rumah lu kan ?" ucap Panji keras kepada Edo.

"Tu mulut pelanin dikit woy. Anjiir jangan bikin salah paham orang lu. Udah nggak punya urat malu ?" Edo ngegas.

"Ya kan emang ketinggalan disono. Waktu gue nginep di rumah lu, kita juga udah tidur bareng. Udahlah nggak usah malu-malu" goda Panji.

"Anjing ! habis ngapain lu sama Panji, Do ?!" Dino kepo.

"Eh tu otak jangan mikir yang nggak-nggak ya !" Edo mengancam.

"Jadi selama ini, bang Edo sama mas Panji, kalian...." Riki menambahi.

"Apa lu ikut-ikutan !?" Edo semakin ngegas.

"Pantesan akhir-akhir ini kalian rukun. Ternyata...jodoh beneran" Reza nimbrung juga.

"Eee busyeet, jangan kompor bang !" Edo tak terima.

Tawa orang sekitar menggema. Kumat lagi. Edo orang yang posesif dan serius selalu saja menjadi sasaran candaan Panji dan yang lainnya. Dewa berpikir. Sejak kapan Panji akur gitu sama Edo ? Apa karena modusnya menggaet Ida, adik kembar Edo ?

"Sttt...Nji ?! Woy" Dewa berbisik memanggil Panji disela-sela keramain orang mengganggu Edo.

"Apaan ?"

"Lu serius ngejar Ida, adeknya Edo ?" Dewa kepo.

"Namanya juga usaha, kali aja cocok" jawabnya santai.

Dewa geleng-geleng kepala. Dia cukup kenal perangai Panji. Sejak berkuliah dulu, dia sudah menakhlukkan banyak gadis di kampusnya. Sering dibilang PHP, playboy, buaya, hidung belang, dll.

Hubungan yang dijalin Panji juga tidak bertahan lama hanya sebatas mengejar, PDKT, lalu ganti sasaran lain. Sasarannya pun orang yang tidak dia kenal, bukan teman sefakultas apalagi sekelas. Namun Dewa tahu satu hal, dia tidak akan mempermainkan temannya ataupun menikung temannya sendiri. Meskipun banyak rumor negatif tentang Panji yang dianggap hanya 'mencicipi' para gadis, Dewa tak ambil pusing. Dia yakin sahabatnya bukan orang bejat seperti itu.

KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang