Part 11 : Bertemu

46 3 0
                                    

"Akhirnya selesai juga, makasih tumpangannya" aku turun dari motor Erlang.

Setelah berpanas dan perpeluh di lapangan akhirnya kami kembali disambut bel istirahat makan siang. Kami berjalan beriringan memasuki gedung hendak menuju bilik kerja masing-masing.

"Sabtu nanti kosong nggak ? temenin nyari buku buat adek mau ?" tanya Erlang padaku.

"Hah ?! Buku apaan ?"

"Nggak tau tuh ada daftarnya kok, lumayan ribet kalau nyari sendiri" jawabnya

"Oh" sahutku

"Gimana ? Bisa nggak ?"

"Oke" aku setuju.

Pengalamanku saat maba, tak lepas dari kisahku dengan Erlang. Kedekatan kami yang dulu sempat terjalin, hingga berbagai persoalan yang membuat kami saling berjauhan. Kini kami dipertemukan kembali sebagai rekan kerja dan tentu saja hal itu bukanlah disengaja.

***

Kupacu sepedaku dengan cepat melewati halaman depan kampus menuju parkiran. Hari ini aku kesiangan. Mendadak kulihat pemandangan yang tak biasa. Astaga !!! antrian panjang yang mengekor hingga beberapa puluh meter. Suasana menuju parkiran begitu ramai pengendara. Kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 7.35. sebagai maba yang masih rajin menuntut ilmu, biasanya pukul 7.15 aku sudah duduk anteng di kelas sambil kipas-kipas (saat sudah semester akhir, masuk jam 8 berangkat dari kos jam 8 bahkan jam 9. Jangan ditiru !). Mau tak mau aku ikut berbaris antri melewati palang otomatis itu. Sebenarnya bagi pengendara sepeda bisa langsung masuk menerobos palang karena tidak perlu cek STNK hanya cek kartu pelajar secara otomatis. Namun kali ini begitu padat, bahkan pintu keluar parkiran jadi alih fungsi sebagai pintu masuk karena kondisi ini. Sepertinya hal ini memang terjadi setiap pagi, hanya saja aku tidak tahu karena setiap kali aku sampai kampus kondisinya masih sepi.

Seorang pengendara motor yang ikut berbaris antri di sebelahku bertanya padaku pukul berapa sekarang. Kulihat jam tangan lalu ku jawab pukul 7.50. Dua baris antrian yang panjang ini maju sedikit demi sedikit menuju palang di depan. Yang membuat lama adalah mereka tidak menyiapkan kartu mereka sehingga harus bongkar isi tas terlebih dahulu, cukup membuang waktu. Aku yang merasa tak enak jika diam saja akhirnya kuberanikan diri memulai obrolan. (Aku bukan tipe orang yang suka basa-basi apalagi dengan cowok asing)

"Prodi apa mas ?" tanyaku mengawali

Dia menoleh dan menjawab. Dia orang yang ramah. Kami saling ngobrol. Ternyata kami satu prodi, satu angkatan, sama-sama berstatus maba. Dia akhirnya menanyakan namaku sambil mengulurkan tangan. Kami berkenalan. Karena asik mengobrol tak kusangka antrian di belakangku sangat panjang mungkin hingga ke gerbang depan (500 m lebih). Kulihat ada celah di depan. Aku berpamitan untuk pergi duluan meninggalkan antrian. Satu nama yang saat itu cukup membuatku penasaran. Erlang.

Beberapa kali pertemuan prodi namun belum kutemukan sosok bernama Erlang. Aku tidak tahu dia orang yang seperti apa. Saat kami berkenalan beberapa hari yang lalu, kami sama-sama memakai masker terlebih lagi dia mengenakan helm. Entah kenapa saat itu kami tidak berinisiatif untuk saling menunjukkan muka.

Aku mencoba ikut mencari kesibukan, agar gelar kupu-kupuku setidaknya bisa sedikit memudar. Ku isi form pendaftaran anggota saat expo UKM. Aku tertarik pada catur dan karate. Malamnya aku telah di add grup line catur. Ku lihat ada nama Erlang disana. Ketemu juga !!! Kulihat profil akunnya bukan foto dirinya namun gambar anime atau apalah itu. Di grup aku tidak ragu-ragu ikut membalas obrolan karena para kating disana terkesan ramah dan pengertian. Kami para anggota baru saling berkenalan online. Nama akun line ku tidak sama dengan nama panggilanku sehingga beberapa orang sedikit kebingungan. Tak lama kemudian ada personal chat masuk. Kulihat Erlang mengirimi pesan. Kami tak menyangka dengan kebetulan ini. Aku dan dia masih berbalas obrolan di grup dan PC.

Ketua UKM, mas Alex ingin mengadakan pertemuan perdana minggu ini. Dia mengajukan jadwal pertemuan. Kucocokkan dengan jadwal kuliahku. Aku sedikit kerepotan karena hari itu aku pulang kuliah sore dan malas bersepeda lagi menuju kampus saat malam hari. Akhirnya mas Alex menawari untuk menjemputku di kos. Aku sebenarnya sungkan, kami bahkan belum kenal belum pernah bertemu secara langsung. Namun dia tetap memaksa. Katanya, kita satu prodi satu keluarga, jadi yang santai saja. Dengan senang dan perasaan sungkan akhirnya ku iyakan.

Erlang mengirim chat lagi. Dia seakan mengerti perasaanku yang sesama maba tidak mau merepotkan kating. Dia mengaku sebenarnya tidak masalah jika menjemputku namun pada hari itu dia ada kuliah malam sehingga tidak akan sempat. Aku berterimakasih atas niat baiknya. Pertemuan perdana masih beberapa hari lagi, selama itu aku dan Erlang tidak pernah absen berkirim pesan. Ada saja pembahasan.

Hari H datang. Sorenya Erlang mengirim pesan padaku. Menawarkan diri bagaimana kalau pulangnya nanti biar dia saja yang mengantarku. Setidaknya biar tidak terlalu merepotkan mas Alex. Akhirnya aku setuju. Dia berpamitan offline karena masih ada matkul dan mengucapkan sampai bertemu lagi nanti sebagai penutupan.

Sedikit grogi karena pertama jadi maba langsung dijemput kating cowok dikosan. Aku berangkat sesuai rencana. Mas Alex orang yang asik. Sepanjang perjalanan kami mengobrol biasa. Sesampainya di TKP aku berhasil membaur dan mengenalkan diriku. Beberapa orang datang terlambat karena baru selesai matkul. Kami lanjut ke acara perkenalan. Baru kutahu ternyata sosok itu adalah Erlang. Pertemuan berjalan lancar. Tadi bahkan sempat pemanasan sedikit bermain catur. Aku sangat pemula dan bermain amatiran, kuikuti UKM ini hanya untuk seru-seruan, bukan untuk mengasah kemampuan ataupun pertandingan.

Itulah awal pertemuanku dengan Erlang. Dari sanalah kami semakin dekat dan terus menjalin pertemanan yang mengarah pada suatu hubungan.

KITA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang