Bab 22 : SALAH

31 16 0
                                    

Ayah Hyeri pergi kekamarnya dan mencari berkas yang sudah lama dia simpan. Membuka lemari dan membuka dus demi kerdus untuk mencari dokumen yang sudah dia jilid spiral. Ayah Hyeri membersihkan debu pada sampul dokumen itu. Dokumen yang harusnya menyelamatkan hidup anak yang ditinggal ayahnya di penjara. Tapi terus bersyukur selalu bertengger dihatinya sekarang. Anak yang kehilangan ayahnya diusia yang sangat muda, tumbuh dengan baik dan sudah menjadi jaksa sekarang.

Ayah Hyeri pergi keruang tamu untuk menemui Dong Wook. Dia kemudian duduk di salah satu kursi. "Aku akan menjelaskan tentang keganjilan kasus ayahmu," terang Ayah Hyeri.

Dong Wook menatap ayah Hyeri lekat-lekat. Mungkin sebentar lagi dia dapat membebaskan ayahnya. Ayah Hyeri mulai membuka isi dokumen itu.

"Kasus tabrak lari di jalan Eunpyong-Gu, tidak ditemukan bukti langsung karena cctv dilokasi tidak berfungsi. Hasil pemeriksaan dari tim forensik, mengatakan patah tulang betis sampai lutut korban. Hal ini membuat kami sangat yakin ayahmu bukan pelakunya, karena mobil pick up yang dikendarai ayahmu memiliki kap depan yang tinggi. Apabila ayahmu yang menabrak, harusnya patah kaki sampai kebagian paha," Ayah Hyeri memperlihatkan dokumen dan hasil ronsen kaki korban ke meja. Dong Wook kemudian mengambil dan segera melihatnya.

"Setelah kami ingin membebaskan ayahmu, para jaksa datang kekantor polisi. Kasus kecil seperti itu jarang sekali langsung dilakukan penyelidikan oleh jaksa, dan itu benar-benar aneh. Pada akhirnya, seperti yang kamu lihat sendiri dipersidangan. Bukti sidik jari, bercak darah dan DNA korban tiba-tiba ditemukan di kap depan pick up ayahmu. Padahal kami tidak menemukannya waktu itu."

Hyeri terlihat mengigir jari jempolnya karena kesal, "Ayahmu benar-benar telah dijebak," cetus Hyeri.

"Tapi untuk apa, untuk kepentingan apa ayahku dijebak. Ayahku tidak terlibat dalam hal mencurigakan apapun,"bingung Dong Wook.

"Jalanan waktu itu sangat sunyi, hanya ada beberapa mobil yang mungkin melewati tempat itu pada waktu kejadian. Walaupun cctv di tempat itu mati, tapi dalam radius 10 km ada cctv yang bekerja. Walaupun tidak pasti, ada beberapa mobil yang dapat diperkirakan melewati tempat itu. Aku terus meminta penyelidikan ulang, tapi selalu ditolak,"jelas Ayah Hyeri.

"Apakah ada orang yang anda curigai?"tanya Dong Wook.

"Dilihat dari patah kaki korban, ada beberapa mobil yang dapat dicurigai. Tapi dengan anehnya tingkah kejaksaan, ada satu orang yang sangat mungkin dijadikan tersangka."

"Siapa itu?" tanya Dong Wook penasaran.

"Lee Jeong Hoon, seorang jaksa yang sekarang telah menjadi ketua jaksa."

Hyeri tiba-tiba berhenti menggigit kukunya dan memandang Dong Wook khawatir, "bukankah dia ayah angkatmu?"

Ayah Hyeri benar-benar terkejut mendengar perkataan anaknya. Cara memandang ke arah Dong Wook pun berubah menjadi sangat khawatir.

Hyeri hanya melihat wajah Dong Wook yang terlihat tidak percaya, pandangannya terlihat kosong sekarang, tapi tugasnya untuk menyadarkan rekan kerjanya tersebut. "Aku tau tidak baik untuk mengatakannya langsung. Tapi mengangkatmu sebagai anak adalah alasan yang sangat kuat untuk mencurigai ayahmu," ucap Hyeri.

"Terimakasih karena telah menyelidiki kasus ayahku walaupun telah ditolak kepolisian beberapa kali. Aku tidak dapat menyimpulkan apapun sekarang, memang benar, seperti yang kalian berdua pikirkan. Ayahku yang sekarang adalah pelakunya. Tapi biar bagaimanapun dia adalah ayahku, aku harus menanyainya untuk memastikan hal tersebut," ucap Dong Wook yang memaksakan senyumnya dengan mata berkaca-kaca.

"Apa kau tidak apa-apa?"tanya Ayah Hyeri.

Dong Wook kembali memaksakan senyumnya. "Akan sangat bohong apabila aku bilang sedang tidak apa-apa, mungkin dunia ku kembali tebelah dua seperti 15 tahun lalu. Sebaiknya aku pergi kerumah ayahku sekarang, semakin cepat akan semakin baik," Dong Wook berdiri dari kursinya, "Terimakasih," dia menunduk dan memberikan salam. Melihat wajah ayah Hyeri dan Hyeri yang terlihat tidak enak membuat Dong Wook jadi canggung untuk meninggalkan rumah itu begitu saja.

"Seperti katamu dulu, laki-laki harus kuat dan tidak bolhe menangis. Tenanglah, tidak usah memasang wajah seperti itu. Aku baik-baik saja kok."

"Semangat," sebuah kata yang terucap begitu saja dari mulut Hyeri.

"Tentu saja," ucap Dong Wook dengan senyum hangat. "Terimakasih atas jamuannya," Dong Wook kemudian pergi kedepan pintu dan menuju mobilnya.

**********

"Tumben kau datang malam-malam begini,"ucap Ayah Dong Wook yang duduk disofa dengan sweaternya.

"Ada yang ingin kubicarakan," ucap Dong Wook duduk disalah satu sofa.

"Tentang pekerjaan? Sepertinya sesuatu yang sangat mendesak,"

"Mungkin ini terdengar tiba-tiba, apa aku boleh bertanya apa alasan ayah mengangkatku sebagai anak?" tanya Dong Wook.

Ayah Dong Wook merapatkan bibirnya dan berpikir sejenak. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya pada Dong Wook. "Aku memang ingin mengangkat seorang anak setelah istriku meninggal. Ku dengar kau sangat pintar dan aku mengetahui sedikit tentang latar belakangmu dan ayahmu. Sepertinya aku dapat membantumu kelak. Tapi.. ada apa sampai tiba-tiba menanyakan itu?"

"Apakah ayah melakukannya untuk mengurangi rasa bersalah ayah?" Dong Wook tak sengaja meneteskan air matanya. Dong Wook tetap memutuskan untuk memanggilnya ayah walaupun dialah yang membuat ayahnya dipenjara. Sebuah keputusan yang sangat menyakitkan, seperti dia telah menghianati ayahnya yang berada dipenjara. Tapi paling tidak dia harus menunjukkan sebuah rasa terimakasih karena membesarkannya sampai sekarang, walaupun dia benar-benar tidak bisa memaafkanya sekarang. Dilema itu benar-benar menusuk dada Dong Wook sekarang.

Ayah Dong Wook melepas kacamata dan menaruhnya di meja. Dia memijat batang hidungnya perlahan, "Sepertinya waktu itu telah tiba, menunggumu menikah adalah ego terbesar yang kumiliki sekarang," Ayah Dong Wook berdiri dari sofa, berjalan kearah Dong Wook kemudian berlutut. "Maafkan aku, aku benar-benar bodoh. Akulah yang telah menjebak ayahmu. Aku mengangkatmu sebagai anak awalnya untuk mengurangi rasa bersalahku. Tapi hari berganti, tiap bulan berjalan, tiap tahun berlalu, tiap hal yang kita lalui bersama. Aku benar-benar menyayangimu, benar-benar mengganggapmu sebagai anakku. Maukah kau memaafkan ayahmu yang bodoh ini?" ucap Ayah Dong Wook sambil menangis, moment dia mengantar Dong Wook waktu pertama kali smp, berfoto saat kelulusan sekolahnya. Melihat Dong Wook dengan jubah jaksa untuk pertama kalinya tiba-tiba terlintas. Dia sangat bersyukur telah hidup bersama Dong Wook selama ini, tapi biar bagaimanapun. Kejahatannya dimasa lalu harus dia tebus.

Dong Wook terlihat sesenggukan di sofanya. Dia menghampiri ayahnya dan memegang kedua lengannya. "Aku benar-benar berterimakasih atas semuanya. Tapi aku tidak bisa hanya berdiam saja,"ucap Dong Wook menatap ayahnya.

"Aku telah membesarkanmu dengan sangat baik, kau telah menjadi jaksa yang sangat jujur. Itulah yang telah kurencanakan dari dulu, kamulah yang akan membawaku kepenjara."

Dong Wook hanya memandang ayahnya. Sebuah kata maaf tak dapat keluar dari mulutnya sekarang. Dia benar-benar seperti tak bisa memaafkan ayahnya yang sekarang karena memikirkan ayahnya yang berada dipenjara. Dia hanya bisa menepuk pelan kedua lengan ayahnya yang sedang menangis.

"Sekali lagi, ayah benar-benar minta maaf," ucapnya sembari menangis.

Redemption (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang