BAB 2 : HASIL

176 65 12
                                    

"Apakah kamu bisa memberikan alasan kenapa semua barang yang terjatuh kelantai memiliki sidik jarimu?" ucap Dong Wook sambil mengangkat dokumen di tangan kanannya.

"Aku sering membersihkan rumah, jadi wajar apabila aku menyentuh semua barang yang ada dirumah," ucap Min Ki dengan tersenyum kecil setelahnya.

Lalu apa yang dapat kau lakukan lagi jaksa? Semuanya benar-benar berjalan sesuai keinginan Kim Min Ki.

Lee Dong Wook hanya dapat tersenyum kecil melihat wajah Kim Min Ki yang benar-beanr sangat yakin akan menang, semuanya memang berjalan sesuai keinginan Kim Min Ki. Akan tetapi semuanya juga berjalan sesuai keinginan Lee Dong Wook.

"Kamu memang hebat untuk anak berusia 17 tahun. Tapi terlalu dini untuk bisa mengalahkanku," ucap Le Dong Wook dalam hati.

"Baiklah, apa kau tau ini apa?" tanya Le Dong Wook sambil memperlihatkan kalung emas dalam sampel bukti di tangan kanannya.

Kim Min Ki benar-benar terkejut melihatnya. Tidak mungkin dia dapat menemukannya, rumah Min Ki lumayan jauh dari rumah temannya. Semua CCTV sudah diperhatikan dengan sangat seksama, dia tidak mungkin salah. Tidak ada seseorangpun yang dapat menemukan kalung itu.

Dong Wook berjalan perlahan kearah Min Ki dan mendekatkan wajahnya ke telinga Min Ki. "Apakah kau tau siapa yang akan menjadi tersangka utama apabila aku menyerahkan bukti ini kepada hakim," bisik Dong Wook.

Mata Min Ki benar-benar terbelalak. Hal yang dia lakukan benar-benar membuat tidak ada seorangpun yang dapat membuktikan bahwa ayahnya adalah pelakunya. Tetapi hal itu justru membuatnya menjadi tersangka utama. Sidik jari yang dia tinggalkan saat mengubur kalung itu. Benar-benar akan membuatnya menjadi seorang tersangka.

Lalu bagaimana sekarang? Aku, aku akan menjadi tersangka yang telah membunuh ibuku. Gila. Ini Gila. Kenapa semua ini malah jadi seperti ini, aku telah memikirkan semuanya dengan sangat matang. Kalung itu, kalung itu bagaimana bisa dia temukan!

Aku, Aku akan masuk penjara!

Aku tidak mau, Bukan aku yang melakukannya!

Kim Min Ki menggerakkan lehernya kesamping kanan dengan sangat berat, dia memandang ayahnya dengan sangat pucat.

Dia, Ini semua karena dia. Aku tidak harus menggantikannya. Dialah yang telah membunuh ibuku, dialah yang harusnya dipenjara. Bukan Aku!

Kim Min Ki, segera berdiri dari tempat duduknya. "Dia, Dia yang telah membunuh ibuku! Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Dia mengancam akan membunuhku setelahnya! Aku, aku hanya melakukan semua ini untuk menyelamatkan diri. Aku membuat seolah-olah terjadi perampokan dirumah. Dia, Dialah yang telah membunuh ibuku!!!" Kim Min Ki meluapkan semuanya dengan penuh emosi, matanya memerah, terbelalak, dengan ludah yang bercucuran. Dia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk mengatakan itu.

Kim Jong Il terlihat panik dan sangat marah, dengan emosi tak terkendali dia berdiri dari mejanya. "Kau, bukankah kau bilang akan mengurus semuanya? Harusnya aku membunuhmu saja waktu itu!" Kim Jong Il meninggalkan mejanya dan mencoba mengeluarkan kekesalannya pada anaknya. Tetapi dia terhalang oleh penjaga yang menghalaunya. "Kau, Kau, Bagaimana bisa kau melakukan ini padaku!" ucap Kim Jong Il yang terus memaksa untuk menghampiri Min Ki.

"Penjaga, bawa terdakwa meninggalkan ruang sidang ini," ucap sang hakim

Penjaga membawa Kim Jong Il yang terus melawan keluar dari tempat sidang.

"Tenanglah, sesuai perkataanmu, kamu telah diancam untuk menutupi TKP. Lagipula kamu masih di bawah umur, paling tidak hanya akan menjalani wajib lapor," ucap Dong Wook untuk menenangkan Min Ki yang terus menunduk dari tadi. "Saya sudah selesai yang mulia." Setelah mengucapkan itu Lee Dong Wook kembali ketempat duduknya.

********

Mata hangat Dong Wook terangkat ketika melihat ayahnya yang menunggu diluar ruang sidang. Dong Wook bergegas untuk memberikan pelukan hangat. Pada saat sidang dia sangat bahagia melihat ayahnya menonton sidang sampai selesai. "Terimakasih ayah telah datang." Ucap Dong Wook dengan senyum lebar dan pelukan yang masih tidak terlepas.

"Bagaimana ayah bisa tidak datang disidang pertama mu. Sudahlah lepaskan, kita dari tadi sudah menjadi tontontan orang sekitar."

"Hehehe,"kekeh Dong Wook sembari melepaskan pelukannya. "Bagaimana penampilan ku hari ini? Ayah pasti bangga kan?"

"Ya... Walaupun sudah bagus, tapi sepertinya masih keren ayah di sidang pertama ayah."ucap Lee Jeong Hoon.

Ayah Dong Wook, Lee Jeong Hoon adalah seorang jaksa, bahkan dia adalah seorang kepala jaksa sekarang. Orang yang sangat dihormati. Dong Wook tau betapa sibuk ayahnya dan benar-benar bahagia ketika dia mau meluangkan waktu untuk melihat sidang pertamanya.

"Sepertinya dengan kemenanganku hari ini ayah harus hati-hati dengan posisi ayah."ejek Dong Wook.

"Ayah pasti akan sangat bahagia apabila kamu yang menggantikan posisi ayah."

"Yah.. jangan terlalu melankolis begitu dong."

Lee Jong Hoon mengehela nafasnya. "Bagaimana kalo kita makan-makan."

"Ayah duluan saja, aku mau mengganti pakaian dulu."

Lee Dong Wook bergegas meninggalkan ayahnya. "Dong Wook tunggu dulu,"

"Iya?"

"Ada yang membuatku sedikit penasaran, bagaimana kamu dapat menemukan kalung emas itu?"

"Aku mencoba mencarinya, melewati seluruh rute dan mencari rute yang tidak dipasang cctv. Tapi bagaimanapun juga aku tidak dapat menemukannya. Lalu, karena itulah aku membuatnya sendiri, aku pergi ketoko emas dan meminta dia untuk membuatkan kalung itu, untung ada foto waktu ketika ibunya menggunakan kalung itu. Karena itulah aku tidak bisa memberikan bukti itu kepada hakim dari awal. Karena kalung itu palsu." Ucapnya sambil tersenyum kecil yang kemudian meninggalkan ayahnya. "Aku sudah lapar, tunggu aku di mobil ya.."

Redemption (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang