BAB 3 : KILAS BALIK

158 55 7
                                    


Satu hari sebelum persidangan.

Lee Dong Wook menunggu kabar dari sipir dengan resah, sidang pertamanya akan dilaksanakan besok. Sudah hampir 14 tahun dia tidak melihatnya. Dia hanya ingin lihat bagaimana keadaannya, hanya ingin tau apa yang terjadi padanya selama ini. Apakah dia sehat? Apakah dia makan dengan baik? Dan banyak sekali yang ingin dia katakan. Aku baik-baik saja, walaupun awalnya berat. Aku sekarang sudah baik-baik saja.

"Maaf, dia bilang tidak ingin menemuimu."

"Terimakasih," ucap Dong Wook dengan senyum yang sangat canggung.

Sudah tidak tau berapa kali dia harus tersenyum canggung seperti itu, sudah hampir sepuluh tahun kunjungannya ditolak. Dia tau bahwa orang itu hanya tidak ingin Dong Wook membuang waktu karenanya. Dia tau Dong Wook sudah diangkat anak oleh seorang jaksa, dia tau bahwa Dong Wook akan hidup layak setelahnya. Tapi, apakah dia tau betapa Lee Dong Wook sangat merindukannya.

Aku hanya ingin melihatmu, Ayah.

*******

Dong Wook menggeser kekanan dan kekiri lemari bukunya, dia telah lama membuat papan tulis rahasia dibelakangnya. Hari itu pasti akan tiba, Dong Wook akan segera melihat ayahnya kembali, walaupun itu dimeja persidangan.

Alasan dia menjadi jaksa adalah untuk mengeluarkan ayahnya dari penjara, mengeluarkan orang yang seharusnya tidak dipenjara. Dia sangat yakin ayahnya telah dijebak waktu itu.

Dipapan tulis terlihat beberapa foto dan tulisan dibawahnya. Dibagian tengah terdapat foto ayahnya. Tersangka, kasus tabrak lari yang menyebabkan kematian, Lee Sang yeob, awalnya hanya dinyatakan sebagai saksi oleh kepolisian, ketika kejaksaan yang mengambil alih kasus, ayahnya segera ditetapkan sebagai terdakwa. Foto dibagian atas, Park Jung Il. Jaksa yang bertugas dalam kasus tersebut. Disebelah kanan terdakwa terdapat foto pengacara yang hanya diam saja diwaktu persidangan, Choi In Ha. Polisi yang menangani kasus tersebut, Kang Joo Hyuk. Foto korban penabrakan, Lee Eun Si.

********

15 Tahun Lalu,

25 Oktober

24:00

Jalan raya terlihat sepi, malam dengan angin menyegarkan di musim gugur melewati gelapnya malam di pinggir perkotaan Seoul. Sebuah mobil melaju dengan sangat cepat dan terlihat sedikit lepas kendali, beberapa kali mobil itu hampir menabrak pembatas jalan. Jalan yang sangat sepi semakin membuatnya menambah kecepatan.

Jalan yang gelap membuatnya agak sulit untuk melihat keadaan jalan, ditambah keadaan pengemudi yang setengah sadar karena alcohol yang berada didalam tubuhnya.

Pengemudi itu segera menginjak rem ketika melihat seorang perempuan yang tiba-tiba berada di depan mobilnya. Tapi dengan kecepatan itu, rem tidak akan dapat menghentikan mobilnya dengan cepat. Mobil itu berputar beberapa kali. Setelah mobil itu berhenti, pengemudi kemudian sadar apa yang telah terjadi. Dia melihat kedepan dengan perasaan gugup dan bertanya-tanya apakah dia telah menabrak seseorang.

Dia turun dari mobil dan mencoba melihat keadaan wanita itu. Dia mendapati wanita itu bersimbah darah dan sepertinya sudah tewas. Dengan perasaan yang cemas dan gugup dia meraih handphone di tangannya. Kelalaiannya telah membunuh seseorang hari ini.

"Tolong aku," ucapnya panik melalui telepon.

"Apa yang terjadi?"

"Aku tidak sengaja menabrak seseorang dan sepertinya dia telah tewas,"

"Kamu tidak menyentuhnya kan?"

"Aku belum menyentuhnya."

"Baiklah, kamu dimana sekarang?"

Redemption (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang