Bab 6 : PERCAYA

90 40 5
                                    

"Bagaimana keadaan adikku?" tanya Sung Jae dengan wajah khawatir. Hanya dia yang dimiliki adiknya sekarang. Adiknya masih terlalu kecil untuk bisa hidup seorang diri.

"Dinas Sosial akan segera mengurusnya. Untuk sementara dia ada di rumahku," jawab Dong Wook.

Dong Wook hanya bisa memberikan senyum tipisnya di ruang jenguk. Sebuah kaca bening dengan beberapa lubang menjadi penghalang untuk mereka berdua. Sung Jae yang sedari dari tadi menunduk, sesekali sesenggukan untuk mencoba menahan tangisnya.

"Syukurlah, ku harap dia akan baik-baik saja."

"Sung Jae, sekali lagi aku akan menanyakan ini padamu. Kamu masih dibawah umur dan aku ada kenalan pengacara untuk membantumu. Tapi, apa benar kau yang mencurinya?"

Semua bukti sudah mengarah kepada Sung Jae, apabila kasus ini sudah sampai ke meja pengadilan. Kecil harapan untuk Sung Jae dapat dibebaskan.

"Sungguh, aku benar-benar tidak mencurinya. Setelah ketahuan mencuri di sekolah, aku benar-benar berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Kenapa semua ini terjadi, aku selalu dituduh mencuri oleh orang lain. Aku sama sekali tidak melakukannya! A-aku sama sekali tak mencurinya!"

"Lalu bagaimana kalung itu bisa berada di tasmu?"tanya Dong Wook.

"Aku juga tidak mengerti, aku bahkan tidak pernah melihat kalung itu. Para polisi menyuruhku mengaku ketika diintrogasi. Tapi, tolong, sekali ini percayalah padaku. Bukan aku yang mencurinya," Sung Jae menatap Dong Wook dengan mata berair. Dia sudah sangat frustasi sekarang. Dia benar-benar tidak mencurinya, tapi bagaimana bisa semua bukti mengarah padanya.

Dong Wook menghela nafas sejenak. "Aku akan percaya padamu." Dong Wook tau alasannya mencuri ketika di sekolah, dan itu semua benar. Dia hanya ingin membayar SPP adiknya. Tidak ada alasan dia untuk mencuri kali ini. "

Dong Wook melihat kearah jam tangannya. "Tenanglah, aku akan mengurus adikmu dengan baik. Jadi, makan lah yang baik disana. Jaga kesehatanmu. Tetap sehat sampai aku mengeluarkanmu dari sana."

"Te-terima kasih," air mata Sung Jae yang terus dia tahan akhirnya tak dapat tebendung lagi.

********

Dong Wook pergi kerumah Sung Jae. Berdiri di depan pintu, menghadap kejalan dan melihat kearah sekitar, "Ada kemungkinan dia menaruh kalung itu ketika Sung Jae tidak berada dirumah," batin Dong Wook.

Pertama-tama dia mengambil jalan sisi kanan rumah, menyusuri setiap rumah dan memperhatikan apa ada CCTV yang dapat memperlihatkan wajah pelaku. Satu-persatu dia mencoba meminta memory card black box atau kamera yang ada dimobil. Menanyakan kepada tetangga apa kah ada yang melihat orang aneh kerumah Sung Jae. Pergi super market untuk membeli minum dan melihat file CCTV mereka seminggu terakhir.

Setelah berjalan sampai satu kilometer dan tidak menemukan apapun. Dong Wook kembali mengambil jalan disisi kiri rumah Sung Jae. Setiap kali ada orang lewat dia akan terus bertanya apakah melihat orang aneh pergi kerumah Sung Jae dan menghubungi pemilik mobil untuk meminjam memory card black box mereka.

Cuaca dingin akhirnya menghentikan langkahnya dengan mulut penuh asap dia menghela nafasnya kembali. Melihat kearah jam dan sudah 3 jam dia berkeliling. Dia sudah mengumpulkan sekitar 15 memory card dan akan mengeceknya dirumah.

"Sudah saatnya aku pulang, aku juga harus menyiapkan makanan untuk adik Sung Jae." Dong wook menatap kosong kearah jalan. "Semangat, aku harus membebaskannya," batin Dong Wook yang kemudian mengambil kunci mobil di saku jacketnya.

********

Dong Wook memotong lobak sembari memperhatikan jam, setelah pergi dari super market, sepertinya dia pulang agak telat kali ini. Jam sudah menunjukan pukul 20.00 dan menu makannya belum siap.

Redemption (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang