BAB 20 : DEKAT

45 17 2
                                    


"Dong Wook, Si-Wan benar. Dia memiliki Alibi. Dia tidak melewati rumah Nam Gil pada saat jam kematian," ucap Tae Ha di depan komputernya.

Mereka berempat berada di depan komputer Tae Ha dan melihat video rekaman CCTV. Dong Wook menggenggam tangannya keras.

"Apa yang sebenarnya telah terjadi, siapa yang melakukan semua ini" batin Dong Wook.

"Kita harus melakukan penyelidikan dari awal," Dong Wook mulai berjalan kepapan tulis dan melepaskan foto Si-Wan dari papan tulis. "Dari cara pembunuhan, penjebakan, semuanya telah dilakukan dengan sangat matang. Hal spesifik apa yang bisa kita lakukan untuk dijadikan bukti?" diskusi Dong Wook.

Mereka bertiga melihat kearah papan tulis, bukti tentang isotop rambut sudah pasti palsu. Di pisau yang ditemukan, hanya ada DNA dan sidik jari dari Nam Gil dan Si-Wan. Pelaku juga dapat menghindari semua cctv. Ada berjuta-juta orang bertangan kidal di Korea.

"Apa kalian mengingat bagaimana luka itu?" tanya Hyeri. "Itu bukan luka dengan tusukan biasa. Dia melebar dikedua sisi. Tae Ha, pastikan dengan tim forensik. Sepertinya dia memutar pisaunya. Dan itu sangat jarang terjadi, kita dapat melihat beberapa kasus kebelakang. Mungkin saja ada terjadi kasus pembunuhan seperti itu."

"Baiklah, aku akan menelpon mereka," Tae Ha pergi keluar ruangan dan menelpon tim forensik.

"Bagaimana dengan motif pembunuhan?" tanya Dae Hee. "Siapa yang paling diuntungkan dengan kematian Nam Gil?"

Dong Wook melihat kearah papan tulis dan berpikir sejenak, "Ketua tim penolakan revitalisasi dibunuh ketika malam hari, tersangka pertama adalah Si-Wan, karena dia sering cekcok dengan korban agar berhenti melakukan aksi dan menjual rumah mereka," telaah Dong Wook. "Siapa yang paling diuntungkan ketika revitalisasi dapat berjalan?" tanya Dong Wook.

Ayah Dae Hee adalah orang terkemuka di Seoul, dia sangat dekat dengan walikota dan para petinggi sekarang. "Itu adalah proyek pemerintah, walikota lah yang paling berperan. Tapi sepertinya aku tau siapa yang paling diuntungkan. Kontraktor pemenang tender pembuatan mall lah yang paling diuntungkan ketika Revitalisasi berjalan," tebak Dae Hee.

Tae Ha membuka pintu ruangan itu, "Tim forensik mengatakan ada kemungkinan bahwa luka itu dikarenakan pisau yang diputar setelah menusuk korban."

Dong Wook menghela nafasnya. Ada kepentingan besar dalam pembunuhan kali ini. Sebuah nyawa dapat menghilang begitu mudah karena hal-hal mengerikan seperti ini. "Tae Ha, kau cari kasus pembunuhan dengan pisau yang berputar setelah ditusuk. Dae Hee, kau cari kontraktor yang terlibat dalam revitalisasi ini. Dan Hyeri, kau dan aku akan mengecek lagi semua cctv, karena terlalu fokus pada Si-Wan kita tidak melakukan pengecekan cctv dengan benar, mungkin saja kita dapat menemukan ciri-ciri pelaku."

********

Apakah benar-benar ada orang yang dapat melakukan hal seperti ini. Semua bukti dibuat untuk menjebak orang lain. Aku tidak tau, tapi sepertinya aku sudah semakin dekat. Aku akan menangkapmu, tunggu saja!

Dong Wook terus melihat rekaman cctv di komputernya. Biar bagaimanapun, pasti ada satu kamera dashboard yang dapat menemukannya.

"Dong Wook, coba kau lihat disini," ucap Tae Ha sembari memberikan memori card. "Waktu itu dia sedang berada diluar kota, dan baru sekarang dapat memberikan memori cardnya."

"Baiklah," Dong Wook mengambil memori card itu lalu memasukannya ke laptop. Perlahan dia mulai mencari file dengan tanggal dimana pembunuhan itu terjadi. Setelah beberapa menit fokus dengan laptopnya dia melihat seorang laki-laki berbadan tegap dengan pakaian serba hitam, ditangan kanannya terdapat sebuah benda berbalut koran, persis seperti bagaimana pisau itu pertama kali ditemukan.

Lengan kanannya terangkat ketika berjalan dan terlihat bagaimana gurat bekas luka bakar begitu besar di nadi tangan kanannya. "Tae Ha, bukankah Si-Wan tidak memiliki luka bakar?"

Tae Ha berpikir sejenak di depan komputernya, "Tidak, dia tidak memiliki luka bakar apapun."

Dong Wook melalukan screenshot pada layar dan mulai mengeprint foto tersebut. Foto tersebut sedikit buram karena kualitas kamera yang tidak cukup baik. Setelah mengeprint, Dong Wook berjalan kearah papan tulis, dan menempelkan foto itu. "Tae Ha, dia memiliki luka bakar seperti ini, cari tentang pembunuh bayaran atau apapun itu, yang memiliki luka bakar seperti ini," perintah Dong Wook.

"Baiklah," jawab Tae Ha.

"Aku menemukanmu!" ucap Dae Hee. "Pemenang tender untuk proyek revilasasi di Myeong Dong adalah PT. Persada Sejahtera, dia mungkin ingin mengelabui kita. Tapi aku punya banyak orang dalam untuk info masalah ini. Dia adalah salah satu anak perusahaan dari PT. BANGUN KOREA, salah satu tim sukses Walikota yang sekarang pada pemilu lalu. Dengan seluruh anak perusahaan yang dia miliki, sekitar 3/4 proyek besar di Seoul adalah milik mereka. "

Kontaktor besar dan Walikota. Ini benar-benar hal besar.

"Dae Hee, lakukan pemeriksaan keseluruh anak perusahaan itu, entah itu kasus suap, bahkan kasus pembunuhan yang janggal."

"Baiklah,"

Dong Wook kembali kemejanya, lalu melihat profil para direktur perusahaan itu.

Sudah sekitar 15 menit dia mencari data-data tentang perusahaan-perusahaan yang sepertinya terlibat dalam kasus ini.

Nam Joo Hyuk, direktur utama PT. Bangun korea. Dia terlihat cukup muda, mungkin hanya berbeda 15 tahun dari Dong Wook. Dengan paras tampan dan bugar itu. Tidak ada yang tau apa yang telah dia lakukan untuk mencapai tempat itu.

Drrttt.. drrrtt..

Handphone Dong Wook bergetar, dia melihat sebuah nomor yang tidak dia simpan.

"Hallo?"tanya Dong Wook.

"Lee Dong Wook, seorang jaksa muda yang terkenal sangat hebat. Tapi sepertinya tidak tau batasan."

"Apa maksudmu?"

"Kau ingin uang berapa?" tanyanya datar

"Kau, apa kau yang dibalik semua ini? Tapi bagaimana kau bisa..?" Dong Wook melihat kesudut ruangan dan menemukan CCTV disana.

"Kau bermain dengan orang yang salah, aku memiliki mata dimanapun, dan akan melakukan apapun. Dua wanita itu sepertinya menarik, yang mana yang harus kubunuh lebih dulu?"

Dong Wook menggeram di kursinya. Dia benar-benar bukan orang biasa. Bagaimana cctv kepolisian juga dapat dia pantau. Siapa saja yang berada dibawah kendalinya?

"Aku akan menangkapmu sebelum semua itu terjadi. Bersiaplah, kursimu tidak akan nyaman lagi sekarang!" ancap Dong Wook.

"Hahahahah, kau sangat lucu sekali. Bahkan ayahmu bertekuk lutut dikakiku. Baiklah, para pionku akan turun karena kau telah mengganggu singgasana raja. Sebuah darah tidak mempunyai arti dimataku, cara kita jauh berbeda. Dan seperti sebelumnya, caraku akan selalu menang."

Tutt.. Nam Joo Hyuk mematikan telponnya. Dia berada disebuah pojok ruang rapat saat menelpon. Walikota, para kepala dinas sedang duduk menanti Nam Joo Hyuk berhenti menelpon. Nam Joo Hyuk merapikan dasinya lalu berjalan kemeja rapat.

"Baiklah, saatnya menyusun rencana untuk pemilu yang akan datang pada 2 bulan ini," ucap Nam Joo Hyuk.

---Ceritanya sudah memasuki babak utama, jangan lupa tinggalkan komen ya. Author perlu keyakinan diri untuk tetap menulis, rasa goyah selalu datang ketika cerita ini dibuat. Mungkin author memang tidak terlalu berbakat dalam hal menulis. 

Redemption (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang