BAB 12 : KASUS PERTAMA

63 22 1
                                    

"Apa maksud ayah? Kenapa ayah tidak mendiskusikannya dulu denganku?" tanya Dong Wook.

Ayah Dong Wook terlihat duduk dikursi kepala kejaksaan. Dong Wook berdiri didepannya dengan tatapan kesal.

"Ini adalah program penting ayah sebagai kepala kejaksaan, siapa lagi yang dapat ayah percaya selain kamu?" jawabnya.

"Baiklah, aku akan senang dapat membantu ayah. Tapi untuk personil tim, apakah tidak dapat ayah diskusikan dulu denganku?"

"Kenapa? Bukankah timnya sudah bagus?"

"Detective Hyeri, aku tidak suka berdebat dengannya," ucap Dong Wook sambil memutar matanya kekanan. "Ditambah dengan Dae Hee, bagaimana ayah bisa memasukkannya. Menyelidiki kasus dari awal itu sangat berbahaya, kita tidak tau apa yang akan terjadi di lapangan," bantah Dong Wook.

Tidak akan ada yang tau apa yang terjadi dilapangan, sudah banyak kasus detective yang terluka bahkan meninggal ketika sedang menyelidiki sebuah kasus. Itu terlalu berbahaya untuk Dae Hee.

"Bukankah hasil kerjasama kalian bagus? Kalian dapat menemukan bukti untuk menangkap Tae Hyung. Dan untuk Dae Hee dia sendiri yang mengajukan diri."

"Kenapa ayah tidak menolaknya? Ini benar-benar sangat berbahaya ayah!" tegas Dong Wook sembari menahan kekesalannya.

"Aku sudah menolaknya, pekerjaan jaksa dan detective benar-benar berbeda. Tapi dia benar-benar bersikeras. Kau tau sendirikan bagaimana keras kepalanya dia kalo sudah menginginkan sesuatu. Sekarang tugasmu lah menjaganya."

Dong Wook menghela nafasnya keras. "Apabila terjadi sesuatu padanya, ayah harus berjanji padaku untuk mengeluarkannya dari tim!"

"Baiklah, aku juga tidak dapat melihat calon menantuku terluka."

"Ayah..." lirih Dong Wook pelan.

"Kapan kita akan melakukan pertemuan keluarga?" tanya Ayah Dong Wook sembari melepas kacamatanya.

"Dae Hee hanya seperti adik bagiku, dan sampai sekarang belum berubah," jelas Dong Wook.

"Kau hanya tidak mencobanya, kau harus melihat dia dengan cara lain."

"Entahlah, aku tidak mengerti. Ayah harus menepati janji ayah! Apapun yang terjadi, apabila Dae Hee sampai terluka, ayah harus mengeluarkannya dari tim."

"Dae Hee anak yang kuat, dia tidak akan gampang terluka. Tapi aku janji akan melakukannya," jawab Ayah Dong Wook.

**********

"Woaahh ... apakah ini benar-benar ruangan kita?" ucap Tae Ha dengan senyum merekah. Tae Ha kemudian berjalan-jalan melihat ruangan mereka.

Ruangan mereka memiliki luas 8x8 meter persegi, terdapat papan nama besar bertuliskan 'Tim Cooperation' di dinding. 4 meja kerja dengan penataan 2 meja berhadapan, terdapat papan tulis besar didepannya, dengan proyektor tergantung menghadap layar disamping papan tulis. 4 komputer terlihat didepan masing-masing meja, dan lemari besar terlihat gagah dipojok bangunan. Beberapa vas bunga menambah kesan asri untuk sebuah kantor detective dan jaksa.

"Ayahmu benar-benar melakukannya dengan baik," singgung Hyeri.

"Yang tidak baik adalah bagaimana cara dia memilih personilnya," balas Dong Wook.

Hyeri menatap Dong Wook tajam, "Apa kau pikir aku senang satu tim denganmu? Tim kita menjadi gossip dikantorku, sebagai tim taman kanak-kanak!"

"Sudah-sudah," lerai Tae Ha "Aku senang kok kita bisa bersama lagi, kita dapat memecahkan kasus Tae Hyung dengan keren," tutur Tae Ha dengan senyum merekahnya.

"Aku tidak," sahut Hyeri.

"Apalagi aku," balas Dong Wook.

"Sepertinya hanya aku yang anak baru disini," Sahut Dae Hee.

Dong Wook menarik nafas untuk mengendalikan suasana hatinya. "Ayo kita ke meja masing-masing lalu lakukan perkenalan," Dong Wook berjalan kesalah satu meja kemudian diikuti ketiga orang dibelakangnya. Tae Ha yang berjalan dengan semangat, Dae Hee yang berjalan dengan langkah tegasnya dan Hyeri yang berjalan dengan wajah kesalnya.

"Namaku Lee Dong Wook, aku seorang jaksa, aku orang yang dapat diandalkan. Jadi, aku akan mencoba bermanfaat untuk tim ini," ucap Dong Wook sembari tersenyum.

"Namaku Kang Hyeri, Detective, Terimakasih," Ucap Hyeri datar.

"Namaku Shin Tae Ha, sepertinya aku yang termuda disini, ilmuku mungkin masih kurang, tapi aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pekerjaan ini. Mohon bantuannya," tutur Tae Ha kemudian menundukkan badan.

"Namaku Park Dae Hee, aku seorang jaksa. Aku lulusan terbaik dikampusku, jadi keberadaanku disini akan sangat membantu kalian. Aku tidak suka orang yang tidak sopan, terimakasih," ucap Dae Hee sembari tersenyum kecil kearah Hyeri.

Sepertinya ada yang mau memulai perang, batin Hyeri.

"Bagaimana aku dapat percaya pada kalian, khususnya para jaksa," ucap Hyeri yang kemudian tersenyum kecil pada Dae Hee.

"Apa maksudmu?"tanya Dae Hee

"Dunia detective berbeda dengan kalian, kami berlari, berkelahi, menembak. Apakah seorang jaksa mampu melakukannya?" intimidasi Hyeri.

"Apa kau ingin mencobanya?"tantang Dae Hee.

Hyeri melihat kearah Dong Wook. "Aku akan mencobanya dengan dia, dengan mengalahkan dia aku langsung dapat membungkam 2 orang,"

"Sepertinya kau terlalu meremehkan aku, aku sabuk hitam Judo," ucap Dong Wook.

*******

Hyeri mengikat sabuk Judonya dengan kencang. "Apa kau sudah siap?" tanya Hyeri pada Dong Wook didepannya, mereka ber 4 sedang berada di tempat latihan polisi, matras biru terlihat di seluruh ruangan. Dong wook terlihat melompat-lompat kecil dengan seragam Judonya. Dia menatap Hyeri dengan sangat yakin akan dapat menang.

"Apa temanmu tidak terlalu sombong?" cibir Dae Hee dipinggir ruangan bersama Tae Ha.

"Sebaiknya kau lihat saja apa yang akan terjadi," jawab Tae Ha.

Hyeri dan Dong Wook menunduk secara bersamaan untuk memberi hormat, kemudian mereka memasang kuda-kuda dengan memajukan kaki kanan mereka. "Kau dapat menyerangku lebih dulu," saran Dong Wook.

"Baiklah," Hyeri mengambil langkah dengan cepat, menarik kerah seragam Judo Dong Wook, menguatkan kakinya lalu mencoba membanting Dong Wook.

Braakkkk.

"Dikantor ini, tidak ada yang dapat mengalahkan Hyeri dalam Judo," ucap Tae Ha pada Dae Hee.

Dong Wook terbaring di matras dengan wajah tak percaya. Bagaimanapun dia seorang lelaki dan sabuk hitam Judo. Bagaimana seorang wanita dapat membantingnya dengan begitu mudah.

"Masih mau coba?" tanya Hyeri dengan senyuman mengejeknya.

Aku terlalu percaya diri tadi, kuda-kuda ku lemah karena aku tidak waspada. Aku pasti dapat mengalahkannya, batin Dong Wook.

Dong Wook mencoba bangkit, setelah berdiri dia mulai melompat-lompat kecil lagi. "Baiklah, ayo kita mulai," sahut Dong Wook.

"Oke," Hyeri mencoba mengambil inisiatif menyerang lagi kali ini. Seperti yang pertama, dia dapat mengambil kerah Dong Wook dengan mudah, setelah mengambil kuda-kuda dia mencoba mebantingnya lagi.

Bantingannya tertahan. Dengan tubuh tingginya, Dong Wook mengeluarkan seluruh tenaga pada kakinya agar tidak terbanting lagi. "Sepertinya kali ini akan sulit," sindir Dong Wook.

"Tidak, ini akan mudah seperti yang pertama," Hyeri memiting kaki Dong Wook dengan kaki kanannya sampai lutut Dong Wook sedikit tertekuk, dengan keseimbangan yang goyah Dong Wook dapat dibanting lagi dengan mudahnya oleh Hyeri.

"Tim Cooperation," Handy Talkie yang dibawa Tae Ha berbunyi, "Telah ditemukan seorang mayat laki-laki paruh baya di rumahnya. Terdapat luka tusuk diperut dan diperkirakan ini adalah sebuah pembunuhan. Tim diharapkan segara ke jalan Samcheong-dong rumah susun Hanok Village no 47."

Redemption (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang