BAB 17

51 21 5
                                    


TIGA!

Tae Ha berlari menuju Si-Wan secepat mungkin, ketika dia mencoba memegang bahu Si-wan lalu memutar tubuhnya untuk menguncinya di kedua tangan. Tapi usahanya gagal, Si-Wan lebih kuat dari yang dia bayangkan. Menjadi kuli bangunan membuat ototnya terbentuk secara tetatur. Si-wan menghempaskan tangan Tae Ha, memutar tubuh Tae Ha lalu menguncinya.

Mengambil pisau disamping tubuhnya yang berada di meja dapur. Lalu meletakkan pisau itu tepat di depan leher Tae Ha.

Dong Wook dan Dae Hee yang melihat kejadian itu, langsung berdiri dan mengambil pistolnya. Membidik ke arah Si-Wan yang telah menyandera Tae Ha.

"TETAP TENANG, JANGAN ADA YANG MENEMBAK," teriak Dong Wook.

Hyeri yang melihat itu langsung melepaskan pisau ditangannya lalu mengambil pistolnya. Mereka bertiga telah membidik Si-Wan sekarang.

Dae Hee menatap Tae Ha dengan khawatir. "Perbuatanmu hanya akan menambah masa tahanan, sebaiknya kau hentikan," bujuk Dae Hee yang terus membidik Si-Wan.

"KALIAN PASTI TELAH MENUDUH AKU YANG MEMBUNUHNYA. BUKAN AKU YANG MEMBUNUH NAM GIL!!!" Teriak Si-Wan, matanya terlihat menyala, wajahnya terlihat begitu merah, emosinya tak terkendalikan sekarang. Dia terus menjaga tubuh Tae Ha dengan tangan kirinya, dan memegang pisau dengan tangan kanannya.

Tae Ha mengangkat kepalanya dan mendorong tubuhnya sedikit kebelakang ketika pisau itu semakin dekat dengan tenggorokannya. Dia bahkan merasakan bagaimana dinginnya pisau itu ketika mengenai kulitnya samar-samar.

"Semua bukti telah mengarah padamu, pisau itu cocok dengan luka yang dimiliki Nam Gil. Tes DNA akan membuktikan semuanya. Sebaiknya kau menyerah," ucap Dong Wook. "Aku adalah jaksa, dengan perbuatan melawan polisi seperti ini, hukumanmu akan lebih parah."

"KAU, KAU JANGAN MEMBOHONGIKU LAGI. AKU AKAN DIHUKUM MATI SETELAH INI. HUKUMAN MANA YANG LEBIH BERAT DARI ITU HAH!" teriak Nam Gil, pisau di tangan kanannya semakin tak terkendali. Darah terlihat di leher Tae Ha karena sedikit tersayat. Wajah Tae Ha pun terlihat meringis.

"AKU AKAN MENEMBAKMU SEKARANG, SILAHKAN PILIH MAU MATI SEKARANG ATAU NANTI," ancam Hyeri yang mulai penarik pompa pistolnya.

"AKU AKAN LANGSUNG MEMBUNUH POLISI INI, KETIKA KALIAN MAU MENCOBA MENEMBAKKU," ancam Si-Wan.

"HYERI.. TENANG!!" teriak Dong Wook.

Dae Hee terlihat memandang Tae Ha dengan sangat gugup sekarang. "Aku akan menuntutmu dengan hukuman seumur hidup. Bukan dengan hukuman mati. Jadi lepaskan dia," ucap Dae Hee.

Si-Wan memutar kepalanya dengan nafas berat. "Tidak, aku tidak mau ditangkap. KARENA BUKAN AKU YANG MEMBUNUHNYA! ADA ORANG GILA YANG TELAH MENJEBAKKU!"

Pisau itu semakin dekat dengan leher Tae Ha, darah yang keluar terlihat semakin banyak.

"Kami akan meletakkan pistol kami, jadi tolong lepaskan dia," pinta Dong Wook.

"Baiklah, tunggu aku yang memberikan aba-aba," ucap Si-Wan. Si-Wan berjalan menuju pintu perlahan dengan membawa Tae Ha. Setelah berada di depan pintu dia berhenti sejenak. "Taruh pistol kalian dilantai," perintah Si-Wan.

Dong Wook, melihat ke arah Dae Hee dan Hyeri. Mengangguk, untuk meminta mereka menuruti perintah Si-Wan. Dong Wook menurunkan tubuhnya perlahan, lalu menarik pistol itu. Dia kemudian berdiri tegap dengan mengangkat kedua tangan. "Kamu harus melepaskan teman kami sekarang," ucap Dong Wook.

Si-Wan membuka pintu dengan tangan kiri, membukanya agak lebar lalu berjalan mundur kebelakang. Ketika tubuhnya sudah berada diluar rumah. Dia mendorong tubuh Tae Ha jauh. Menutup pintu itu dengan cepat lalu mengunci pintu.

Dong Wook dan Hyeri segera mengambil pistolnya kembali. Lalu berlari kedepan pintu. Dae Hee langsung pergi kearah Tae Ha yang terduduk di lantai dengan memegang lehernya yang penuh darah lalu melihatnya. "Kau tidak apa-apa?"tanya Dae Hee.

"Ini hanya luka kecil,"jawab Tae Ha.

Hyeri mencoba memutar gagang pintu itu beberapa kali dengan keras, dia pun kemudian mengarahkan pistolnya kegagang pintu itu.

Dor.. Dor..

Dong Wook menembak pintu itu ketika Hyeri mau menembaknya. Pintu itu dapat terbuka dengan tiga tembakan dari Dong Wook. Dong Wook langsung membanting pintu itu. "Kau lewat sana," perintah Dong Wook pada Hyeri. Hyeri mengambil sisi kanan jalan, dan Dong Wook langsung berlari kearah sisi kiri jalan.

"Ini," ucap Dae Hee yang memberikan sapu tangan pada Tae Ha. "Maaf, aku juga harus ikut mengejarnya," ucap Dae Hee yang kemudian pergi meninggalkan Tae Ha. Mengambil sisi kanan jalan menyusul Hyeri. Untuk menembak Dong Wook memiliki skill yang paling bagus di tim mereka.

Dong Wook berlari sekuat tenaga, dia berlari semakin cepat ketika melihat tubuh Si-Wan diujung jalan yang juga berlari dengan cepat.

DOORRR

Dong Wook menembak kearah langit. Paling tidak untuk membuyarkan kosentrasi Si-Wan sedikit karena harus sedikit berbalik melihat kebelakang. Dong Wook semakin menambah laju larinya. Dengan nafas berat ditengah cuaca dingin, dia mencondongkan dadanya agar dapat belari lebih cepat.

Sudah sekitar 500 meter sekarang. Si-Wan semakin tidak terlihat, ketika ada persimpangan. Dong Wook pun berbelok dengan instingnya. Tetapi langkahnya tiba-tiba harus terhenti.

"Apa kalian melihatnya?" tanya Dong Wook pada Hyeri dan Dae Hee.

"Tidak, aku sama sekali tidak melihatnya," sahut Hyeri.

"Dia pasti bersembunyi disuatu tempat," ucap Dong Wook yang mengacak pingangnya dengan nafas terengah.

"Dia tidak membawa apapun ketika kabur, pasti akan mudah menemukannya. Untuk sementara minta polisi untuk berjaga didepan rumahnya. Dan minta polisi terus berpatroli disekitar sini," ucap Dong Wook pada Hyeri.

Hyeri, mengeluarkan handphonenya dan meminta polisi untuk berjaga dan berpatroli.

"Dae Hee, kembalilah. Dan bawa Tae Ha kerumah sakit," pinta Dong Wook.

"Baiklah," Dae Hee yang terus melawan kekhawatirannya dari tadi bergegas menuju rumah Si-Wan dan membawa Tae Ha kerumah sakit.

"Hyeri, kita harus kekantor pusat. Kita akan mengecek semua CCTV di daerah ini dan melihat kemana kaburnya si sialan itu," ucap Dong Wook.

Hyeri berjalan mengahampiri Dong Wook lalu menatapnya tajam. "Kita bisa menangkapnya tadi, Tae Ha dapat melepaskan diri apabila kita membuat Si-Wan lengah. Kau terlalu lemah sebagai pemimpin!" ucap Hyeri di depan Dong Wook.

"Itu terlalu riskan, tidak boleh ada yang terluka atau bahkan sampai meninggal di tim ini!"

Hyeri memukul dada Dong Wook dengan bawah kepalan tangannya dua kali. "Kami sudah bersumpah, kami tidak takut dengan luka ataupun kematian. Menangkap penjahat adalah prioritas kami. Berhentilah bersikap lembek seperti ini, kau telah membuat seorang pembunuh bebas berkeliaran sekarang! Apabila sesuatu terjadi nanti, ku harap kau dapat mengerti sebesar apa tanggung jawabmu!" ucap Hyeri yang kemudian meninggalkan Dong Wook lalu pergi mengambil mobilnya.

Dong Wook hanya menatap Hyeri kosong. Dia sadar bagaimana tanggung jawabnya sebagai ketua tim. Dia hanya tidak ingin terjadi sesuatu pada rekannya. Tapi biar bagaimanapun, kaburnya Si-Wan adalah kesalahannya.

Redemption (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang