"Aku ingin bersama paman saja Appa! "
"Oppa! Biarkan saja, lagipula itu hak Luna jika ia memilih pamannya yang statusnya keluarga sendiri! "
Haechan semakin mempercepat langkahnya marah, itu yang ia rasakan. Bodoh, kenapa ia percaya dan malah mengambil keputusan paling bodoh waktu itu.
Luna di bawa pergi pamannya , adik dari ayahnya. Haechan berharap besar waktu itu, tapi sekarang ?
Haechan kesal. Ia benar-benar ingin memenggal kepala orang itu saat ini juga.
Ketukan sepatunya terdengar begitu berat meramaikan kesunyian basement gedung dorm 127.
Jemarinya bergerak tergesa mengetik beberapa kata untuk Ryujin 'kau harus bertanggung jawab untuk ini! '
Haechan kalut, ia bahkan tidak memikirkan akibat dari ketikannya barusan.
Pembantu rumah yang di tempati Luna mengabarinya kalau Luna hampir di lecehkan oleh pamannya yang memang seorang penggila sex.
Haechan bahkan marah pada pembantu itu, karena terlalu takut pada tuannya. Dia sampai-sampai tidak mau mengadukan fakta menjijikan ini pada Haechan saat ia mengantar Luna kesana.
Namun untungnya, Haechan peka terhadap tatapan khawatir sang pembantu dan akhirnya ia menyerahkan nomor teleponnya untuk berjaga-jaga.
Kenapa banyak sekali orang jahat di sekitar Luna? Haechan bersumpah, ia tidak akan menyerahkan Luna pada siapapun lagi.
Haechan membuka pintu mobil hitamnya brutal, lalu tanpa babibu lagi dia langsung menginjak pedal gas.
.
.
.
Ryujin yang tadinya sudah tertidur terpaksa harus terbangun karena dering ponselnya.
Ryujin melirik jam yang menunjukan pukul 1 pagi sebelum mengangkat panggilan Haechan.
"Keyakinanmu salah! "
Ryujin menyernyitkan alisnya saat mendengar suara rendah Haechan di seberang sana.
"Maksud-"
"Luna di lecehkan! Beri aku saran layaknya saranmu yang kemarin! Aku sudah menolak permintaan bajingan itu tapi kau terus-terusan menghujaniku dengan kalimat 'kita bukan keluarganya' sekarang apa yang harus aku lakukan? Hah? "
Mata Ryujin seketika berkaca-kaca, apa Haechan baru saja menyalahkannya?
"Oppa! -"
"Diam! "
Sambungan terputus, Ryujin menangis . Ryujin salah? Tapi dia hanya mengatakan hal yang menurutnya benar.
Jantung Ryujin berdegup kencang mendengar nada bicara Haechan barusan, antara takut, terkejut dan perasaan bersalah yang tiba-tiba timbul.
Ryujin mengusap wajahnya kasar, wajahnya sudah basah air mata sekarang. Netranya melirik Joe yang masih terlelap, anak itu sudah dua hari ini bersamanya karena akhir-akhir ini orang tua bocah itu sangat sibuk dan Ryujin pun hanya memiliki jadwal latihan.
"Ryu! " Ryujin menoleh ke bawah, Yeji bangun dari tempat tidurnya. "Kau kenapa? " Tanyanya pelan.
Air mata Ryujin malah semakin merembes "eonni! " Ujarnya tersendat lalu turun dari ranjangnya.
Yeji menarik Ryujin duduk di ranjang miliknya lalu mengusap lembut punggung gadis itu "Haechan oppa mengatakan Luna hampir di lecehkan! Kenapa semua orang di dunia ini jahat? Aku yang menyarankan Haechan oppa untuk menyerahkan Luna pada pamannya dengan alasan pamannya adalah keluarganya kita tidak bisa memisahkan dia dari keluarganya bukan? " Yeji memasang raut sedihnya mendengar cerita Ryujin yang diiringi sesenggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married [Haechan X Ryujin]
FanfictionPengen baca cerita kayak gini, tapi belum ada . Ya buat sendiri 😆 Biar makin halu aja.. Kalo ga nyambung maklumlah namanya juga halu..