Rutinitas Haechan yang biasanya selalu saja tidur, makan, main game kemudian latihan kini bertambah atau mungkin malah tergantikan.
Sekarang rutinitasnya selalu di awali acara mengankat telepon dari Ryujin. Lalu mendengar ocehan Luna yang tengah mengobrol dengan Ryujin. Kemudian memasak semasih Luna bersiap akan pergi ke sekolah. Kemudian mengantar putri cantiknya barulah waktu itirahat menghampiri.
Namun istirahat itu tidak berlangsung lama, dia masih harus menjemput Luna lalu mengantar ke tempat Les kemudian menunggu sampai jam Les Luna berakhir. Kemudian pulang sekitar jam 3 sore dan dia masih harus memasak untuk Luna karena tidak mungkin ia membiarkan Luna menunggu sampai makan malam tiba.
"Appa tidak sempat memasak Luna! Kita makan di luar saja ya! Lalu kau ikut appa ke tempat latihan! " Ujar Haechan saat Luna baru saja menyampirkan tas pink nya usai Les.
Luna hanya mengangguk lesu lalu berjalan mendahului. "Luna! " Luna berbalik memandang Haechan lesu.
"Kenapa?" Luna menghela nafasnya kecil "Appa! Apa tidak boleh aku menemui eomma? " Tanyanya membuat Haechan heran. Tiba-tiba sekali.
"Ada apa Luna? " Lagi-lagi Luna menghela nafasnya.
"Aku hanya ingin bercerita banyak! " Ucapnya lalu melanjutkan langkahnya.
"Kenapa tidak dengan appa saja? " Kembali Luna berbalik "tidak! Appa tidak cocok mendengar cerita itu! " Haechan mengerutkan keningnya tak terima "waeee?? Appa ini pendengar yang baik! "
"Iya aku tau appa pendengar yang baik! Tapi appa pasti akan menatapku seperti ini" Luna mempraktekan cara Haechan yang menatapnya mengintimidasi.
"Memangnya cerita itu tentang apa? " Tanya Haechan lagi sembari mensejajarkan langkahnya. "Tidak! Apa tidak boleh tau! " Luna berlari kecil menjauhi Haechan yang malah terkekeh gemas.
Haechan mengeluarkan handphone nya lalu mengambil gambar Luna. Dia tidak pernah melewatkan aktivitas kesukaannya ini. Luna sedang makan, memakai jepit rambut, mengikat tali sepatu sampai Luna yang memasuki gerbang sekolahpun tidak luput dari jepretan Haechan.
Kenapa dia melakukan itu? Entahlah, yang pasti hal itu membuatnya senang.
Apapun yang Luna lakukan, katakan dan berikan adalah sesuatu yang istimewa bagi Haechan.
-We Got Married-
"Lalu apa yang dia katakan? " Ryujin menaikan kakinya ke atas kursi dengan tangan kanan yang setia menyuapkan cemilan kedalam mulutnya dan tangan kiri yang memegang handphone.
"Dia bilang 'aku tidak tau! Mungkin benar aku menyukainya!' Eomma tau rasanya? Sakittt! " Ryujin mencebikan bibirnya turut merasakan kesedihan sang putri.
"Luna-ya! Kau ini masih kecil! Seharusnya belum tau apa itu cinta! Tapi selama itu tidak mengganggumu! Eomma akan mendukungmu! Dengar! Dia bukan satu-satunya lekaki di dunia ini! Masih banyak Luna-ya! Cari yang lain! " Ryujin menautkan alisnya sembari mencebik mendengar rengekan Luna di seberang sana.
"Tapi eomma! Aku sudah menyukainya dari dulu! Dari hari pertama Les! " Ryujin menghembuskan nafasnya, menyerah dengan kerumitan cinta monyet sang anak.
"Sudahlah! Berhenti merengek! Nanti kalau appamu mendengar pembicaraan kita, bisa-bisa dia akan membunuh eomma! " Ryujin meremat bungkus cemilannya lalu beranjak dari ruang makan setelah membuang bungkus yang sudah ia remat tadi.
"Terlalu kejam jika sampai membunuh Ryu! " Langkah kaki Ryujin berhenti.
Haechan.
Ryujin memejamkan matanya menyesali apa yang dia katakan tadi.
"Haechan oppa! "
"Hmm"
"Kau marah? "
"Tidak! Kenapa? "
Langsung saja Ryujin mematikan sambungannya. Malu. Kata yang paling tepat saat ini.
Yatuhan ibu macam apa yang menasehati anak TK soal percintaan.
Astagaa...
-We Got Married-
"-dari hari pertama Les! "
"Luna! " Karena kaget Luna reflex menaruh Handphone Haechan di atas meja yang langsung di sambar oleh Haechan.
"-kalau appamu mendengar pembicaraan kita, bisa-bisa dia akan membunuh eomma! " Haechan mengerutkan keningnya. Kenapa Haechan membunuh Ryujin?
"Terlalu kejam jika sampai membunuh Ryu! " Karena Haechan rasa sebesar apapun masalahnya dia bukan manusia yang sekejam itu hingga tega melakukan pembunuhan.
Ryujin malah diam di seberang sana, Haechan tidak terlalu menghiraukannya karena sekarang ia sibuk menyiapkan makanan Luna yang baru saja ia bawa.
Haechan menjepit handphonenya di antara bahu dan telinga tak menyadari ekspresi wajah Luna yang menegang di depannya.
"Haechan oppa! "
"Hmm! "
Kemudian mati, bunyi 'tut tut tut' berkumandang. Haechan menatap layar ponselnya heran "apa eommamu drunk? " Tanya Haechan asal sembari memasukan handphone nya kedalam saku.
Luna tertawa mendengarnya "iya! Eomma drunk karena appa! " Ujar Luna lalu meraih sumpitnya.
"Kenapa karena appa? " Haechan lagi-lagi mengerutkan keningnya tidak terima karena Luna menuduhnya.
"Iya! Karena appa terlalu tampan jadi eomma drunk! " Luna menjeda tawanya saat menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
"Kau pasti salah bicara Luna! Bukankah kau yang drunk? "
"Hah? Aku? " Luna mengunyah makanannya sembari menunjuk dirinya sendiri "aku drunk karena appa? Tidak! Appa sudah tua! Tidak menarik! " Sarkas Luna kembali menyantap makanannya.
Haechan menaikan sebelah sudut bibirnya menatap Luna jengkel "bukan karena appa! "
"Lalu siapa?" Luna masih lahap menyantap makannya sebelum batuk menyerangnya karena sebuah nama yang disebut Haechan.
"Jung Eun-Sang! "
Luna tertegun, kenapa Haechan bisa tau? "Aigooo anak appa sudah besar! " Kekeh Haechan mengusak rambut Luna.
TBC
Gaseruuuu 😭
Maaf... Chapter selanjutnya deh aku usahain biar lebih seru... 🙂
Makasi ya buat kalian yg udah vote sama comment! Sayang kalian BANYAAAKKK banget😆😆😆😘😘😘💚💚💚
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married [Haechan X Ryujin]
FanficPengen baca cerita kayak gini, tapi belum ada . Ya buat sendiri 😆 Biar makin halu aja.. Kalo ga nyambung maklumlah namanya juga halu..