(31) Mimpi

4.1K 486 31
                                    










Haechan mengetuk pintu rumah keluarga Joe sudah entah untuk yang keberapa kalinya, namun 10 menit sudah ia habiskan untuk berdiri di depan pintu tanpa ada tanda-tanda orang di dalamnya akan membukakan benda persegi panjang itu untuknya.

"Yaaa Ryujin-aahhh" Keluh Haechan pelan seraya mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Jemarinya mulai bermain di atas layar handphone canggih miliknya itu lalu membuat panggilan untuk Ryujin.

Haechan meletakan handphonenya di samping telinga sembari sesekali melirik ke sekitar.

Dilain tempat, Ryujin benar-benar kewalahan menangani Joe yang tadi terbangun seketika menangis.

"Sssttt sayang, kenapa menangis?" Ryujin menepuk-nepuk pelan pantat Joe yang kini tengah ia gendong ala koala.

Sesenggukan Joe yang terdengar  semakin parah berhasil membuat kerutan di kening Ryujin semakin tampak. "Sssttt tenang Joe! Kita hubungi appa ya?! Sebentar! Dimana Handphone eomma? " Ujarnya panik mencicit di kalimat akhir.

"Eomma! Ada manusia besar di kamar mandi! Dan dia hitam! " Cicit Joe sembari mengusap ingusnya di leher Ryujin.

Mendengar pernyataan Joe, Ryujin otomatis menoleh ke pintu kamar mandi di ujung kamar. Bulu kuduknya tiba-tiba merinding.

Dengan cepat ia kembali mencari handphonenya tanpa meninggalkan raut paniknya. "Dimana? Aaarrgghh" Ryujin cepat-cepat keluar kamar namun atensinya kembali pada Luna yang masih tertidur.

'Sebentar saja sepertinya tidak apa-apa' batinnya. Tanpa pikir panjang lagi, Ryujin meninggalkan kamar masih menggendong Joe.

Bola matanya bergerilya lincah mencari handphonenya.

'Tok' 'Tok' 'Tok'

Mata Ryujin melotot. Siapa?

Ryujin berjalan mendekati pintu utama. "Eomma! Aku takut! " Cicit Joe, membuat langkah Ryujin kembali berhenti. Ia juga takut. Sudah tengah malam dan dia hanya bertiga di rumah itu.

"Ryu! Astaga kemana kau? " Suara yang teredam itu berhasil ditangkap oleh indra pendengaran Ryujin.

Tanpa babibu lagi, akhirnya Ryujin membuka pintu dengan gerakan yang lumayan ah tidak tapi sangat barbar. Sampai-sampai Haechan yang masih sibuk dengan handphonenya terlonjak beberapa langkah ke belakang saking kagetnya.

"Oppa! " Pekik Ryujin sukses membuat Haechan melotot lalu refleks menengok kanan dan kiri.

"Kenapa? Dari mana saja? Aku sudah menunggu la- eh Ryu! Kenapa menangis? " Haechan panik karena Ryujin tiba-tiba menangis .

"Mianhae! Apa aku menyinggungmu? " Tanya Haechan lembut seraya memegang bahu Ryujin. Ryujin menggeleng mencoba menahan tangisnya.

"Aku- aku hanya takut! " Tubuh Haechan yang tadinya membungkuk kini kembali tegak, kembali melihat sekitar lalu mendorong tubuh Ryujin pelan untuk masuk ke dalam rumah.

Ryujin memeluk Joe erat sambil tetap memperhatikan Haechan yang sedang membuka sepatunya.

"Sudah! Sekarang cerita padaku! Kenapa takut? " Ryujin mengusap air matanya sejenak "tadi Joe menangis! " Atensi Haechan seketika terpaku ke arah Joe yang entah tidur atau masih terjaga di gendongan Ryujin karena posisinya yang membelakangi Haechan.

"Dia bilang ada manusia besar di kamar mandi! " Haechan menghela nafasnya, pasti mimpi "Dan dia hitam! " Lanjut Ryujin, Haechan lagi-lagi menghela nafas. Dia sensitif dengan kata HITAM. Dia bukan hitam! Tapi TAN. Okay yasudahlah yang penting dia tetap tampan.

We Got Married [Haechan X Ryujin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang