"Apapun itu! Kami tidak akan membiarkan budaya gila ini terus berkembang! "
"Aku harap ini adalah akhirnya! "
"Sebenarnya aku belum rela kalau idolaku berkencan, tapi karena mereka bahagia maka aku akan mencoba untuk merelakannya! "
"Tapi di saat mengingat bahwa secara tidak langsung aku membiayai biaya makanan mereka saat berkencan, hati ini mulai mengeras lagi! "
"Apapun itu, apapun! Aku sudah cukup bahagia sampai sekarang aku sudah menemukan cintaku, akan sangat menyakitkan bila mereka masih sendiri bahkan di saat anak-anakku nanti lahir! "
"Penggemar luar negeri sudah merubah segalanya! Mulai dari pembelian album, penggemarmu mendominasi! Segala tentangmu terjual habis, segala artikel tentangmu tidak ada yang sepi! " Haechan tersenyum tipis membalas pernyataan mannagernya.
Sebulan sudah, Haechan hanya bisa bergumul dengan jadwal padatnya. Saking padatnya, ia bahkan tidak sempat memeriksa keadaan Luna dan Ryujin.
Gadis itu, Haechan selalu merasa bersalah. Di tengah malam saat jadwal latihannya selesai, ia akan meluangkan waktunya untuk mengirim pesan atau menghubungi gadisnya itu.
Ryujin selalu menjawab panggilannya cepat, yang artinya gadis itu amat sangat menantikan kabar dari Haechan. Itu semua membuat hati Haechan menghangat senang namun sekaligus rasa bersalah menyelimuti. Dia jarang mengabari Ryujin yang padahal selalu menunggu kabar darinya.
"Kalau begitu, aku akan pulang ke rumah orang tuaku malam ini!" Izin Haechan yang di angguki mannagernya tanpa berpikir panjang.
"Hati-hati! " Haechan menyampirkan tasnya ke bahu setelah mengangguk mengiyakan mannagernya lalu keluar dari ruang latihan yang sudah sepi.
Haechan keluar dari gedung perusahaan langsung menuju parkir bawah tanah tempat ia memarkir mobil merahnya.
"Tunggu aku di tempat biasa! " Haechan membuka pintu mobilnya seraya tersenyum mendengar balasan dari seberang sana.
Baru saja ia akan melajukan mobilnya, ada sebuah pesan yag masuk ke ponselnya. Dari sang mannager, Haechan menyernyitkan dahinya. Apa ia ketahuan?
"Hati-hati jangan sampai ada yang melihat! Kalau tidak akan ku cincang tubuhmu! "
Haechan terkekeh membaca pesan itu, mannagernya yang 11:12:13 dengan Doyoung dan Renjun.
"Aih kiyooo! " Selanjutnya tangan kekarnya yang di lingkari jam rolex keluaran terbaru itu mulai memutar setir dan melajukan mobilnya.
.
Ryujin berdiri gelisah di tengah-tengah barisan mobil di parkir bawah tanah, ia takut jika pertemuannya dengan Haechan malam ini akan canggung. Tapi ia juga senang dan tidak sabar.
Ia benar-benar merindukan pria itu, rasanya Ryujin ingin berteriak persis seperti yang ia lakukan tadi pagi saat Haechan mengatakan "nanti malam aku jemput! "
Reflex kaki kanan Ryujin menghentak, tidak apa hanya lega yang ia rasakan kala melakukan itu.
Ryujin membenarkan rambutnya sekali lagi, ia benar-benar gugup. Selama sebulan ini selain ia tertekan karena ulah penggemar, ia juga tersiksa oleh kerinduan yang berlapis mengganggu hati dan pikirannya.
Bahkan segala macam konten NCT sudah ia tonton demi mengobati kerinduannya, tapi hal itu malah membuat hatinya terasa semakin membludak. Membayangkan tubuh hangat Haechan mendekapnya, semua itu sungguh membuatnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married [Haechan X Ryujin]
FanficPengen baca cerita kayak gini, tapi belum ada . Ya buat sendiri 😆 Biar makin halu aja.. Kalo ga nyambung maklumlah namanya juga halu..