.
.
"Luna mandi lalu makan! " Titah Ryujin yang baru saja selesai memasak untuk makan malam Luna.
"Sebentar eomma! Sedikit lagi! " Ryujin berdecak sebal, Luna selalu saja menunda perintahnya. Sedikit lagi maksudnya itu ia masih mengobrol dengan temannya lewat chat.
"Lanjutkan lagi nanti Luna! Appa akan pulang sebentar lagi! Dia akan memarahimu kalau tau kau belum mandi jam segini! " Luna melirik jam yang tertera di bagian atas layar ponselnya lalu segera turun dari ranjang.
"Aku akan mandi dan makan! " Ujarnya melewati Ryujin yang bersedekap dada sembari bersandar di bingkai pintu kamar Luna.
"Mandi yang bersih! " Ucapnya sebelum menutup pintu kamar Luna kembali setelah dibalas deheman oleh Luna dari dalam kamar mandi.
Ryujin kembali ke dapur untuk sedikit merapikan perabotan yang tadi ia pakai, rutinitasnya setiap hari kalau tidak ada jadwal bekerja.
Ia tinggal berdua dengan Luna di apartment yang Haechan beli di daerah elit Gangnam sekitar 2 tahun lalu sebelum ia pergi wamil.
Haechan tak tanggung-tanggung memberi keluarganya---belum---Luna dan Ryujin fasilitas. Sebenarnya Ryujin merasa tak enak kalau begini, dulu ia sempat menawarkan untuk membeli apartment dengan biaya di bagi dua tapi Haechan menolaknya.
Dan untung saja Haechan menolak, karena setelah tau harganya. Mau kerja bagai kuda pun Ryujin sepertinya masih belum bisa menutupi setengah dari harga. Darimana Haechan mendapatkan uang sebanyak itu? Sudahlah jangan ditanya lagi, membelikan Luna iMac keluaran terbaru saja bagaikan membeli butiran kacang hijau di pasar.
Ryujin selalu menceramahi Haechan kala pria itu memanjakan putrinya terlalu berlebihan, tapi pria tan itu akan selalu menjawab dengan santai 'aku hanya ingin memenuhi kebutuhan putriku! '
Baiklah, Haechan itu keras kepala tidak ada gunanya ia mengomel. Maka dari itu, Ryujin selalu menekankan pada Luna supaya tidak terbuai dengan fasilitas yang diberikan oleh Haechan. Jangan manja, jangan sombong dan hal serupa lainnya.
"Eomma! " Ryujin hanya menyernyitkan sebelah alisnya sebagai respon sedangkan atensinya masih fokus ke arah ponsel. Karena ia tau kebiasaan Luna, anak itu hanya memanggilnya karena menurutnya itu adalah sebuah keharusan padahal tidak ada yang perlu di sampaikan.
Lihat saja sekarang, hanya memanggil namun sibuk dengan kegiatan sendiri.
Mungkin semua ibu dan anak di dunia ini juga merasakannya, pulang dari mana-pun pasti mencari keberadaan ibu, butuh apapun juga ibu. Kalau Luna yang paling parah setelah pulang sekolah, ia kadang akan berteriak dari ruang tengah memanggil Ryujin hanya untuk memastikan keberadaan ibunya setelah itu ia akan pergi ke kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married [Haechan X Ryujin]
FanficPengen baca cerita kayak gini, tapi belum ada . Ya buat sendiri 😆 Biar makin halu aja.. Kalo ga nyambung maklumlah namanya juga halu..