ASMARA-28

12.8K 1.9K 252
                                    

Daffa menatap Sea dengan sorot tajam, tetapi gadis itu sama sekali tidak terpengaruh dengan tatapan tajam Daffa karena sudah terbiasa melihatnya. Sea sudah kebal, makanya selalu bersikap seenaknya pada mantan tunangannya itu. Sea bahkan bersedekap, seolah menantang Daffa.

"Kamu kenapa menariknya seganas itu, Ce?" tanya Daffa berusaha untuk tetap sabar. Bersama Sea, Daffa harus bersikap lembut, jika kasar sedikit saja gadis itu akan lebih ganas lagi.

"Kan aku udah bilang tadi, kalau dia berani muncul, aku akan jambak dia," ucap Sea. Sea dengan segala ucapannya memang tidak bisa dianggap sepele. Gadis itu tidak pernah bercanda dengan apa yang dia ucapkan.

"Tapi kamu buat dia jatuh," ucap Daffa. Dia mengintip sedikit dari balik jendela dan Adel masih berada di depan rumahnya seolah menunggunya.

"Kamu yang narik tangan aku makanya dia jatuh!" jawab Sea tak terima disalahkan. Daffa tidak menjawab lagi, Sea sangat keras kepala.

"Kalau ada yang lihat--"

"Gak ada yang lihat. Aku gak akan masuk akun lambe kalau itu yang kamu takutkan." Sea memotong ucapan Daffa dengan telak. Daffa tidak pernah ingin Sea mengalami hal serupa seperti saat mereka bersama dulu. Walaupun terlihat berani, tetapi mental Sea amat rapuh.

Gadis itu pernah down saat dia menjadi sorotan berita buruk di media yang sempat menyebabkan kesulitan beberapa minggu. Untunglah saat itu dia bersama Daffa yang segera menyelesaikan kasus fitnah yang dilayangkan pada Sea.

"Kamu tunggu di sini," ucap Daffa. Sea menahan tangan Daffa.

"Kamu mau ke mana?" tanya Sea.

"Dia harus diobati, Ce," jawab Daffa.

"Enak aja! Kamu bukan dokter! Nanti dia juga malah kesenangan. Biar aku yang bawa dia ke klinik, kamu jangan pernah temui dia lagi atau aku akan aduin ini ke Ibu," ucap Sea, ngegas.

Daffa tidak perlu lagi melibatkan diri pada wanita yang sedang berusaha menghancurkan hubungannya. Selama ini sudah cukup Daffa tersakiti. Sudah saatnya Daffa melangkah ke depan dengan bahagiaannya. Dan itu bersama Dila.

"Kamu benar-benar harus membawa dia ke klinik, minta maaf juga, perilaku kamu itu sudah melewati batas, Ce," ucap Daffa.

"Iya! Aku bawa dia ke klinik, dan aku tidak akan minta maaf sama pelakor. Jelas-jelas dia yang salah. Pikirin aja nasib kamu sama Dila, gadis itu gak tau ke mana karena kamu yang bego," dumel Sea lalu dia memutar kenop pintu.

Adel yang masih berdiri di depan rumah Daffa segera memasang senyumannya tetapi perlahan luntur saat melihat yang keluar malah Sea, bukan orang yang dia harapkan. Dulu, Daffa tidak akan tega melihatnya terluka dan Adel akan berusaha untuk kembali mendapatkan Daffa.

"Ayo ke klinik, lo bisa berdiri sendiri kan? Gak usah manja cari perhatian ke Mas Daffa," ucap Sea dengan galak.

"Ce, yang baik sama orang lain," tegur Daffa yang juga ikut keluar. Sea mendelik kesal pada Daffa.

"Orang kayak gini gak usah dibaikin, yang ada malah ngelunjak. HEH! Matanya jangan ganjen ya mbak pelakor." Sea mendorong pelan pundak Adel karena wanita itu terus menatap Daffa, seolah memohon pertolongan. Sayangnya harapannya harus pupus karena Daffa hanya memandang dalam diam.

"Saya bisa pergi sendiri," ucap Adel dengan dingin pada Sea.

"Bagus deh, lo tuh harusnya sadar diri, Mas Daffa akan segera menikah." Walaupun belum puas mengeluarkan taringnya pada ular di depannya, tetapi Sea harus menahan diri karena dia akan menghadiri pemotretan setelah ini.

"Yaudah Mas, aku balik dulu," ucap Sea. Daffa mengangguk pelan.

"Hati-hati, Ce, gak usah ngebut ya, kabari kalau sudah tiba," ucap Daffa mengingatkan.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang