ASMARA-32

12.8K 1.9K 171
                                    

Kejadian itu membuat orangtua Dila semakin memperketat keamanan di kediamannya. Cctv baru di pasang di sudut belakang rumah Dila, satpam baru di tambah untuk menjaga bagian belakang rumah serta pintu belakang di pasang terali serta jendela kamar Dila dan akses ke pintu menuju balkon untuk sementara tidak dapat digunakan Dila.

Orangtua Dila juga memasang alarm tanda maling. Hal itu tentu saja juga berdampak pada Dila yang tidak lagi diizinkan bepergian sendiri, kalau bukan bersama Daffa, maka salah satu ajudan Papinya yang akan menemani Dila.

"Kata Ibu ada yang nguntit lo?" tanya Freya setengah berbisik.

Empat serangkai itu sedang berkumpul di kantin untuk menunggu jadwal konsul masing-masing yang waktunya berdekatan. Tak jauh dari mereka berdiri salah satu ajudan yang diutus Papi Dila. Tentu saja itu menjadi pusat perhatian mahasiswa.

"Iya, gue lihat kemarin itu orang sembunyi di balik jendela kamar gue," jawab Dila. Kalau mengingat hal itu dia kembali parno.

"Hah? Serius? Gila serem banget," ucap Amanda nyaris memekik kalau saja Agnes tidak memukul lengannya.

"Berarti dia udah masuk di kamar kamu dong Dil? Dan aku yakin ini bukan yang pertama kali," ucap Agnes semakin membuat Dila takut.

"Kayaknya sih penggemar lo deh Dil, lo kan banyak dikenal orang," ucap Freya memulai praduga. Dila juga tidak tahu. Selama ini tidak ada yang mengirimkannya pesan yang aneh kecuali teror WA. Selebihnya, paling chat dari pembacanya.

"Gak tahu lah, capek banget gue diikuti mulu." Dila merebahkan kepalanya ke atas meja.

Dila merasa seperti menjadi Mahasiswa Baru beberapa tahun yang lalu, selama satu semester penuh dia diikuti oleh ajudan Papinya dan tentu saja karena itu Dila sempat dikenal, hal yang sama juga terjadi pada Freya yang saat itu juga diikuti oleh ajudan Ayahnya. Karena itu juga mereka menjadi dekat.

"Kan demi keamanan lo juga," ucap Amanda menepuk pelan pundak Dila. Dila melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya dengan malas.

"Ah elah, jam gue mati." Dila berdecak kemudian kembali ke posisi duduk dan mengambil ponselnya. Pukul 8 lewat 15 menit.

"Gue pergi sekarang ya? Takut telat sampai ruangan Ibu Martha," ucap Dila lalu beranjak berdiri.

"Eh barengan aja yuk," ajak Agnes. Kemudian mereka bergegas menuju gedung fakultas. Skripsi mereka memang sedikit lagi selesai, bahkan mereka sudah berkomitmen untuk mendaftar ujian tutup dan wisuda bersama-sama.

Dila segera mengeluarkan print out yang telah dia revisi kemarin dari dalam tas nya. Dia masih menunggu beberapa menit lagi di depan ruangan Ibu Martha karena masih ada mahasiswa lain yang juga memiliki keperluan dengan Ibu Martha.

Dila melambaikan tangannya pada Freya yang duduk tak jauh darinya, berbicara melalui bahasa isyarat untuk memberikan semangat. Jemari Dila bergerak dengan lincah yang dibalas Freya juga tidak kalah lincah kemudian keduanya tertawa.

Ponsel Dila berbunyi, membuat Dila mengalihkan pandangannya. Ada notifikasi chat dari sang moodbooster.

Kakak Sayang 🖤

Adek, nanti bisa ketemu?

Tentu bisa dong kak ☺

Adek gak sibuk memangnya?

Untuk kakak kan adek free

Oiya kak, Adek mau minta saran

Kirain minta duit

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang