ASMARA-44

8.3K 937 79
                                    

Satu bulan menyandang status istri dari Daffa Zachery Wiraatmaja, pelan-pelan sifat asli Daffa sudah mulai terlihat. Lelaki itu suka iseng pada Dila, apalagi jokes nya receh khas bapak-bapak. Pokoknya penampilan tampan dan wajah tegasnya selama ini benar-benar membuat Dila tertipu. Selain itu, Daffa juga sama dengan lelaki pada umumnya. Menaruh handuk lembab di atas kasur, asal menaruh pakaian kotor di lantai, atau tidak menemukan barang yang dia cari.

Dila juga sama, pelan-pelan sifat aslinya juga terlihat, bedanya Daffa tidak merasa tertipu seperti Dila karena sifat aslinya sama seperti saat mereka pacaran dulu. Akan tetapi yang membedakan hanya Dila jauh lebih bucin, jauh lebih manja, dan cekatan. Belum lagi tingkah randomnya yang suka membuat Daffa berkerut bingung.

Hari masih gelap, Dila juga masih terlelap dalam mimpinya. Akan tetapi, saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipinya, Dila perlahan membuka matanya. Diantara minimnya cahaya, Dila melihat punggung kokoh yang amat dikenalinya.

"Mau ke mana?" Tanya Dila yang melihat suaminya hendak membuka pintu kamar dengan gerakan pelan.

Daffa yang mendengar suara sang istri langsung menolehkan kepalanya.

"Kok adek bangun?"

Dila langsung beranjak duduk dan menyalakan lampu tidur. Daffa kembali duduk di sisi tempat tidur.

"Tidur lagi, ini masih tengah malam," ucap Daffa.

"Kakak ada misi lagi?" Tanya Dila dengan suaranya yang serak. Ini kali kedua setelah mereka menikah, Daffa meninggalkan Dila untuk menyelesaikan misi.

"Iya, tapi yang ini sepertinya agak lama sedikit," jawab Daffa.

"Kalau agak lama kenapa kakak tadi mau langsung pergi aja? Gak mau pamitan sama adek?"

Diantara remangnya cahaya lampu tidur, Daffa dapat melihat wajah cemberut sang istri. Daffa tersenyum tipis, baru kali ini dia merasa lebih berat untuk menjalankan misi. Rasanya dia tidak ingin pergi saja, akan tetapi negara adalah nomor satu dalam profesinya.

"Gak mau ganggu adek tidur aja," jawab Daffa seadanya. Dila beringsut mendekat lalu memeluk pinggang Daffa dari samping.

"Semua perlengkapannya udah ada kan?" Tanya Dila.

"Iya, sudah semuanya," jawab Daffa. Dila semakin mengeratkan pelukannya, mencium aroma tubuh Daffa yang pasti akan dia rindukan.

"Kenapa sih?" Tanya Daffa yang heran dengan sikap Dila yang mendadak manja. Dila memang manja padanya, akan tetapi biasanya sedikit lebih gengsi untuk memperlihatkannya.

"Adek pengen peluk aja, mau manja-manjaan sama suami aku sebelum pergi, gak boleh emangnya?" ujar Dila. Daffa terkekeh lalu merangkul bahu Dila.

"Boleh, tapi gak biasa aja adek semanja ini, biasanya kan kalau mau minta dipeluk harus ngambek dulu," jawab Daffa.

"Kakak hati-hati ya, fokus aja sama misinya, adek di sini bakalan baik-baik aja. Banyak yang jagain adek di sini," ucap Dila.

"Iya, kakak janji akan pulang secepatnya," ucap Daffa. Dila menganggukkan kepalanya lalu melepaskan pelukannya.

"Yaudah yuk, adek anterin sampai depan," ucap Dila kemudian beranjak berdiri untuk mengambil mukenahnya.

Daffa pun ikut berdiri lalu sepasang suami istri itu keluar dari kamar mereka.

"Nanti kalau adek ngerasa sepi, ke rumah Mami atau Ibu aja ya?" pesan Daffa sambil membuka kunci pintu depan rumahnya.

"Iya. Kakak pokoknya hati-hati ya, please. Adek gak mau kakak kenapa-napa," ujar Dila. Daffa mengusap puncak kepala Dila penuh sayang.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang