ASMARA-40

14.1K 1.6K 109
                                    

Dila dengan segala sifat absurdnya memang tidak bisa terpisahkan. Awal kenal dengan Daffa saja dia sangat kalem dan cuek, tapi makin ke sini segala sifat bobroknya mulai terlihat, apalagi sekarang dia telah resmi menyandang gelar 'istri', entah sifat bobrok dan ajaib apalagi yang akan dilihat Daffa selama sisa hidupnya bersama Dila.

Resepsi pernikahan Dila berjalan dengan lancar, tamu undangan berhamburan hadir setelah upacara pedang pora yang hanya disaksikan keluarga besar dan kerabat dekat selesai. Benar-benar definisi acara besar khas konglomerat hingga sebagian besar tamu yang hadir sama sekali tidak dikenal Dila.

Acara itu berakhir hampir tengah malam, keluarga besar memutuskan menginap di hotel yang telah di booking khusus oleh kakek Dila, Radian Moeis yang memang hobinya menghamburkan uang. Urusan diomeli Oma, itu belakangan yang penting bisa memanjakan cucunya.

Dila keluar dari kamar mandi lebih dulu, mendadak dia canggung dengan Daffa. Tadi juga saat di toilet dia banyak melamun, entah apa yang harus dia lakukan nantinya.

"Udah selesai?" tanya Daffa, fokusnya teralihkan pada Dila yang berdiri di sebelah Daffa dengan piyama lengan panjang dan kepalanya yang tertutupi oleh pashmina yang di lilit asal.

"Iya udah," jawab Dila dengan canggung. Daffa mengangguk kemudian dia beranjak dari duduknya.

Dila mengamati pergerakan Daffa, lelaki itu tiba-tiba saja melepas kancing PDU nya, refleks Dila memejamkan matanya.

"Kakak ngapain?!" tanya Dila dengan panik. Apa Daffa akan melakukannya sekarang?

Gerakan Daffa terhenti, dia menolehkan kepalanya pada Dila yang menutup kedua matanya denda telapak tangan.

"Ngapain? Lepas PDU lah, adek ngapain tutup mata?" Daffa balik bertanya dengan heran.

"Lepasnya di kamar mandi, ngapain di depan adek?"

"Lah? Lagian ada dalamannya kok. Adek ih mikirin apa?"

Dila menurunkan tangannya dan tatapannya langsung tertuju pada Daffa yang juga sedang menatap dengan sorot jenaka.

"Udah ah sana kakak mandi," usir Dila. Daffa tertawa kemudian dia mengambil handuk dan beranjak ke kamar mandi meninggalkan Dila yang merutuki dirinya sendiri.

"Lo ngapain sih, Dil?" gumam Dila dengan perasaan yang luar biasa malu.

🏵🏵🏵

Kening Daffa berkerut bingung saat dia tidak menemukan keberadaan Dila.

"Adek?" panggil Daffa, tak ada sahutan.

"Dilara?"

Masih tidak ada sahutan. Daffa meraih ponselnya, hendak menghubungi Dila tetapi ponsel gadis itu tergeletak di atas  nakas, pashmina yang tadi dipakai Dila juga tergeletak di atas tempat tidur.

"Dia ke mana?"

Setelah memakai baju kaos oblong dan celana pendek selutut, Daffa bergegas keluar dari kamar dan tidak menemukan keberadaan Dila, yang dia temui malah kedua orang tua dan mertuanya yang baru keluar dari lift.

"Daffa kok keluar? Ada apa?" tanya Ibu melangkah mendekat. Daffa menghela napas, kenapa harus bertemu dengan orangtuanya sih?

"Dila gak ada di kamar, Bu," jawab Daffa dengan wajah kebingungan.

"Lho? Bukannya tadi kalian udah masuk kamar?" tanya Mami juga ikut bingung. Tadi setelah rangkaian acara selesai, seluruh keluarga kembali ke kamar untuk istirahat, sedangkan para orang tua masih mengobrol di ruang ganti.

"Iya, tadi aku tinggal ke kamar mandi, pas aku keluar Dila udah gak ada," jawab Daffa.

"Piii, lakuin sesuatu dong! Ini anaknya gak ada, masa diculik?" ucap Mami mendadak panik, apalagi mengingat teror beberapa waktu lalu hingga Dila hampir celaka.

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang