ASMARA-42

12.1K 1.1K 72
                                    

BACANYA SANTUY MARKUNTUY AJA YA GENGZ, BIAR BISA DINIKMATI. ENJOOOYYY! ✨💋

🏵🏵🏵

Matahari sudah bersinar terik di luar, tetapi sepasang suami-istri baru itu masih terlelap dengan nyenyak hingga ponsel salah satu dari mereka berdering entah untuk yang ke berapa kalinya. Si penelepon tampak tidak menyerah hingga panggilannya mendapat jaawaban. Butuh waktu beberapa panggilan hingga akhirnya si pemilik ponsel mulai mengerjapkan matanya dan mendapati tubuhnya dalam kungkungan lengan kokoh yang memeluknya dengan posesif. Dila mengernyitkan keningnya, merasakan bagian bawahnya yang sedikit nyeri.

Dengan gerakan pelan, Dila melepaskan pelukan Daffa yang masih tertidur nyenyak dan segera memakai piyamanya. Setelah itu dia mengambil ponselnya dan betapa terkejutnya Dila melihat jam yang telah menunjukkan pukul 1 siang lebih 10 menit. Artinya mereka telah melewatkan waktu sarapan dan makan siang.

"Astaghfirullah! Gara-gara kak Daffa nih," dumel Dila. Ponselnya kembali berdering dan Dila segera menjawab panggilan itu.

"Akhirnyaaa, gue pikir lo mau skidipapap seharian, Dil." Sapaan seseorang dari seberang terdengar lega.

"Apaan sih Frey," jawab Dila. Yang terus menerornya dengan telepon adalah Freya, sahabat sekaligus adik iparnya.

"Ya gimana, udah lebih sejam gue teleponin gak di jawab juga, nikmat banget ya emang?" ucap Freya setengah meledek Dila. Dila berdecak.

"Kalau lo telepon cuma mau godain gue, mending udahan aja," ancam Dila. Suara kekehan puas di seberang terdengar puas.

"Turun makan siang yuk, semua keluarga kita udah nunggu di restoran bawah, kita doang yang belum turun," ajak Freya.

"Oh, lo juga habis skidipapap? Berapa ronde sampai belum turun makan siang juga?" tanya Dila dengan sarkas, balas menggoda Freya.

"Gak tau berapa ronde, habis main dosen dan mahasiswa nih gue. Lo main apa? Dokter-dokteran?" balas Freya yang tentu saja sudah biasa dengan godaan yang dia dapatkan dari keluarganya. Sebentar lagi bahan godaan itu akan berganti pada Dila dan Daffa.

"Tonjok nih ya Frey!" ucap Dila karena tak berhasil menggoda Freya yang sudah lebih berpengalaman dari Dila.

Tawa Freya terdengar puas. Perut Dila mendadak berbunyi, wajar saja dia kelaparan, perutnya belum diisi sama sekali hari ini.

"Yaudah lo siap-siap buruan, kita turun buat makan siang bareng. Setengah jam dari sekarang ya."

"Iya bawel."

"Oh iya, Dil."

"Apaan lagi?"

"Lo tau kan cara mandi wajibnya gimana?"

"Beneran gue tonjok ya lo, Frey."

Tawa Freya kembali terdengar, sedangkan Dila langsung memutuskan sambungan telepon itu begitu saja dengan perasaan kesal. Sempat-sempatnya Freya menggodanya. Dila hendak beranjak untuk membersihkan dirinya, namun gerakannya tertahan saat merasakan Daffa memeluk pinggangnya dari belakang.

"Siapa yang telepon?" tanya Daffa dengan suara serak khas bangun tidur.

"Freya, ngajak makan siang bareng," jawab Dila.

"Udah jam berapa emang?" tanya Daffa yang masih memeluk Dila dengan mata terpejam.

"Jam satu lebih 12 menit!" jawab Dila.

"Hah? Serius, dek?" Daffa langsung beranjak bangun setelah mendengar jawaban dari Dila lalu mengecek jam di ponselnya.

"Kok adek gak bangunin?"

ASMARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang